MOIRAI (36)

1.6K 60 3
                                    

"Aaaaaaaaaaakkkkkk"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Aaaaaaaaaaakkkkkk"

Mendengar teriakan Viona sontak Elvano langsung berlari menemui gadis itu.

"Kenapa??" tanya pria itu panik.

"Ada kecoa," jawab gadis itu yang sudah naik ke atas meja riasnya.

Mendengar hal itu Elvano hanya bisa menghembuskan napasnya berat lalu meninggalkan gadis itu sendirian tanpa membantunya.
Karena menurutnya itu hanya masalah kecil, kenapa harus berteriak di tengah malam seperti ini dan membuat pria itu panik setengah mati.

"El!!! tolongin!" gadis itu masih berteriak saat Elvano meninggalkannya.

"Kecoa nggak bakal ngebunuh lo, lebay banget."

Dengan kesal gadis itu turun dari meja riasnya dan mengambil satu bantal dan selimutnya, ia berniat tidur di sofa malam ini karena takut masih ada hewan menjijikkan itu di dalam kamarnya.

Walaupun merasa sedikit kurang nyaman, gadis itu tetap memilih tidur di sana karena memang sudah sangat mengantuk.

Pagi hari pun tiba, Elvano yang asik menikmati tidurnya perlahan terusik karena suara alarmnya yang berbunyi. Sebelum mandi, pria itu berjalan keluar dari kamarnya untuk membuka jendela agar udara segar bisa masuk namun, pandangannya tertuju pada wanita yang sedang meringkuk di atas sofa.

"Woi bangun!!" Teriak Elvano tepat di telinga gadis itu.

Viona melihat ponselnya dan ternyata masih pukul 06.14 membuatnya bernapas lega, ia pikir dia akan terlambat lagi.

"Gue pinjem kamar mandi lo ya." Ucap Viona hendak masuk ke dalam kamar pria itu namun di hentikan dengan tangan kekar yang menarik rambutnya.

"Awwss sakit, bisa nggak sih gausah tarik-tarik rambut," kesalnya dengan wajah cemberut.

