(d) The Twins

1.9K 235 6
                                    

Kunjungan Nova dan Jairo membuat ruang rawat inap itu seketika menjadi ramai. Janu harus mengurus kedua bayinya yang menangis karena ulah Jairo yang lebih dulu menangis. Memang pada dasarnya kemiripan Jairo dan Teija tidak bisa dipisahkan, makanya Janu tidak bisa begitu saja berdamai dengan anak kecil itu. Kemiripannya dengan Teija, dan cara anak itu juga bersikap, membuat Janu tidak bisa masuk kategori Om kesayangan Jairo. Tapi siapa yang peduli? Janu sudah memiliki anaknya sendiri. Dia bisa menjadi sosok kesayangan bagi anaknya sendiri. Jadi, tidak perlu heboh untuk mendapatkan ruang di hati Jairo yang hanya keponakan saja.

“Kamu nggak ikut bujuk ponakan kamu?” tanya Karleesha.

“Ngapain? Udah sama Ayah. Lagi pula, aku lebih mentingin si kembarlah yang anakku sendiri.”

Karleesha hanya bisa menggelengkan kepala dengan kelakuan suaminya itu. Janu benar-benar tidak ingin mendekatkan diri pada Jairo. Karleesha sendiri tidak bisa memaksakan pendapat karena memang Karleesha belum membaca benar hubungan seperti apa yang dimiliki Janu dan adik iparnya. Mungkin di tahun-tahun ke depannya Karleesha akan mencoba melibatkan diri untuk memperbaiki hubungan Janu dan Jairo.

Begitu si kembar kembali tenang dan tidur, Karleesha mengamati interaksi mamanya dengan keluarga Janu. Meski seringnya Samantha mengeluarkan kalimat yang aneh untuk didengar, tapi wanita itu jelas memiliki kualifikasi sebagai seorang ibu yang memang perhatian. Hanya saja perhatiannya masuk kategori berlebihan. Meski pernah tinggal dan bekerja di negara orang, nyatanya tidak mengubah diri Samantha. Dia tetaplah wanita yang lebih percaya hal-hal tradisional ketimbang pemikiran modern.

“Arl, aku keluar dulu, ya. Ada telepon. Di sini banyak yang ngobrol, aku mending bicara di depan.”

Karleesha menatap suaminya lebih dulu sebelum mengangguk. Melihat Janu yang keluar dari kamar rawat inap membuat kepala Karleesha mencerna sesuatu. Ruangannya tidak begitu berisik. Para orangtua dan Nova cukup tahu diri dengan suara mereka karena di sana ada dua bayi yang perlu diperhatikan. Apa bicara di sini sebegitu berisiknya?

Pemikiran Karleesha terbuyar setelah Nova mendekat dan mengajaknya bicara.

“Mbak, maafin sikapnya Jairo yang bikin berisik ya.”

Karleesha menggeleng bukan sekadar basa basi, tapi memang tidak seharusnya Nova meminta maaf untuk drama yang tadi Jairo buat.

“Dia merasa terancam karena udah nggak jadi satu-satunya anak kecil di keluarga ini. Aku sedikit banyak paham, Nova. Nggak perlu minta maaf begitu, kita ini keluarga. Aku bukan orang lain yang lagi kamu besuk, loh. Santai aja.”

Nova meringis dengan ucapan yang Karleesha sampaikan. Sepertinya masih merasa tidak enak hati karena Jairo.

“Bang Janu pasti kesel karena anak-anaknya jadi pada nangis gara-gara Jairo. Untung aja Bang Janu dapet istri kayak Mbak Karlee.”

“Ah, mumpung kamu bahas. Aku boleh tahu nggak kenapa hubungan Jairo sama Janu keliatan kaku banget?” tanya Karleesha.

“Oh, itu karena waktu dulu aku sempet ada masalah rumah tangga. Bang Janu sayang banget sama aku, jadi nggak suka dengan tindakan Teija. Intinya, sih, Bang Janu masih nggak terima kalo aku kasih kesempatan Teija karena alasan cinta.”

Karleesha jadi menduga-duga, kenapa Janu tidak terima jika adiknya memaafkan karena alasan cinta? Bukankah bagus jika seseorang bisa bertahan karena cinta? Meski tidak logis, tapi memang bisa mempertahankan rumah tangga dengan cinta juga termasuk perjuangan luar biasa.

“Jadi, kakak kamu bukan tipikal yang percaya dengan cinta?”

“Hm ... aku nggak tahu, sih, Mbak. Tapi kalo Bang Janu nggak percaya cinta, ngapain jalanin hubungan sama Mbak Karlee? Mana keliatan bucin banget, dari tadi ngelus Mbak Karlee melulu. Itu tadi kalo nggak angkat telepon, mana mau keluar ruangan.”

Kamu hanya nggak tahu, Nova. Entah bagaimana caranya, Janu memang pandai sekali menunjukkan diri seolah mencintai Karleesha. Perhatian pria itu memang tidak dibuat-buat, tapi ... Karleesha tahu Janu belum mencintainya. Setidaknya sejak menerima pernikahan, memang bukan cinta yang menjadi pertimbangan Karleesha.

“Aku selama ini berdoa supaya Bang Janu bisa dapet pasangan yang luar biasa menerima sisi cueknya. Bang Janu memang nggak banyak omong sehari-hari, tapi bisa dirasakan perhatian dan kasih sayangnya. Yang aku lihat dari interaksi kalian juga, Bang Janu malah lebih mudah cerewet di deket Mbak Karlee. Aku yakin pernikahan kalian punya dasar yang kuat. Apalagi dijalani dengan usia yang matang. Keliatan banget dewasanya, aku kagum sebenernya, Mbak. Soalnya aku nikah di usia yang muda banget, jadi masih merasa sering banget kekanakan.”

Karleesha tersenyum mendengar kalimat Nova itu. “Yang udah dewasa juga belum tentu nggak kekanakan, Nova. Aku yang baru menerima Janu padahal kandungan udah gede, itu salah satu sisi yang nggak begitu dewasa menurutku.”

“Itu manusiawi, Mbak. Perempuan, tuh, banyak banget yang jadi pertimbangan. Apalagi kayak Mbak Karlee ini, pasti banyak pikiran yang diolah. Tapi udahlah, yang penting kalian udah sama-sama dan bakal jalanin peran keluarga.”

Karleesha merasa pilihannya untuk menikah dengan Janu benar. Setidaknya dari segi penerimaan keluarga pria itu. Karleesha yang biasanya sendirian, sekarang serasa memiliki adik perempuan yang bisa dijadikan tempat cerita.

“Kita harus banyak ketemu, Nova. Aku seneng ngobrol sama kamu. Rasanya ada adik perempuan yang bisa aku ajak diskusi. Pokoknya setelah ini, kita harus lebih deket lagi. Aku mau belajar ngurus bayi dari kamu juga.”

Keduanya tertawa dan mengangguk bersemangat. Karleesha merasa kuat dengan hubungan akrabnya ini dengan sang adik ipar. Jika Janu macam-macam, keluarga pria itu akan melindungi Karleesha. Itu lebih penting.

[Ada special chapter yang harus kalian baca setelah baca bab ini, yes. Kunjungi di Karyakarsa kataromchick. Special Chapter yang ngulik soal siapa sih yang nelepon Bang Janu, ekhem. Mampir, deh, ya. Aku tunggu, loh.]

]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Wrong Turn, Embryo!Where stories live. Discover now