bagian 20

30.7K 3.7K 1.5K
                                    


بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


"karena setiap anak Adam itu pernah berbuat salah. Dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah dia yang selalu bertaubat." HR Tirmidzi 2499, Shahih at-Targhib 3139)

***
Keesokan paginya, Gus Ilham masuk ke dalam kamarnya, dimana Aisyah dan Arsyi tidur. Saat masuk, ia melihat Aisyah yang baru saja selesai mandi.

"Mas."

"Cepet banget mandinya, nggak tunggu aku?" Tanya Gus Ilham, sebelum melangkah mendekat dan jongkok di samping ranjang, menatap wajah damai putrinya yang masih terlelap.

"Aisyah udah siapin air hangat, mandi sana." Ucap Aisyah.

Sebelum beranjak, Gus Ilham mencium pipi Arsyi. Lalu berjalan mendekati Aisyah yang hendak memakai baju.

"Kamu mandi lagi ya?" Ucap Gus Ilham sambil memeluk tubuh Aisyah dari belakang.

Aisyah membulatkan matanya. "Hah? Pasti bangun tidur langsung kesini nih, makanya, ngomongnya gak jelas."

"Enggak kok, aku bangun langsung ngucap Alhamdulillahi. Habis itu baca doa bangun tidur, langsung kesini."

"Oh pantesan, nggak cuci muka sih."

Gus Ilham sudah menyimpan kepalanya di bahu sang istri. "Mandi lagi yuk!"

"Ya udah deh, demi kamu nih Aisyah mandi lagi," ucap Aisyah. Sebagai istri yang baik memang harus menuruti perintah dan ajakan suaminya.

"Masyaallah, udah cantik, sholehah lagi, kalau kata anak jaman sekarang mah, limited edition." Puji Gus Ilham.

Aisyah tertawa, memukul pelan lengan suaminya. "Gombal!"

"Ayo sayang." Ajak Gus Ilham menarik tangan Aisyah menuju kamar mandi.

Saat hendak menutup pintu, Gus Ilham mengernyit bingung, mengapa pintu kamar mandi tidak bisa tertutup.

"Abah!"

"Allahuakbar!" Gus Ilham refleks menjerit.

"Eh, mas. Kok takbir—Astaghfirullah, Arsyi!"

"Abah cama umi, mau apa?" Tanya anak itu dengan wajah polosnya. Ternyata dialah yang menyebabkan pintu tidak bisa tertutup rapat, karena kakinya yang menghalangi.

Aisyah kembali memakai baju mandinya, lalu melangkah keluar mengambil Arsyi di ambang pintu.

"Dari kapan bangunnya sih?" Tanya Aisyah.

"Dali tadi."

Aisyah mengangguk, beralih menatap suaminya. "Lain kali aja mandi bareng nya."

"Napa abah ada di cini, abah kan tim Aca!" Pekik anak itu berkacak pinggang.

Gus Ilham mencubit pipi Arsyi. "Arsyi kira ini main bola. Pakai tim-tim, hm?"

"Abah nda boleh macuk kamal cini, ini kamal Aci sama umi, iyakan umi?"

"Iya." Kata Aisyah men-iyakan saja.

"Ini kan, kamar abah sama umi. Kamar Arsyi ada di samping samaan sama Arsya," ucap Gus Ilham membuat anak itu berpikir.

"Iya ya?" Gumam Arsyi. "Yaudah deh, abah mandi aja, Aci pengen bobo lagi." Ucapnya mulai menyandarkan kepalanya di bahu Aisyah.

Gus Ilham mengangguk, mencium pipi Arsyi dan bibir Aisyah sejenak. Arsyi melihatnya, menatap abah dengan tatapan yang sulit di artikan itu. Lalu menatap ke arah bibir Aisyah.

Aisyah Aqilah || TERBITWhere stories live. Discover now