Pembuka

4.4K 497 24
                                    

Janu tidak tahu bagaimana harus memulai pembicaraan. Dia bersandar pada kepala ranjang, begitu juga perempuan di sampingnya. Bedanya, Janu duduk dengan punggung kaku. Dia merasa terbebani dengan situasi ini. Namun, perempuan di sampingnya sibuk mengeluarkan suara-suara aneh akibat ulah mereka semalam yang tidak disengaja.

Bodoh sekali Janu!

Pria itu tidak berhenti memaki dirinya sendiri yang malah membuat drama semacam ini.

“Auh!”

Janu terkejut.

“Wuahhh ...”

Semakin Janu melirik, semakin dia ketakutan dengan perempuan di sampingnya yang tak menggunakan apa-apa. Jika selimut hotel tidak digunakan, maka buah dada perempuan itu sudah menggantung dan bergerak mengacaukan isi pikiran Janu. Fokus, Nu!

Selurusnya Janu sebagai seorang pria, dia suka tubuh lawan jenisnya. Janu tidak sepolos itu meski track record hubungan asmaranya bisa dikatakan parah sekali. Ada tapi seperti tidak ada. Bagai makhluk astral yang keberadaannya bisa dirasakan tak kasat mata, itupun hanya beberapa orang saja yang bisa merasakannya. Dalam hal ini, hanya Janu yang tahu pengalaman percintaannya sendiri.

“Woahh—”

“Kar, bisa nggak kamu berhenti mengeluarkan suara semacam itu terus?”

Karleesha menoleh, mulanya kedua alis perempuan itu terangkat bingung. Namun, begitu menyadari yang memprotes adalah Janu, perempuan itu meringis kuda tak terlalu serius. Seperti biasa. Karleesha adalah perempuan yang tidak suka suasana serius. Agak mirip dengan adik Janu, Agusta. Namun, Karleesha masih dalam tahap yang bisa Janu atasi.

“Efek alkohol dan efek kamu tunggangi semalem—”

“Kar,” sela Janu.

“Oke, oke. Aku nggak akan godain kamu. Tapi serius, badan aku kerasa pegel banget. Jadi, aku butuh peregangan.”

Janu memejamkan mata, menarik napas begitu dalam hingga Karleesha bertanya heran. “Kamu kenapa tegang banget, sih?”

“Gimana aku nggak tegang? We did it! Tanpa sengaja aku—maksudku kita ... ah apa pun itu! Aku minta maaf.”

“Hah?”

Balasan Karleesha tidak membuat Janu lega sama sekali. Kondisi saat ini genting. Bagaimana bisa Karleesha sebegini santainya?

“Kamu minta maaf buat apa?” tambah perempuan itu.

“Buat semuanya. Aku ... udah ambil momen pertama kamu.”

Janu menarik napas panjang dan menahannya lebih lama.

“Terus? Kenapa kamu minta maaf? Jelas-jelas aku juga mau melakukannya. Kamu nggak maksa aku.”

“Tapi alkohol ...”

“Apa kamu semabuk itu, Janu?” tanya Karleesha.

No. Aku masih ingat semuanya.”

“Sama kalo gitu. Aku juga ingat semuanya. Jadi kita melakukannya mau sama mau. So, nggak ada masalah.”

Nggak ada masalah. Itu yang Karleesha katakan sebelum mereka membersihkan diri dan kembali ke rutinitas masing-masing. Janu sibuk menggantikan posisi ayahnya sebagai pemilik perkebunan bunga untuk menyuplai kebutuhan para pebisnis florist, dan Karleesha kembali fokus sebagai distributor bunga sekaligus pemilik beberapa bisnis menjanjikan lainnya. Hingga pada bulan keempat, Karleesha tidak rutin memesan bunga sendiri. Anak buah perempuan itu yang melakukannya. Janu cemas dan akhirnya menemukan fakta bahwa perempuan berusia 34 tahun itu tengah sibuk beristirahat karena kehamilannya yang terlihat begitu sehat.

Dan yang paling membuat Janu kesal bukan main hingga tak mampu berkata-kata adalah Karleesha yang menyapa dengan santainya begitu Janu menemukan perempuan itu.

“Hai, Januar! What kind of business do you have here?

Pertanyaan macam apa itu? Perempuan macam apa yang sebenarnya Janu tiduri? Perempuan macam apa yang bersikap seperti ini setelah keperawanannya Janu ambil dan ... hamil?! Takdir seperti apa yang membawa Janu hingga harus berhadapan dengan Karleesha Rumi begini?

[Here is the prolog! Yeyyy! Bang Janu ketemu cewek—eh, wanita yang lebih tua 4 tahun dari dia, pandai bergaul, centil, tapi aslinya sangat-sangat lurus(sampai kelurusannya dibelokin bang Janu)🤭. Kalo udah banyak pertanyaan, umur bang Janu di sini, Nopil ada gak di sini, dll. Ya, sekilas pasti ada. Perubahan juga pasti ada, maksudku sifat beberapa orang yang tergerus usia dan realita. Santai aja, yes. Gak usah mikirin konflik, karena kalian udah pasti tahu konfliknya dari blurb. Tungguin aja eksekusinya. Siapin kesabarannya. Simpan ekspektasi kalian untuk diri sendiri. So, yeah! Let's start it!]

Wrong Turn, Embryo!Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora