18. ada apa

257 21 2
                                    

Sebelum membaca, alangkah baiknya memencet tombol vote terlebih dahulu.

|Happy Reading|

Sejak kejadian beberapa saat yang lalu, Galang, Satria, Alaskar dan juga Rara masih terkejut akan kebenaran yang dikatakan oleh Bella tadi.

Namun, satu hal yang membuat Galang ragu akan laki-laki yang disebut Kakak oleh Bella itu. Wajahnya terlihat sangat tidak asing baginya, namun Galang sama sekali tidak bisa mengingatnya hingga pada akhirnya pandangannya bertubrukan dengan pandangan Vincent. Laki-laki itu sempat memberikan senyuman tipis untuk Galang. Akan tetapi ia hanya membalasnya dengan wajah datar.

Basecamp yang awalnya sepi kini berubah seratus persen bagaikan kapal pecah. Mereka semua berkumpul diruang tamu dan ditemani dengan banyaknya cemilan diatas meja. Mereka semua melahapnya dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari bibirnya. Banyak candaan yang mereka lontarkan hingga tercipta suasana yang sungguh random. Bukan hanya candaan saja yang mereka lakukan, saat ini mereka juga sedang bersenandung ramai-ramai dengan Satria yang memainkan gitar.

Semuanya berlalu dengan begitu cepat sekali, yang awalnya niat Vincent adalah untuk menjemput Bella, kini malah kebablasan dan berakhir dengan langit yang hampir menggelap.

Terlihat Vincent sedang bersandar disebuah sofa single seraya mengambil ponsel dari saku jaketnya. Ia membuka layar ponselnya dan melihat jam yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Setelah menyadari ternyata mereka sudah terlalu lama dikawasan orang lain, ia pun bangkit dari sofa dan mengambil jaketnya yang semula ia campakkan ke sofa yang lain lalu memakannya.

Orang-orang yang datang bersama Vincent tadi pun sontak bangkit lalu ikut memakai jaket mereka. Sedangkan Gadis bertubuh mungil itu sekarang terlihat sedang sibuk tidur dalam posisi duduk dengan wajahnya yang ia tenggelamkan dibahu Rara.

"Bel ..." Rara menepuk-nepuk pipi berisi Bella, berharap Gadis itu terbangun dari tidurnya. Namun, nyatanya tidak semudah itu. Bella memanglah yang paling sulit juga ingin dibangunkan.

Disaat Rara hendak menepuk pipi Bella lagi, tiba-tiba Vincent datang dengan raut wajah datar. Rara sempat tercengang lalu matanya terasa panas dingin saat melihat ciptaan Tuhan yang berada dihadapannya itu.

Galang yang duduk tak jauh dari Rara terlihat tidak suka akan tatapan Gadis itu pada Vincent. Entah mengapa ia ingin sekali menarik Rara dari sana lalu membawanya sampai tidak bisa melihat Vincent lagi. Akan tetapi itu hanya bisa ia khayalkan.

Secara lembut Vincent menarik pergelangan tangan Bella dan meletakkannya dilehernya lalu menggendong tubuh Gadis itu ala bridal style. Gadis itu sempat terusik, akan tetapi Bella tidak sempat terbangun.

Vincent menggendong tubuh Adeknya itu sampai kedepan dengan Rara dan juga tiga laki-laki Nevarez itu mengikuti dari belakang.

Sesampainya didepan, terlihat ada sebuah mobil yang sudah terparkir disana, hingga pada akhirnya seorang Supir turun dari dalam mobil itu lalu membukakan pintu bagian belakang.

Sontak laki-laki bertubuh tegap itu berjalan lalu membawa tubuh Bella untuk bersandar didalam mobil. Hingga semuanya berjalan dengan lancar tanpa ada halangan sedikit pun.

Vincent kembali berdiri didepan Galang hingga pada akhirnya ia kembali menampilkan senyuman tipis dibibirnya.

"Thanks buat cemilannya," ucap Vincent dengan nada berat.

Galang sempat terdiam sesaat lalu hingga pada akhirnya senyuman tipis terbit dibibirnya.

Walaupun Vincent dikenal dengan laki-laki yang dingin, namun nyatanya ia adalah sosok laki-laki yang ramah dengan orang lain. Sebelum pergi meninggalkan Basecamp itu, ia dengan lembut mengucapkan kata salam.

Disaat mobil dan motor kepunyaan bawahan Vincent pergi meninggalkan Basecamp Nevarez, terlihat Rara senyam-senyum sendiri dengan Pipinya yang bersemu merah merona. Dan lagi-lagi Galang memperhatikannya.