"Gabisa! lo mandi di kamar lo. Bodoamat soal kecoa yang ada di sana gue gak peduli!" Elvano berjalan ke kamarnya meninggalkan gadis itu yang masih memasang wajah kesalnya.

~~~

Sore hari setelah pulang sekolah, Viona mendapat kabar gembira bahwa kondisi Lucas mulai membaik. Akhirnya gadis itu langsung bergegas menuju rumah sakit untuk menjenguk sang kakak.

"Lo mau kemana? masak dulu lah buat gue!"

"Gue mau ke rumah sakit, lo Gofood aja dulu." Jawab Viona sambil memakai jaket dan mengambil kunci motornya di atas meja.

Elvano berbalik badan melihat gadis itu yang sedang membuka pintu apartemen, "Ngapain ke rumah sakit?" tanya Elvano.

"Mau jenguk kakak gue," jawabnya dan langsung meninggalkan apartemen.

Mendengar hal itu membuat Elvano juga ikut mengambil kunci motor dan jaketnya berniat mengikuti gadis itu secara diam-diam.

Viona berlari kecil setelah kamar kakaknya sudah terlihat jelas di depannya, dia mengetuk pelan pintu itu kemudian masuk dengan senyuman yang merekah di bibir manisnya.

"Bagaimana sus?" tanya Viona pada suster yang sedang memeriksa kakaknya.

"Syukurlah kondisi pasien saat ini sudah jauh membaik, kita berdoa yang terbaik semoga pasien segera sadar," ujar suster itu sangat ramah.

Elvano yang sedari tadi mengintip di luar ruangan hanya bisa mengepalkan tangannya, rasa dendamnya sama sekali tidak hilang walaupun melihat rivalnya itu dalam kondisi seperti ini.

"Dendam gue gak akan berakhir kalau lo belum mati," gumamnya pelan. Elvano meraih ponselnya dan menghubungi semua temannya agar berkumpul di markas mereka.

Setelah menutup panggilan itu, pria itu meninggalkan rumah sakit dan menuju markasnya. Di sana teman-temannya sudah berkumpul dan menunggunya.

Setibanya di bangunan itua itu, Elvano memarkirkan motornya dan langsung berjalan dengan tatapan tajamnya. Dion yang hendak membuang sampah terkejut dengan kedatangan ketuanya itu yang terlihat sangat marah dan emosi.

"Bos kenapa?" tanya Dion namun tidak mendapat jawaban dari pria itu.

"Gue butuh kalian buat bantuin gue habisin Lucas hari ini," mata tajam pria itu terlihat sangat menakutkan, tangannya terkepal kuat hingga urat urat di tangannya terlihat sangat jelas.

"Sabar El, kita nggak boleh bertingkah gegabah, bisa bahaya juga buat kita," ujar Felix berusaha menenangkan Elvano.

"Gabisa Lix, gue harus habisin dia sekarang! bukannya memburuk kondisi dia sekarang semakin membaik. Gue nggak rela lihat dia hidup dengan tenang sedangkan Alana...." Elvano menjeda ucapannya dan menunduk.

"Pacar gue meninggal gara-gara cowok brengsek itu!" lanjutnya dengan metanya yang sudah berkaca-kaca, pria itu terlihat sangat hancur saat ini bahkan Felix yang bisa membantu meredakan emosi sahabatnya itu kini terdiam.

"Sorry, El tapi gue gak bisa, Lucas sebentar lagi jadi saudara gue," ucap Angkasa yang membuat mereka semua melotot tidak percaya.

"Apa! apa lo bilang, coba ulangin!" timpal Bara menghampiri Angkasa yang duduk di sofa.

"Nyokap gue sama bokapnya Lucas bakal nikah bulan depan," jawab Angkasa dengan wajah datarnya. Bisa mereka lihat pandangan Elvano yang tadinya membara kini berubah menjadi tatapan kecewa, dia mendudukkan dirinya di sofa dan mengusap wajahnya kasar, pikirannya kacau saat ini.

"Udah berapa lama mereka ngejalin hubungan?" tanya Elvano masih berusaha menenangkan dirinya.

"Satu bulan terkhir ini, mereka juga udah tunangan" jawab Angkasa jujur.

"Lo kenapa nggak bilang sama kita, Sa. Kita ini temen lo!" kesal Bara.

"Sorry, tapi gue pikir ini masalah keluarga gue, dan Viona sendiri yang ngelarang gue buat cerita ke siapa-siapa apalagi ke kalian."

"Gue gak habis pikir, dunia ini rasanya sempit banget." Ucap Felix memijat pelipisnya pelan dan duduk di samping Elvano.

Elvano bingung harus bagaimana, ia memilih meninggalkan tempat ini dan kembali ke apartemen untuk menenangkan diri. Di satu sisi dia ingin sekali menghabisi Lucas yang notabene nya sekarang menjadi kakak iparnya. Dan di sisi lain dia juga menghargai keputusan Angkasa yang tidak mungkin melakukan hal kejam itu kepada saudara tirinya.

Setibanya di apartemen, di sana sudah ada Viona yang sedang memasak untuk Elvano. Gadis itu mulai belajar menghargai Elvano sebagai suaminya, karena pria itu memang terbukti tidak bersalah yang membuatnya membuang jauh rasa dendamnya pada pria itu.

"Mau makan nggak, udah jadi nih," ucap viona saat Elvano sedang menuang air mineral ke dalam gelasnya.

"Gue nggak laper!" jawabnya ketus yang membuat Viona cemberut, pasalnya viona sudah ber susah payah untuk membuatkan makanan untuk pria itu, tapi apa? pria itu sama sekali tidak menghargainya, Viona memang salah telah berbaik hati pada pria jahat ini.

Dengan perasaan kesal Viona meraih piring dan menyajikan makanan untuk dirinya sendiri, tau begitu Viona tidak perlu repot-repot memasak sebanyak ini.

~~~

~~~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MOIRAI [Lengkap]Where stories live. Discover now