Chapter 25 : Promise

241 27 6
                                    

Author's POV ...

Setiap isakan terasa menyakitkan. Luna merasa dunia membencinya. Dia tak tau harus mengadu pada siapa. Kali ini Minho menghancurkan hatinya.

"Kau... Aku- kau menyakitiku... Andai kau mendengarkanku, Minho. Aku... Aku tak bisa." Luna hampir tidak bisa bicara, suaranya tercekik oleh derita yang tak tertahankan.

"Kau menyakitiku sangat dalam. Aku bodoh. Aku bodoh. Aku bodoh mencintaimu." Ucapannya terputus-putus oleh rintihan tangisnya.

Minho tak bisa. Dia tak pernah bisa melihat wanita menangis karena dirinya. Menyaksikan Luna membuat hatinya hancur. Dia hancur seketika.

Minho berdiri di sana, merasa seperti terjatuh ke dalam jurang kegelapan yang dalam. Dia merasa tak berdaya, melihat mata Luna yang dulu penuh cinta kini penuh dengan kekecewaan dan patah hati. Dia ingin menghapus semua rasa sakit itu, menggantinya dengan kebahagiaan, tapi dia sendiri tau bahwa Luna bukanlah orang yang dia inginkan.

Walaupun semua ini terjadi tanpa maunya, Minho tetap sedih melihat Luna tersiksa karena dirinya. Minho hanya bisa merasakan sesak di dada, rasa menyesal yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Andai dia mendengar ucapan Luna. Dia seharusnya di markas, menemani Luna dalam masa kandungannya. Cessie membuat Minho buta akan keadaan yang seharusnya dia jalani.

Minho berlutut disamping ranjang, menatap Luna dengan penuh keputusasaan. Dia tau, kali ini dia benar-benar keterlaluan. Walaupun dia tak menyebabkan Luna seperti ini, setidaknya jika Minho ada, Luna tak kan seperti sekarang. Wanita itu juga menginginkan hidup yang normal tanpa harus terikat kontrak dengan Wicked.

Minho meraih tangan Luna, mencium punggung tangan Luna dengan lembut. Ada satu hal yang tak pernah Luna bayangkan. Minho melakukan semua kontak dengannya sambil memikirkan Cessie. Jika bisa diutarakan dengan kata secara langsung, Minho adalah pria brengsek yang egois. Menginginkan Cessie dengan cara membayangkan Cessie disetiap sentuhan intim yang dia lakukan pada Luna.

"Demi Tuhan, Luna. Aku sangat menyesal." Ucap Minho penuh penyesalan. Luna menatapnya tajam, mendorong Minho sekuat tenaga walaupun Minho tak goyah dari posisinya. Minho terlalu kuat untuk dorongan dari wanita lemah seperti Luna.

"Kau baru menyesalinya sekarang saat anakku sudah tiada? Aku bahkan belum sempat bertemu dengannya, Minho. Kau brengsek! Egois! Kau tak—" ucap Luna terputus, suaranya gemetar oleh rasa sakit yang tak terlukiskan. Minho segera memeluknya dengan tulus, mencoba merangkul kerapuhan Luna yang tercerai-berai.

Setiap sentuhan Minho di tubuhnya, saat kulit mereka bersentuhan, terasa hangat dan menyakitkan dalam keheningan penuh penyesalan. Dan untuk pertama kalinya, Luna merasakan pelukan spontan yang tulus dari Minho tanpa adanya pengaruh obat-obatan.

Luna menangis, air mata tak lagi keluar dari kelopak matanya. Begitu banyak pertanyaan yang menghantuinya, dan dia merasa hancur oleh perasaan bersalah dan kehilangan yang tak terbayangkan. Dia tak bisa membayangkan hal buruk terjadi dalam hidupnya, tapi kenyataan pahit ini tidak dapat dihindari.

"Kau puas?" Luna berkata dengan nada penuh patah hati, suaranya gemetar karena derita yang teramat dalam. "Aku rela kau menggunakan tubuhku, bahkan saat kau mabuk dan tak sadarkan diri, aku sempat-sempatnya melayanimu. Aku... Ini... Semua ini tak masuk akal. Apa lagi yang berharga dariku? Kau sudah mendapatkan semuanya. Sekalipun hatiku, kau bahkan menghancurkannya tanpa ada satupun yang kau perbaiki. Minho, aku kehilangan anakku. Kita kehilangan bayi kita." Suaranya pecah dalam keputus-asaan, setiap kata terasa seperti beban yang tak tertanggungkan.

