"Mas Ilham!" Dari arah pintu Aisyah dan anak-anak datang.

"Mas Ilham!" Ucap Arsyi mengikuti ucapan sang umi. Membuat Arsya menjitak kepala kembarnya.

"Nggak sopan, masa Aci Panggil abah, kayak gitu," tegur anak laki-laki itu.

"Afwan," ucap Arsyi menunduk seperti melakukan ruku.

"Gimana mas, udah ada respon dari bunda atau papa?" Tanya Aisyah.

Gus Ilham menatap istrinya. "Belum sayang. Sabar ya, nanti kita coba hubungi lagi."

Aisyah menghela nafas berat. "Tuh kan, beneran marah..."

"Atau gini aja, habis wisuda tahfiz kamu, kita sewan ke sana?"

Aisyah mengangguk lemah. "Yaudah."

Gus Ilham tersenyum tipis, memeluk tubuh Aisyah yang tinggi nya hanya sebatas dengan dadanya saja. "Pernah dengar kalimat keren?"

"Banyak, Aisyah sering baca di aplikasi burung."

"Ada lagi, mau dengar?" Tawar Gus Ilham dan Aisyah mengangguk. "Arsya Arsyi! Sini nak!"

Arsya dan Arsyi langsung mendekati kedua orang tuanya. Anak-anak itu turut memeluk tubuh Aisyah. Walaupun cuma kaki saja yang bisa mereka peluk.

"Hadiah terbaik adalah apa yang kamu miliki saat ini. Dan takdir terbaik adalah apa yang sedang kamu jalani." Ucap Gus Ilham.

Aisyah terheru, orang tuanya benar-benar tidak salah memilihkan nya jodoh. Sosok pria yang selalu menyejukkan hati dikala ia sedang tersesat pada rasa yang tidak sabaran. Sosok Gus Ilham yang kadang lembut, kadang datar, kadang keras seperti batu dan kadang pula menenangkan seperti hujan di malam hari.

"Mas Ilham?"

"Hm?"

"Ana uhibbuka fillah."

Gus Ilham menyegir, sudah lama ia tak mendengar kalimat cinta ini. Dan ini kali pertama Aisyah mengatakan lebih dulu padanya.

"Kok nggak di balas, mas?" Tanya Aisyah saat suaminya hanya diam.

"Ahabbakalladzi ahbabtani lahu." Jawab Gus Ilham menatap nanar Aisyah.

"Enak ya jadi orang dewasa," ucap Arsya menatap Arsyi yang masih sama-sama setia memeluk Aisyah.

"Iya, Aci jadi nda cabar jadi dewasa. Pasti acik, kayak umi cama abah, bahagia terus kan?" Arsyi terbayang dewasa seindah itu dalam imajinasinya.

"Mau ciuman?" Bisik Gus Ilham agar kedua anaknya tidak mendengar.

"Aisyah lagi sesak," Ungkap Aisyah. Sedari pagi ia terus merasa sesak.

"Kok bisa?" Tanya Gus Ilham khawatir.

"Aisyah cari di google, katanya aman aman aja. Kalau hamil besar memang sering sesak."

Gus Ilham melepas pelukannya menatap wajah istrinya. "Beneran, apa perlu ke dokter?"

"Nggak usah mas, bukannya Aisyah juga gini, waktu Arsya Arsya dalam perut?"

Aisyah Aqilah || TERBITWhere stories live. Discover now