Chapter 17 : Jealousy

230 34 0
                                    

Author's POV ...

Matahari terbenam nenyisahkan bayang-bayang dari cakrawala. Cessie mendapati dirinya berdiri dihadapan seorang pria, menatap mata itu dengan gelora yang tak terucap.

"Kau yakin tak kan merindukanku?" Ucap pria itu bergurau. Cessie memancarkan senyum diwajahnya.

"Aku akan merindukanmu." Ungkapnya. panah asmara terasa panas dimasing-masing mereka.

Minho mendekat kearahnya, mengecup keningnya dengan lembut dan membelai menyingkirkan sedikit rambut yang menutupi leher Cessie.

"Ah, my beloved Cessie. Kau merindukan diriku kan, Bukan apa yang kita lakukan tadi?" Guraunya.

Sekali lagi gadis itu tersipu malu. Mereka tampak akrab, terlihat dari bahasa tubuh Cessie yang melingkarkan tangannya di leher Minho dan tangan Minho yang memegang pinggang Cessie dengan lembut.

"Bagaimana jika aku merindukan keduanya?" Gurau Cessie. Minho tersenyum kearahnya.

"Sudah tau sejak sebelum kau mengatakannya." Ucap Minho.

Cessie tersenyum malu dihadapan Minho. Minho selalu tak kuat menatap Cessie dengan sifat malunya.

"Gotta go, my darling." Ucap Minho mengecup keningnya.

Wajah Cessie tampak muram, Minho mulai menyadari saat tangan Cessie terlepas dari rangkulannya.

"Ada apa? Kau tampak memikirkan sesuatu." Tanya Minho.

Cessie menarik nafasnya panjang, ada sesuatu yang membuatnya khawatir. Bagaimana jika Minho bertemu dengan wanita itu lagi? Pikirannya sangat buruk. Sudahlah, aku percaya pada Minho.

"Tidak, aku hanya akan merindukanmu. Kau akan kembali lagi kan?" Tanya cessie padanya.

Minho tampak merasakan sesuatu yang Yang dipikirkan Cessie.

"Katakanlah, agar aku tak merasa bersalah jika aku tak tau apa yang kau pikirkan." Pinta Minho.

Cessie menatap pria itu sangat lekat, tak sedikitpun matanya berpaling dari pandangan Minho.

"Kau... Apa yang akan kau lakukan jika kembali kesana?" Tanya Cessie dengan wajah yang sedih. Minho tau arah pembicaraan mereka. Pria itu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya seakan memikirkan hal yang sama.

"Kau memikirkan Luna?" Cessie tersenyum simpul ketika mendengar nama itu.

Jadi namanya Luna.

"Nama yang indah. Sama seperti pemiliknya." Ucap Cessie tertunduk.

Minho sedih berdiri dihadapan Cessie dengan sorot dan sejarah yang terukir diantara mereka. Minho mendekapnya, menaru kedua tangan dipipi wanita itu.

"Andai waktu bisa kukejar dan kehidupan bisa kubangun kembali, aku akan menempuh segala rintangan dan berkelana ke ujung dunia hanya untuk menemukanmu di tempat terakhir kau berada. Aku akan mencari jejakmu di setiap sudut dunia, melewati scorch dan menggali parit sekalipun, melewati malam yang gelap dan siang yang terik, hanya untuk menemukanmu. Aku tak ingin menemukan Luna di Safe Haven. Aku hanya ingin menemukan Cessie ku di Crank City, karena cintaku hanya milikmu, dan aku takkan mengingkari janjiku." Ucapannya terlontar dengan kenangan yang menusuk.

Setiap kata yang keluar dari bibirnya membawa Cessie kembali pada momen-momen indah yang pernah mereka bagikan. Setiap kalimatnya menggugah hati wanita itu dan menghidupkan kembali api cinta yang terpendam di dalam dirinya.

Kenangan itu menusuknya dengan kekuatan yang tak tergambarkan, mengingatkan Cessie pada betapa dalamnya cinta yang pernah mereka rasakan. Cessie terdiam.

"Aku tak yakin, Minho. Bagaimana bisa kau tak jatuh cinta padanya? Kalian... Kalian melakukan itu bersama. Bahkan lebih dari kau melakukannya bersamaku." Sekarang giliran Minho yang terdiam.

Seketika perasaan pria itu tak karuan mendengar pendapat Cessie. Setelah sekian lama, Cessie tak mempercayai dirinya.

Minho menatap Cessie dengan tatapan tajam, mencoba menangkap bagaimana dia bisa memunculkan pertanyaan seperti itu.