Minho merasakan keretakan di hatinya semakin melebar dengan setiap kata yang terucap dari Luna. Dia tahu bahwa semua yang Luna rasakan adalah benar, dan dia merasa tak berdaya menghadapi kenyataan bahwa dia tel ini.

Dia berusaha menjaga rasa sakit dalam hatinya tetap terkendali, berusaha menemukan kata-kata yang bisa meredakan kepedihan di mata Luna.

"Katakan padaku. Katakan apa yang bisa kulakukan untuk memperbaiki semua ini. Aku sangat bersalah. Aku sudah cukup banyak menghancurkan duniamu. Maaf, karna aku, kau harus menderita seperti ini. Aku mengerti betapa repopulasi membuatmu hancur. Maafkan aku. Aku beran benar minta maaf, Luna." Ucap Minho dengan lembut.

Dia tau sekalipun dia sudah berjanji pada Cessie, tapi Luna sudah bersamanya selama lima tahun. Terdapat perbedaan antara Cessie dan Luna. Walaupun mereka hidup selama lima tahun, namun Cessie masih menduduki tahta dihari Minho. Sekalipun dia dan Luna lebih banyak melakukan hubungan badan dari pada Minho dan Cessie.

Apa daya jika hati Minho sudah terkunci pada Cessie, walau Luna memberi tubuhnya pada Minho, pria itu tak kan goyang. Hatinya sudah terikat dengan Cessie, sekalipun selama lima tahun terakhir mereka sudah menganggap Cessie meninggal.

"I just want you, to be with me." Ucap Luna pelan. Seketika pupil mata Minho menajam.

"Yeah. Tapi hanya sekedar membantumu pulih. Kau tau aku kan, Luna? Kau tau bahwa kau tak bisa memiliki hatiku. Aku tak ingin kau semakin jatuh padaku hingga kau sendiri yang nantinya tersiksa saat mendapatimu tak bisa membalas cintamu. Aku sudah memperingatkanmu sejak awal." Ucap Minho. Luna mengangguk dengan penuh rasa kecewa.

Tak apa. Bersamamu saja sudah cukup untukku. Pikir Luna penuh rasa sakit.

"Perlakukan aku dengan lembut. Aku tak ingin kau mengabaikan ku. Kau tak perlu membalas cinta ku, Minho. Aku sangat terobsesi padamu. Aku dibutakan dengan cintaku padamu. Aku tak peduli lagi. Aku tak peduli lagi dengan semua yang terjadi. Kumohon. Jika kau ingin menyentuhku, lakukanlah. Apapun untukmu, hanya untukmu." Ucap Luna datar. Wanita itu sudah tidak bisa merasakan apapun tentang perasaannya.

"Ku rasa aku sudah melecehkan mentalmu. Maafkan aku, Luna. Mereka menempatkan kita disituasi yang buruk." Ucap Minho. Entah itu lucu atau tidak, Luna tertawa kecil sambil mengelap air mata dipipinya.

"Kau merasa bersalah telah melecehkan mentalmu? Bagaimana bisa kau merasakan hal itu saat kau melecehkan tubuhku? Kau aneh. Itu yang membuatku jatuh cinta padamu." Ucap Luna. Minho mengernyit mendengar wanita itu.

"Demi apapun, Luna. Kita baru saja kehilangan bayi kita, dan kau malah tertawa sekarang. Yah Tuhan. Kita berdua benar-benar gila?" Ucap Minho frustasi, bingung, campur aduk hingga membuatnya ingin menghilang dari posisinya.

"Kira-kira aku mengandung usia satu atau dua Minggu. Aku akan berusaha mengikhlaskan nya. Tapi secara teknis dia belum bisa disebut bayi. Kau perlu banyak belajar soal tahap sel telur menjadi bayi." Ucap Luna.

Minho menatapmya dengan ngeri. Beberapa jam yang lalu dia menyaksikan dengan darah yang mengerikan membanjiri tubuhnya. Sekarang wanita itu tampak baik-baik saja. Dia telah kehilangan akal. Minho menjadi khawatir Luna gila dibuatnya.

























Guys. Thank you so much yang masih nunggu cerita ini.

Jujur aja aku rada ga mood buat nulis. Tapi pas cek DM Ig dan WP yang nanyain keberlanjutannya, tiba-tiba aja mood balik. Makasi banget buat kalian.

Dan pertanyaan aku setelah lama gak muncul. Kalian di pihak mana? Minho Cessie atau Minho Luna?

Have a great night. Stay safe.

Always love you guys. <3

Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)Where stories live. Discover now