Chapter 49 : Another betrayer

206 22 9
                                    

Angin malam bertiup sepoi-sepoi saat pesawat helikopter hitam mendarat di hutan lebat. Minho dan yang lainnya, yang telah berlatih mati-matian untuk misi ini, turun satu per satu dengan gerakan cepat dan terkoordinasi.

Minho, yang merupakan komandan tim, mengumpulkan semua anggota tim untuk memberikan instruksi terakhir. Dia menatap mereka dengan tatapan serius, mata cokelatnya dipenuhi dengan balas dendam yang membara.

"Kita tahu apa yang harus dilakukan," kata Minho dengan suara rendah.

"Aku akan melakukan aksiku sendiri. Gally dan Fry, kalian berdua pastikan melakukan apa yang jadi pertanggung jawaban kalian. Aris dan Newt, pastikan jalur evakuasi aman. Brenda dan Jorge, tembakan kalian yang akan ku tunggu-tunggu." Kata Minho. Mata cokelatnya bertemu dengan mata lentik milik cessie.

"Cessie," panggil Minho. Sempat hening ketika Minho berjalan kearahnya.

"Carl, tolong jaga dia." Ucap Minho, dengan tatapan yang mengarah pada Cessie.

Mereka semua mengangguk sebagai tanda persetujuan. Misi ini adalah penyusupan ke markas besar WICKED, yang mereka yakini memiliki informasi yang sangat penting tentang kelompok penyelamat mereka, Gladers. Mereka harus berhasil.

Mereka berpencar dengan cepat. Cessie menyaksikan Minho berlari dengan penuh kewaspadaan, melakukan gerakan persembunyian lalu menghilang ketika Carl mulai menarik lembut tangan Cessie untuk mengikutinya.

"Fokus, nak. Ini akan jadi hal yang sulit untukmu. Ayo!" Ajaknya. Cessie dengan berat hati harus memutuskan kontaknya saat melihat Minho menghilang di sudut bangunan.

Sementara itu, Aris dan Newt menyelinap masuk ke dalam markas dari sisi yang berlawanan. Mereka berdua adalah ahli dalam teknik penyusupan, dan mereka tahu betul bagaimana menghindari perangkap yang bisa saja mengancam nyawa mereka.

Brenda, yang memiliki senjata sniper andal, menempati posisi tinggi di pohon-pohon besar yang menghadap ke markas WICKED. Dia memeriksa senjata mereka dengan teliti, siap mengambil tindakan jika diperlukan. Sementara Jorge, dia akan melakukan penembakan dari jarak dengan menggunakan shotgun miliknya.

Dengan gerakan cekatan, mereka memanjat pagar besi dan melompat masuk ke dalam markas. Mereka bergerak dengan cepat, menghindari penjagaan yang sedang patroli. Benar kata marcus. Carl adalah ahlinya. Bahkan Cessie merasa sangat lancar ketika menyusup dengan Carl.

Cessie dan Carl berhasil masuk ke dalam fasilitas markas. Mereka bergerak dengan percaya diri, berusaha tidak menarik perhatian siapa pun. Namun, mereka tetap waspada, siap untuk bertindak jika situasi berubah.

Tiba-tiba, terdengar suara alarm yang memecah kesunyian di dalam markas. Semua anggota tim merasa detak jantung mereka berpacu lebih cepat. Mereka tahu bahwa waktu mereka mulai terbatas.

Cessie dan Carl melihat situasi semakin memanas. Mereka mencoba untuk tetap berpura-pura sebagai staf medis, tetapi mereka tahu bahwa mereka akan terbuka jika terlalu lama. Cessie memeriksa perangkat komunikasi yang mereka bawa, mencoba menghubungi anggota tim lainnya untuk meminta bantuan.

"Kita harus bergegas. Di ujung sana ada ruang rahasia. Aku yakin Carol menempatkan mereka disana." Kata carl.

Dia mengikuti Carl dengan cepat saat dia memimpinnya ke sepanjang koridor yang gelap. Namun, ada perasaan aneh yang mengganggunya, seperti ada sesuatu yang tidak beres.

Mereka akhirnya tiba di sebuah pintu yang terlihat seperti akses ke ruangan yang lebih besar. Carl menoleh pada Cessie dengan senyuman jahat di wajahnya. "Mereka ada di sana, Cessie. Masuklah."

Cessie menatap Carl dengan penuh harapan dan kemudian membuka pintu dengan hati-hati. Namun, ketika dia memasuki ruangan itu, dia merasa jantungnya hampir berhenti.

Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)Where stories live. Discover now