"Yes! Ternyata bakat ku, belum pudar!"

"Hey!" Gus Ilham mengurung tubuh  Aisyah dengan kedua tangannya, agar tidak kabur lagi.

"Mana sandal ku?" Tanya Gus Ilham.

"Itu." Aisyah menunjuk pohon mangga. Dimana sandal suaminya tersangkut di sekitar ranting pohon.

Gus Ilham mendongak. Ia menghela nafas pasrah. "Nakal!" Ucapnya sambil menarik hidung Aisyah.

"Kenapa, kangen Aisyah yang dulu?" Tanya Aisyah menarik turun alisnya.

Gus Ilham tersenyum, kembali memeluk erat tubuh Aisyah. "Aku selalu suka, kamu apa adanya."

"Astaghfirullah!" Abraham tiba-tiba datang entah dari arah mana.

Gus Ilham dan Aisyah terkejut, menjauhkan tubuh mereka satu sama lain.

"Kalau ketemu orang lain, biasa kan  salam dulu. Bukan malah istighfar," tegur gus Ilham.

Ustadz Abraham menggaruk tungkuknya yang tak gatal. "Ya gimana ya, kirain tadi Gus Ilham peluk santri lain."

"Heh!" Sentak Aisyah kaget. "Memangnya mas Ilham pernah peluk santri lain?"

Gus Ilham membulatkan matanya terkejut. "En–enggak sayang! Jangan percaya omongan dia." Gus Ilham mendelik tajam kearah Ustadz Abraham.

"Terus kenapa Ustadz Abraham bilang, Gus Ilham peluk santri lain?"

Dalam hati Gus Ilham sudah tak henti menyumpai temannya ini. Aisyah lagi mode sensitif, makanya cepat tersinggung, pikiran juga tiba-tiba menjadi labil.

"Maksudnya Abraham itu, kirain tadi aku peluk santri lain. Padahal kan, memang lagi peluk santri sendiri. Kamu santri nya sayang," ujar Gus Ilham.

Aisyah menatap suaminya sinis suaminya.  "Beneran?"

"Iya, iyakan Abraham?" Tanya Gus Ilham sambil menginjak kaki Abraham. Sengaja juga Gus Ilham keras-keras menginjaknya. Anggap lah semua itu balasan darinya.

"Iya ning. Gus Ilham mah setia. Kemarin aja mau pesan case pakai foto ning Aisyah. Untung saya sudah nasehatin, sebaiknya jangan pakai foto ning Aisyah. Nanti kecantikan istrinya dilihat orang." Ucap ustadz Abraham. "Kalau begitu saya permisi dulu, takut mengganggu waktu kalian berdu—"

"Sudah mengganggu!" Ketus Gus Ilham menyelah.

Ustadz Abraham hanya menyegir lebar, pria itu melangkah mundur, segera pergi dari sana.

"Ayo pulang." Ajak Gus Ilham menarik tangan Aisyah.

"Mas Ilham beneran mau buat case pakai foto Aisyah?"

"Hm." Jawab Gus Ilham cuek.

Aisyah cemberut. "Cuek banget." Gumamnya.

"Mas..."

"Apa sayang?"

"Malam jumat." Ucap Aisyah membuat Gus Ilham menghentikan langkahnya.

"Kamu capek jalan?" Tanya Gus Ilham yang diangguki oleh Aisyah.  "Aku gendong." Ucapnya langsung mengangkat tubuh Aisyah yang dua kali lipat beratnya.

****

Setelah tiba di rumah. Gus Ilham membawa Aisyah masuk ke dalam kamar. Di sana ia membaringkan tubuh istrinya di atas kasur.

"Mas, Aisyah mau pakai skincare dulu."

Gus Ilham menghela nafas, menjauhkan tubuhnya dari Aisyah. "Anak-anak, tidur di ndalem aja malam ini. Nggak usah di jemput."

Aisyah Aqilah || TERBITحيث تعيش القصص. اكتشف الآن