47. bullying

83 8 3
                                    

Sebelum membaca, alangkah baiknya memencet tombol vote terlebih dahulu.

"Yaelah ... kalau bawaannya emang udah sering ngandelin orang lain mah gak bakalan bisa mandiri," sindir seorang siswi seraya berjalan menuju circle nya berada. Sontak mereka pun tertawa bersama.

"Yang biasanya, irkinn iki dipit seritis ... sekarang, malah cosplay jadi orang bisu," ejek murid yang lain.

"HAHAHAHAHA!"

Tawa mereka terdengar sangat keras didalam ruangan kelas itu hingga membuat gadis yang sedari tadi di bully itu sangat malu. Ia berlari keluar dari kelas dengan wajahnya yang menunduk sebab nyalinya menghilang untuk menatap orang-orang disana.

Ditangan kanannya ia menggenggam sebuah kertas yang sudah keriput. Kertas itu adalah hasil dari ulangan matematikanya yang kali ini mendapatkan nilai yang sangat rendah. Biasanya, setiap akan ada ulangan dilaksanakan, seminggu sebelumnya pasti ada seseorang yang selalu mengajarkannya materi-materi yang akan masuk di soal ulangan nanti.

Namun, masa kali ini berbeda dari sebelumnya. Seseorang yang menjadi alasannya mendapatkan nilai sempurna sekarang tidak lagi berada disisinya.

Beginilah diri Bella sebelum bertemu dengan Samudra. Gadis yang pemalas dan bodoh dibeberapa bidang studi. Kemudian, hadirnya laki-laki pembawa faktor baik itu mampu mengubah gadis itu menjadi sosok yang jauh lebih rajin walaupun terkadang sifat pemalas Bella terkadang muncul sesekali.

Bella berlari menuju lorong yang sepi. Gadis itu kembali menatap kertas hasil ulangannya kemudian setetes air mulai terjatuh membasahi kertas itu. Bella menangis mengingat ejekan dari teman sekelasnya tadi.

"Kok mereka ngomongnya gitu, ya?" gumam Bella bertanya pada dirinya sendiri.

Gadis itu berjongkok dengan pandangannya ke bawah. Kemudian, Bella terlihat mengeluarkan handphonenya dari dalam sakunya. Di handphone itu ia membuka aplikasi chat nya dengan Samudra, di room chat tersebut Bella mengirim gambar wajahnya yang sedang menangis.

Walaupun ia tahu tidak akan ada jawaban sama sekali, gadis itu tidak pernah absen untuk mengirim semua yang sedang ia alami setiap harinya.

"Hari ini Baby sedih ... tapi, kanapa Kak Arkhan nggak dateng kali ini?"

"Baby mau cerita panjang lebar, mau nanya kalau Baby nggak sebodoh itu, kan? cuma kurang belajar aja, kan? mereka ngomongnya jahat tau. Disini sakit," ucap Bella seraya menyentuh dadanya.

Gadis itu sesekali mengucek matanya yang berair itu. Ia merasa kesepian tanpa adanya Samudra yang dulunya senantiasa ada disampingnya. Bagaimanapun, membuat dirinya terbiasa tanpa Samudra sangatlah sulit dari yang dia bayangkan.

Sudah satu bulan lebih lamanya Samudra pergi meninggalkan negara itu, sudah sebulan juga lamanya Bella berusaha untuk melakukan beberapa hal yang biasa ia lakukan bersama laki-laki itu kali ni ia melakukannya sendirian. Masih tidak ada yang berubah, semua masih sama seperti sedia kala.

Tangis gadis itu perlahan mulai berhenti, akan tetapi ia belum beranjak dari tempat itu. Bella masih saja melamun ditempat sepi itu. Hingga tanpa sadar gadis itu, terdengar suara langkah seseorang mendekat kearahnya.

Pandangan Bella yang semula menatap lantai kini beralih pada sebuah sepatu yang tiba-tiba berada dihadapannya. Sontak iapun langsung mengangkat kepalanya dengan sempurna hingga indra penglihatannya menangkap sosok pemuda yang beberapa hari ini sering menghampirinya.

Samuella's UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang