Chapter 10 : Her

232 37 10
                                    

Author's POV ...

"Aku tak bisa, Minho. Aku tak bisa membawamu kembali. Kau sudah memiliki kehidupanmu sendiri. Begitu juga dengan aku." Ucap Cessie. Dia tak ingin mengatakan hal itu, tapi situasi dan kondisi memaksanya untuk menolak pria yang dia cintai.

Minho menatapnya lekat-lekat, membuat Cessie harus memalingkan wajahnya untuk tidak menatap mata itu.

"Apa itu karena anakmu? Ayah dari anakmu?" Pertanyaannya terdengar menusuk kedalam relung hati Cessie.

Dia anakmu, bodoh!

"Minho, kumohon. Tempat ini tak aman untukmu. Kumohon pergilah. Bagaimana jika cranks fase tiga atau empat mencium baumu? Mereka akan datang menggerogotimu. Aku tak bisa melindungimu. Pergilah." Ucap Cessie memaksa.

Minho merasa terhina. Tak pernah ada seorang yang mengusirnya seperti mengusir seekor babi yang menghancurkan tanaman.

Minho terdiam dengan perasaan tak karuan. Ini benar-benar dia.

"Pergi? Tidak. Lima tahun aku berpegang teguh, Cess. Aku tak bisa mempercayai kematianmu sebelum aku menemukan jasadmu di kota terakhir dan menguburkanmu dengan tenang. Tiga hari setelah kejadian itu, aku kembali ke kota terakhir Denver, aku tak menemui jasad di tempat terakhir aku melihatmu dan Newt. Aku yakin sesuatu terjadi. Tak mungkin kalian hilang begitu saja. Mereka menyuruhku untuk merelakan mu, tapi aku tak bisa. Aku memutuskan untuk pergi ke parit, membongkar jasad-jasad Crank sebelum mereka membakarnya. Memastikan aku tak menemukan jasad mu ditempat itu. Seminggu aku membongkar jasad mereka, tapi kau tak disana." Ucap pria itu masih dalam sendu.

Matanya berair, Cessie tak pernah menemui Minho dititik terendahnya.

"Tapi, Minho. Apa lagi yang kau inginkan dari seorang Crank sepertiku? Aku... Aku sudah tak berguna. Aku tak sebanding dengan wanita kemarin yang bersamamu." Ucap Cessie.

Sesak.

"Kumohon, Cessie. Bawa aku ke kediamanmu. Aku ingin menjelaskan semuanya." Ucap Minho memohon sambil memegang tangan Cessie. Tangannya bergetar, dingin menyelimuti dirinya.

"Tidak. Pergilah. Aku tak ingin menganggu mu." Ucap Cessie melepas tangan Minho yang memegang tangannya.

Minho tampak mendekat, semakin dekat membuat Cessie sesak di tembok yang menyentuh punggungnya.

"Im nothing without you. You Mean so much to me." Ucap pria itu. Tangannya meraih pipi Cessie, mengelusnya dengan lembut.

Tanpa sadar Cessie mulai jatuh dalam belaian itu. Seakan tak merasakan seperti Crank, wanita itu terlihat nyaman dan relax.

"Aku tak pernah membayangkan hidup tanpamu. Aku tak bisa merencanakan apa saja. Aku tak memiliki harapan sejak kau menghilang..kau adalah harapanku. Banyak yang ingin ku ceritakan padamu. Kumohon, Cessie. Bawa aku ketempat mu." Ucap Minho. Perlahan Cessie membuka matanya menatap pria itu.

Cessie tak tau harus bereaksi apa. Tangannya menyentuh wajah Minho seakan sedang mencoba mengenali seorang hantu untuk memastikan bahwa dia bukanlah hantu.

"Minho, kau tak tau seberapa siksanya diriku setiap malam mengingatmu. Memikirkan sebuah tempat yang indah, yang jauh dari kekacauan, hidup bersama kawanan yang tersisa dan membangun sebuah kota untuk kita. Aku tak menyangka, kau... Kau bahkan sudah memiliki gadis lain selain diriku." Ucap Cessie. Sesaat, tangan yang menyentuh wajah Minho mulai tersorot kebawah.

Seakan tak bertulang, Cessie tak bisa membayangkan hal itu terjadi.

"Aku bisa menjelaskan semuanya. Semua yang tak pernah kau dengar. Apapun akan kulakukan agar aku bisa menjelaskan hal itu padamu." Ucap Minho mengelus wajah Cessie dengan lembut.

Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)Where stories live. Discover now