"Cessie, kau membuat asumsi yang salah. Hanya karena aku dan Luna memiliki hubungan yang intim, bukan berarti aku jatuh cinta padanya. Ada perbedaan besar antara keterlibatan fisik dan perasaan yang mendalam."

Minho menghela napas dengan frustrasi, berusaha mengumpulkan pikirannya. Dia berhenti sejenak, nada suaranya sedikit lebih lembut.

"Apa yang terjadi antara kami tidak pernah mencapai tingkat yang sama seperti yang aku miliki dengan mu, sayang. Tidak ada hubungan emosional yang berkembang antara aku dan Luna. Jadi, tolong jangan menganggap hal-hal yang tidak benar."

Cessie mengambil napas dalam, mencoba menenangkan dirinya. Menyaksikan Minho, membuat Cessie semakin jatuh dalam perasaannya. Pria itu dengan gampang membuat lawannya jatuh hati. Apa ini tidak berlaku pada Luna?

"Haruskah aku mempercayaimu? Bagaimana jika aku percaya padamu tapi kau tak mungkin bisa mengontrol perasaannya. Aku yakin dia mencintaimu. Bahkan mungkin lebih dari cintaku padamu? Aku khawatir dia bisa memberi yang lebih baik dari pada yang bisa kuberi?" Ucap gadis itu.

Minho tak mampu berkata-kata.

"Aku mengerti. kau mungkin merasa sakit hati atau cemburu-" ucapnya terhenti.

"Aku tidak sakit hati. Aku juga tidak cemburu pada kalian. Apa salah aku bertanya?" Ucap Cessie frustasi. Melihat wanita itu membuat Minho yakin dengan apa yang Minho asumsikan.

She's jealous.

"Okey. Baiklah. Aku tidak punya waktu untuk membiarkan kebingungan ini berlanjut. Hubunganku dan Luna bukanlah sesuatu yang bisa ditaburkan ke segala arah, Cessie. Apa yang terjadi antara kita hanya merupakan hal yang sederhana dan tidak ada makna khusus di dalamnya. Aku melakukan itu karena tau kau telah tiada, tapi jauh dalam lubuk hatiku, aku hanya membayangkan kau dihadapanku saat menatap Luna. Maafkan aku. Aku tak bisa melupakanmu. Tak akan pernah." Minho menggigit bibirnya, mencoba menahan frustrasi.

"Hubungan sederhana ya? Hubungan sederhana yang intim. Luar biasa." Ucap Cessie tersenyum sinis menatap Minho.

Minho dibuat frustasi dengan pertanyaan gadis itu. Cessie tau jelas apa yang harus dia lakukan untuk merusak suasana hati Minho.

"Aku benci kau harus membahasnya." Ucap Minho spontan.

Cessie menaikan alisnya tersenyum simpul kearah Minho. Gadis itu mendekatkan wajahnya, menengadah kearah Minho sambil menggigit bibirnya sendiri. Cessie bahkan tak tau bagaimana setiap pergerakan kecilnya membuat Minho suka dan tak suka pada waktu yang bersamaan.

"Oh, lihat. Minho ku mencoba membelanya." Ucap Cessie tertawa. Dibalik tawanya tersirat luka yang mendalam. Cessie menjauh dari Minho.

"Bagaimana jika dia hamil?" Satu perkataan yang meruntuhkan pertahanan Minho.

"Cess. Apa yang merasuki mu? Kau menyerangku sekarang? Aku harus bagaimana? Kau mau aku menyerahkan Nick kepada mereka? Tapi aku juga tak ingin membiarkan Luna mengandung anakku. Aku melakukan semua itu untuk dirimu. Jika aku berhenti melakukan program repopulasi itu, mereka akan mencurigaiumu. Aku sudah setuju sejak lima tahun lalu saat aku tak memiliki harapan untuk memastikan kau masih hidup."

Cessie tak tau harus merespon apa. Yang dikatakan Minho benar. Jika harus berada diposisi Minho, Cessie juga akan melakukan hal yang sama.

Cessie membunuh Minho secara perlahan ketika dirinya berusaha untuk berlaku dingin pada Luna, mengetahui Minho memiliki satu sisi sifat yang paling lembut yang pernah dia temui.








Terima kasih masih stay dicerita ini. Semoga kalian suka. Mohon maaf apabila ada kata tidak baku yang terselip dikalimat baku, ataupun sebaliknya. Jika berkenan, bantu correct typo ya.

Tell me anything about your feeling when you read this chapter.

Comment if you like it. (⁠✿⁠ ⁠♡⁠‿⁠♡⁠)

Surviving Shadows - Book 4 (Minho Fanfic - TMR)Where stories live. Discover now