**

Didalam kamar yang beraromakan vanilla itu, sosok Gadis dengan rambutnya yang sudah berantakan sekali mulai membuka matanya hingga semar-semar ia melihat langit-langit kamarnya yang berwarna putih dengan paduan warna biru muda.

Matanya yang semula sipit kini mulai melebar lalu ia teringat akan suatu hal yang membuatnya sontak bangkit hingga posisi tidurnya saat ini. Ia duduk diatas tempat tidurnya dengan rambutnya yang sangat berantakan.

Pandangannya menelusuri sekitarnya yang terlihat tidak asing baginya. Bagaimana tidak asing, jelas-jelas ia sedang didalam kamarnya sendiri. Sungguh aneh sekali Gadis yang satu ini.

Cklek

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka hingga menampakkan sosok wanita paruh baya sedang berjalan kearahnya dengan membawa nampan berisi makanan.

Wanita yang sering dipanggil Bi Yanti itu meletakkan makanan yang ia bawa diatas nakas. Makanan itu adalah sarapan untuk Bella.

"Jangan lupa dimakan yah, Non? Kalau ada perlu yang lain, Non bisa telpon Bibi aja," ucap Bi Yanti dengan ramah.

"Makasih banyak, Bi. Bibi yang paling tau kalau Bella lagi laper hehe," ucap Gadis itu dengan bahagia.

"Tau dong! Kalau gitu Bibi ke dapur dulu yah, Non? Maklum, masih ada kerjaan," ucap Bi Yanti.

"Yaudah deh, Bi. Yang semangat kerjanya! Nanti kalau Bella enggak jadi anak pemalas lagi bakalan dibantu kok," ujar Gadis itu seraya tertawa.

Bi Yanti ikut tertawa saat melihat tawa Bella. Ia menganggukkan kepalanya lalu pamit untuk keluar dari dalam kamar Bella hendak pergi ke dapur.

Dengan nyawanya yang sudah terkumpul dengan sempurna, tiba-tiba ponselnya berdering. Akan tetapi Gadis itu tidak langsung mengangkatnya. Ia menatap ponselnya yang berada diatas meja belajarnya. Dalam pikirannya ia memikirkan betapa malasnya ia berjalan sampai ke sana.

Sempat ponselnya berhenti berdering, akan tetapi beberapa saat kemudian ponselnya kembali berdering lagi hingga membuat telinga Bella panas. Dengan raut wajah kesal ia berjalan ke arah meja belajar lalu mengambil ponselnya dan memencet tombol hijau tanpa memperhatikan siapa yang menelponnya.

"INI SIAPA, SIH? LO TAU NGGAK? GUE ITU LAGI BOBO! JANGAN DIGANGGU-GANGGU TERUS! KALAU MAU MINTA UANG, JANGAN SAMA GUA, YAH?! MINTA AJA SANA SAMA PAPA!" ucap Gadis itu dengan nada yang keras.

Saat ini napas Gadis itu naik turun karena kekesalannya barusan. Namun, Gadis itu tersadar akan apa yang ia lakukan. Ia menunggu orang yang berada diseberang sana menjawab perkataannya. Akan tetapi yang ia dapat hanyalah keterdiaman.

Entah mengapa saat ini jantungnya tiba-tiba saja berdetak dengan cepat. Dengan tangannya yang mulai gemetar ia menjauhkan layar ponselnya dari telinganya. Ia melihat siapa yang sedang menelponnya hingga pada akhirnya matanya melebar kala tau siapa sipenelpon. Dan yang paling membuatnya bertambah panik adalah saat melihat sambungan telpon itu masih berjalan.

"A-Arkhan ..." ucap Gadis itu dengan gemetar. Sungguh, ia tidak ada maksud untuk membentak-bentak laki-laki itu.

"Tadi itu ..."

"Coba hitung, baru berapa jam aku pergi?" tanya Samudra dari balik seberang sana dengan nada yang berbeda dari biasanya.

"Empat belas jam," jawab Bella dengan nada pelan.

"Sebentar bukan?" ucap Samudra lagi. Akan tetapi entah mengapa setiap ucapan laki-laki itu saat ini membuat Bella sangat takut.

"Dalam waktu sebentar itu, kamu enggak bisa nahan perasaan kamu?"

Pertanyaan yang dilontarkan oleh Samudra membuat Bella bingung. Menahan perasaan? Maksudnya bagaimana sebenarnya.

Don't forget to vote and comment.

Samuella's UniverseWhere stories live. Discover now