Bab 18: Dalang yang Tak Disayang

83 13 0
                                    

Kejanggalan yang aku dapatkan membawaku pada sebuah kecurigaan. Beberapa hari ini aku terus merasa gusar. Aku tidak berhenti menebak-nebak siapa gerangan dalang di balik akun twitter tersebut di antara kami berenam.

Perlahan aku mencoret kandidat-kandidat yang tidak mungkin sebagai dalang akun twitter tersebut. Pertama tentunya Grace Lie, gadis itu tidak mungkin menggigit dirinya sendiri. Kedua adalah aku, meskipun aku begitu kesal akan apa yang Grace punya dan dapatkan, aku tidak melakukan tindak keji itu. Menusuk sahabat dari belakang sebuah dosa besar yang selalu aku hindari. Ketiga adalah Rafael, satu-satunya orang yang terus mengkhawatirkan keadaan Grace setelah skandal itu terkuak. Aku yakin 100 persen Rafael tidak mungkin menyakiti pujaan hatinya.

Maka kecurigaanku kini terus berputar pada tiga teman Rafael, yaitu Arya, Bima, dan Sam. Dari ketiga cowok itu, aku tidak begitu dekat dengan mereka, kami hanya sering satu meja saat di kantin. Namun jika dihitung dengan angka, mungkin angka kedekatanku dengan Bima menjadi yang teratas dari 2 lainnya, sebab kami satu kelas dan Bima selalu memasukkanku ke dalam kelompoknya. Meskipun aku tidak begitu dekat dengan ketiganya, aku tidak yakin mereka memiliki motif untuk menghancurkan karier Grace Lie, terlebih lagi Arya yang merupakan penggemar nomor 1 Grace Lie di sekolah.

Selain menimang-nimang kemungkinan motif yang ada walaupun selalu aku tepis setelahnya, aku juga mencoba mengingat-ingat hari di mana kami pergi ke Dufan. Sesuai dengan foto profil akun twitter yang menggunakan foto diriku sedang duduk, maka foto itu diambil kala kami beristirahat setelah bermain Tornado. Seingatku, kala itu aku, Grace, dan Arya duduk sejajar sedangkan ketiga lainnya berdiri di depan kami, namun aku lupa siapa yang berdiri di depanku. Aku juga baru ingat kala itu Rafael juga pergi untuk membeli minum dan setelah dia kembali, tidak lama kami segera berpencar bermain wahana di Dufan. Dengan begitu, dua tersangka yang memiliki kemungkinan besar mengambil foto diriku adalah Sam dan Bima.

Tapi jika dipikir-pikir, mengapa dalang akun twitter menggunakan foto diriku sebagai foto profilnya?

Memikirkan kejanggalan ini membuat kepalaku pening. Aku mengacak-ngacak rambut, frustrasi. Menaruh kecurigaan pada seseorang membuat perasaan tidak enak di hati. Bagaimana jika aku salah menaruh kecurigaan? Bukankah itu sudah termasuk suuzan?

"Belum bayar paylater, ya, lo?"

Aku terkesiap. Kak Haikal tanpa suara sudah berdiri di sebelahku sambil menaikkan kedua alisnya. Aku berdecak, "itu mah problem kamu, Kak."

Kak Haikal mengangkat 1 sudut bibir atasnya, lalu dia menopang wajah dengan kedua tangannya di atas meja. "Itu mah problem anak muda zaman sekarang," ucapnya sambil memandang ke arah luar kafe. Aku pun meniru gaya Kak Haikal. Kami diam beberapa lama sambil menunggu pelanggan datang.

Tapi tiba-tiba aku teringat pelanggan yang memiliki nama sama dengan username akun twitter skandal. Aku menepuk lengan Kak Haikal membuat cowok itu terkejut dan menatapku tajam.

"Kak Haikal ingat pelanggan yang minggu kemarin pesen Ice Americano, nggak?"

"Yang mana? Minggu kemarin banyak pelanggan yang pesen Ice Americano."

Aku menepuk kening. Pertanyaan bodoh.

"Pelanggan atas nama Nyu. Pesanan yang aku buat waktu telat itu. Ingat, nggak?"

Kak Haikal memutar bola matanya perlahan. Aku melongo memandangnya. Cukup lama Kak Haikal berpikir, hingga ia menjentikkan jarinya seraya berkata, "oh, pelanggan itu."

Aku ikut menjentikkan jari, "ingat, kan? Kakak kenal nggak sama pelanggan itu?"

Wajah senang Kak Haikal setelah berhasil mengingat kini kembali datar. Dia memasukkan tangan ke dalam saku celemek sambil menggeleng. "Sayang banget dia cowok, kalau dia cewek pasti udah gue ajak kenalan karena hampir setiap hari ke sini," jawab Kak Haikal.

Ghost WriterWhere stories live. Discover now