(a) The Twins

1.6K 270 6
                                    

Pada bulan menjelang melahirkan, Samantha datang dengan gaya khas yang agak membuat orangtua Janu bingung. Ibu dari Karleesha itu memang tidak suka jika tidak menggunakan riasan yang cukup tebal. Pakaiannya juga menunjang segala ke-glamour-an yang Samantha suka. Kebiasaan menjadi penyanyi pub dulu belum sepenuhnya hilang dari ibu Karleesha itu.

"Kenapa nggak tinggal di rumah sendiri? Kamu yakin mertuamu ini beneran baik? Masa kamu tinggal di sini sendiri, dipisah dari suami??" tanya Samantha dengan gaya ketusnya.

Karleesha mau tidak mau menyikut lengan wanita yang melahirkannya itu. Dia tidak ingin ucapan Samantha yang sekilas seperti berbisik itu padahal bisa didengar oleh Arsaki dan Samila. Sudah bagus Samantha disambut dengan sopan dan ramah. Namun, sikap Samantha malah jauh dari kata menghargai.

"Mama."

Samantha bersungut-sungut diperingatkan oleh Karleesha.

"Mama, kan, cuma tanya."

"Pertanyaan Mama itu nggak etis."

Arsaki akhirnya menengahi dengan menjelaskan duduk permasalahannya secara singkat pada sang besan yang memang datang sendiri. Samantha datang sendiri karena suaminya bekerja dan ada anak lelakinya yang masih sekolah. Jadi Samantha sendirilah yang memutuskan datang ke sini untuk memastikan kondisi putrinya.

"Oh, jadi demi menghindari hal semacam itu, toh. Saya kalau nggak dibilangin jelas begini nggak tahu apa-apa. Anak saya ini nggak mau menjelaskan panjang lebar, maunya nyuruh saya diem terus, Pak Arsaki."

Aduan tersebut ditimpali dengan senyuman singkat oleh ayah Janu.

"Saya paham, Bu Samantha. Anak saya juga melakukan hal yang nggak jauh beda. Sukanya menutupi masalah. Mungkin karena mereka merasa sudah dewasa dan mampu menyelesaikan masalah sendiri. Semua itu memang bagian dari pembelajaran kita sebagai orangtua."

"Oh, jadi anak Pak Arsaki juga setipe sama Karleesha ini? Sukanya ngomong secukupnya, nggak dijelasin panjang lebar, ya? Mirip berarti mereka, ya. Semoga aja cocoklah. Tapi ini anaknya Pak Arsaki ke mana? Dia nggak ngurusin Karleesha walaupun dipaksa beda rumah? Bagaimana pun Karleesha ini istri yang butuh didampingi karena sedang hamil, loh. Apa iya dibiarin aja?"

Karleesha menahan geraman dalam dirinya sendiri karena sang ibu yang tidak bisa menahan kata-kata sama sekali. Sudah terlambat mengunjungi pernikahan Karleesha beberapa bulan, wanita itu masih saja suka menuntut orang lain untuk bersikap lebih baik, seolah-olah Samantha orang paling baik di sana.

"Masih mengurus kebun kalau jam segini, Bu Samantha. Nanti juga pasti datang. Janu juga nggak kuat jauh-jauh dari istrinya, kok."

"Hm. Masa mertuanya datang nggak dibelain nemuin dulu-"

"Mama kalo nggak bisa jaga mulut nanti aku nggak akan urusin akomodasi untuk beberapa hari di Jakarta."

Ancaman itu ampuh untuk membuat Samantha diam. Meski memang tetap saja ada komentar yang muncul dari bibir wanita itu. Sepertinya memang sudah menjadi tabiat yang tidak bisa diubah sama sekali. Mau dipaksa berhenti bicara pun, Samantha tetap akan terus mencerocos ke sana kemari hingga Karleesha hanya bisa meminta maaf berulang kali pada kedua mertuanya karena perilaku Samantha.

"Mama capek banget ini, Kar."

"Mama dari tadi ngomong nggak ada capeknya perasaan," balas Karleesha.

Dia berani bicara begitu karena Samila yang sedang sibuk memasak di dapur dan Arsaki yang menuju kamar. Anak dan ibu itu dibiarkan untuk berdua saja bicara. Padahal tidak akan ada pembicaraan yang bisa berjalan baik bagi keduanya.

"Mulut kamu itu ketus banget kalo Mama ngomong sesuatu!"

"Turunan siapa? Dari tadi Mama ngoceh nggak sadar kalo ketus banget komen ini dan itu?"

"Mama nggak ketus, ya. Emang pembawaannya aja begini. Lagi pula semua komentar yang keluar dari mulut Mama itu bener. Jangan kamu anggap karena benci, tapi Mama mau yang terbaik buat kamu."

Karleesha tahu bahwa meski Samantha sibuk dengan kehidupannya sendiri, tetap ada rasa sayang yang dimiliki. Meski Samantha juga yang secara tak langsung egois meminta cerai pada papa Karleesha dulu, tentu Samantha tidak akan pernah menjadi mantan mama untuk Karleesha. Meski Samantha menilai sikap Karleesha sendiri yang membuat mantannya dulu menghamili perempuan lain, tetap saja Samantha tidak serta merta membuang Karleesha. Samantha tetaplah ibu yang melahirkan Karleesha. Dan sebentar lagi Karleesha akan melahirkan bayinya sendiri. Perjuangan selama mengandung membuatnya juga membayangkan Samantha melalui hal yang tak jauh berbeda sulitnya.

"Kar? Hei? Kamu nggak dengerin Mama, ya?"

"Apa? Emangnya Mama ngomong apa?"

"Hih, anak ini! Mama bilang, Mama nggak kuat kalo disuruh perjalanan lagi ke hotel. Badan Mama ini udah nggak seperti dulu. Cepet capeknya."

"Terus Mama maunya apa?"

"Mama tidur di kamar kamu, ya? Mama udah pengen tiduran ini, loh. Pegel banget pinggang sama kaki Mama. "

Tak lama, Arsaki keluar dari kamar dan menawarkan hal yang rupanya dibutuhkan oleh Samantha.

"Bu Samantha bisa pakai kamar anak bungsu saya untuk istirahat. Kebetulan anaknya kuliah luar kota, dan kamarnya memang selalu bersih, rapi. Gimana, Bu Samantha?"

Samantha melirik sekilas pada Karleesha dan akhirnya mengiyakan tawaran Arsaki. Meski di dalam hati Karleesha tahu tujuan mamanya tak mau menginap di hotel adalah ingin membaca seluruh kondisi di rumah besannya itu.

"Mama istirahat dulu, Kar."

"Hm, iya. Oke."

Karleesha hanya berharap mamanya tidak menimbulkan masalah lain dengan ikut tinggal beberapa saat di rumah orangtua Janu.

Wrong Turn, Embryo!Where stories live. Discover now