eightteen

939 87 7
                                    

[ Happy reading guys, give votes and comments to encourage the author, Thank you very much ʕ •ᴥ•ʔゝ☆ ]

Bab delapanbelas : jiwa yang bertanya, kenapa

ᦔꪹꫀꪖꪑ ᡶꫀꪖꪑ


KEJADIAN baku tembak antara haelvito dan tiga bodyguard berbadan batu sudah di ketahui oleh saudara nya yang lain, mereka sempat khawatir dan hampir memutuskan untuk aksa tidak boleh ikut bergerak dalam kasus ini.

namun aksa masih kekeuh ingin turun tangan ke kasus ini, dan mereka hanya bisa menuruti kemauan si bungsu.

'Klekk.. '

Keenam pemuda baru saja menginjakkan kakinya di ruangan kerja bernuansa abu itu, sedangkan si sulung sudah berada di dalam ruangan itu.

"Kita mulai eksekusi jam dua pagi. "

renfa membelalak lalu melangkah maju dengan emosi yang menggebu, "HEH ANYING KOK MENDADAK SIH?? " kelakar renfa.

"Gege, udah ge dengerin abang. " cegah nararya yang langsung menarik renfa untuk duduk disebelahnya.

Ruang kerja bernuansa abu itu tampak sangat serius, semua yang berada di dalamnya sedang merencanakan eksekusi yang akan mereka lakukan malam ini, eksekusi yang seharusnya dilakukan besok namun dipercepat oleh maraka karena tidak ingin berlama-lama bersangkutan dengan kasus ini.

"renfa sama jevan pura-pura jadi pelanggan terus kalian cek semua lantai yang ada disitu dan laporin semuanya ke nana, nana udah bikin duplikat kartu akses khusus buat kalian. " tunjuk maraka pada renfa dan jevan.

"Carlos sama bang raka masuk lewat basement pura pura jadi cleaning service dan bawa aksa sama kalian, kalian bertiga harus cepet karena kita gapunya waktu banyak buat habisin si pelakunya yang ada di lantai empat. Nanti setelah aksa bisa masuk ke rumah bordir itu carlos sama bang raka harus jadi umpan buat mancing PSK dan tanyain ada berapa kamar aja di situ. " nararya menujuk maraka carlos dan aksa. "Kalian harus hati-hati, jangan sampai kegoda sama para PSK disana. "

"Haelvito, lo bisa masuk lewat pintu belakang rumah itu. Lo harus jalan memutar biar-"

"Iya gue tahu, " haelvito memotong perkataan nararya.

"Jangan asal potong dong, gue belum selesai ngomong. " kesal nararya.

Haelvito memutar bola matanya jengah lalu melipat kedua tangannya di depan dada. "Gue bakal atur strategi sendiri. " dan akhirnya nararya kalah.

"Bang raka sama carlos jadi babu, " ledek aksa.

"Diem deh nyet, gini gini kita berdua bawa elo. " rasanya ingin sekali maraka meremas adiknya itu yang malah sedang tersenyum dengan wajah tanpa dosa.

"Gue bakal terus pantau kalian lewat cicin yang kalian pakai, dan kalau situasinya makin genting gue bakal turun tangan langsung. " lanjut nararya.

Maraka melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah duabelas malam, "Sekarang kalian istirahat aja dulu, " ucap maraka, semuanya mengangguk dan membubarkan diri menuju kamar masing-masing.

Kecuali haelvito yang lebih memilih menuju dapur untuk sekedar membuat kopi lalu membawanya menuju ruang keluarga, lebih baik ia tidak tidur sekalian karena tidak mau menyusahkan saudaranya untuk membangunkan diri nya.

Saat sedang menonton televisi yang sebenarnya tidak ia tonton, melainkan haelvito hanya melamun dan sesekali meminum kopi hitam nya.

"Gak tidur?, "

[1] Dream Team || We Feel Anything REVISI Where stories live. Discover now