bagian 29 [Bagai api dalam sekam]

37.1K 4.7K 6.8K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Assalamualaikum semuanya, apa kabar? Semoga kalian selalu bahagia ya.
Part dibawa ini mengandung banyak emosi ya. Jadi author harap kalian selalu bijak dalam berkomentar.

"Mau kemana, nak?" Tanya Umi Maryam melihat Gus Ilham yang baru saja masuk ke ndalem, langsung membereskan barang-barangnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mau kemana, nak?" Tanya Umi Maryam melihat Gus Ilham yang baru saja masuk ke ndalem, langsung membereskan barang-barangnya.

"Mau ketemu guru baru, yang mau ngajar di pesantren, umi. Beliau ngajak ketemuan di luar," ucap Gus Ilham. "Sekalian juga mau pamit pulang duluan, mau nyusul Aisyah di pesantren."

Umi Maryam mengangguk. "Yaudah, Hati-hati."

"Iya umi, abi, bang Iksan, pamit dulu ya, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

****

Gus Ilham baru saja selesai membahas mengenai pesantren, ia menjabat tangan pria dihadapannya itu sambil tersenyum simpul.

"Senang bekerja sama dengan anda, Gus. InsyaAllah pulang dari mesir saya akan kerja di pesantren anda."

"Na'am ustadz. Saya tunggu kabar baiknya."

"Kalau begitu saya permisi dulu, sebentar lagi jadwal keberangkatan pesawat saya, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Setelahnya semua beres, Gus Ilham merapikan semua berkas yang ada diatas meja. Dia ingin langsung pulang ke pesantren, takutnya kedua mertuanya sudah datang duluan.

Saat bergegas keluar dari restoran tempatnya berada, Gus Ilham tak sengaja melihat istri dan anaknya yang hendak keluar dari tempat ini. Gus Ilham mengernyit bingung, ia berfikir sedang apa Aisyah di restoran ini? Bukankah seharusnya Aisyah berada di rumah karena mertuanya akan segera datang.

"Loh, Aisyah kenapa tinggalin, Arsya?" Monolognya melihat sang putra mengejar Aisyah.

Mata Gus Ilham terus fokus menatap Arsya sambil berjalan menghampiri. Gus Ilham semakin mempercepat langkahnya saat Arsya mulai menjauh.

Sampai tiba-tiba, Gus Ilham melihat pelayan membawa wadah berisikan air panas jalan kearah Arsya, begitu pun sebaliknya.

Gus Ilham semakin mempercepat langkahnya, agar menggapai Arsya. Namun petaka lebih dulu menghampiri, Bagai api dalam sekam, pelayan dan anaknya saling tabrakan membuat wadah yang berisi air panas itu jatuh, mengguyur tubuh Arsya yang malang.

"ARSYA!" Jerit Gus Ilham.

"Astaghfirullah!" Pelayan tersebut menjerit.

Aisyah Aqilah || TERBITWhere stories live. Discover now