Chapter 36 : Reality

173 18 13
                                    

Trigger warning: Cerita ini mengandung konten yang sangat kasar, kekerasan, perbudakan, pelecehan fisik, dan pembicaraan yang mungkin tidak pantas atau meresahkan. Disarankan untuk berhati-hati dan mempertimbangkan kenyamanan pribadi sebelum melanjutkan membaca.

Cessie's POV ..

Aku bisa menyaksikan Wanita itu dengan pakaian satin lengan sejari. Pakaian itu sangat pendek. Pandanganku tak lepas dari Minho. Dia tampak terganggu. Aku sangat mengenal gerak-gerik kegelisahan dalam dirinya.

Yh Tuhan. Jangan Minho. Semoga saja dia tidak melakukan hal yang sempat terlintas di pikiranku.

"Memangnya kenapa? Ini cukup lembut dan nyaman ditubuhku. Kau menyukainya?" Tanya jalang satu itu.

Sialan. Luna sialan! Aku akan membunuhnya setelah ini.

"Kau tidak cocok mengenakan pakaian itu. Kau tampak seperti jalang profesional yang mencari mangsa." Ucap Minho. Slay it, Minho! Kapan aku melihatnya terkekah manis seperti itu? Ah sialan. Perasaanku mulai, sedikit terbakar menatap mereka.

Wanita itu tertawa dengan suara yang dibuat-buatnya. Sungguh menjijikan dia disana.

"Apa malam ini aku akan mendapat ekstra servis darimu? Tuan spesial?" Tanya wanita gila itu. Astaga. Bagaimana bisa Minho dan wanita itu memiliki chemistry yang cukup mengerikan.

"Tentu saja, tidak." Ucapnya singkat. Aku masih menatap Minho dari tempatku. Dia agak gelisah. Sesekali dia memegang kepalanya setelah meneguk mineral yang Luna berikan.

"Ada apa?" Jalang itu menanyakan dengan lembut, dia menyentuh paha Minho. Membuat napsu ingin membunuhnya membara dalam diriku. Minho tampak kaget lalu menjauhkan tangan Luna dari pahanya. Aku cukup mengacungkan jempol untuk priaku di sana.

"Jangan sekalipun kau membiarkan tanganmu menyentuhku. Aku kesini hanya untuk menanyakan keberadaan Jorge dan yang lainnya." Jelas Minho dengan tegas.

"Mereka sedang bersenang-senang, Minho." Jawab nya lagi mencoba mendekat kearah Minho.

Minho tampak diam. Dia seperti sedang menahan sesuatu dalam dirinya. Cahaya bulan yang menyinari mereka berdua, aku bisa menyaksikan wajah Minho yang lembut dengan rambutnya yang selalu ingin ku pegang tampak semakin indah dan nyata.

Tapi rasanya ada yang aneh di antara mereka. Kenapa Minho seketika berubah sejak meminum minuman yang Luna tawarkan padanya tadi?

"Brengsek. Kau menaru obat di minumanku tadi?" Bentak Minho sangat kuat. Aku kaget. Benar dugaanku. Ada yang salah dengan minuman itu. Sudah lama aku tak melihatnya se emosional ini.

Wanita gila itu hanya bergerak-gerak secara erotis menggoda Minho. Aku menatap Minho mendorongnya dengan kasar. Hal itu membuat Luna terlentang dengan tangan yang terbuka ke atas dan rambutnya yang tersebar.

Dia sangat cantik. Harus ku akui. Tapi Minho? Ku harap dia baik-baik saja.

"Katakan. Padaku!." Bentak Minho. Dia menekan bahu Luna dengan kuat. Aku bisa menyaksikan kasurnya tertekan kebawah membuatku bisa membayangkan seberapa kuat Minho menekan bahunya.

"Jawab Luna! Berapa banyak dosis yang kau pakai?!" Ucapnya lagi.

"Aku tau apa yang kau rasakan, Minho. Kau hanya butuh membebaskan perasaan itu lalu semuanya berakhir dengan nikmat" ucap Luna, perlahan mulai melucuti pakaiannya sendiri.

Oh Gosh. Apa lagi yang akan ku saksikan. Sialan. Nafasku mulai memburu.

"Tutup mulutmu, sialan!" Ucap Minho. Dengan cepat, dia melayangkan tamparan ke pipi Luna. Aku.. aku sangat kaget. Sejak kapan Minho berlaku kasar pada wanita? Apa.. apa dia sekasar itu? Apa yang aku lewati selama lima tahun terakhir ini?

Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora