PART 19

986 87 0
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

-----------------------------------
TERJAWAB SUDAH

Tak terasa, sudah dua minggu lamanya Nana berada di kampung paman dan juga bibinya. Selama dua minggu berada di sini, Nana benar-benar merasa senang dan sedikit demi sedikit mulai melupakan semua permasalahannya yang ada di ibukota.

Dalam dua minggu itu pula, Nana pun semakin dekat dengan Aldo. Meski keduanya baru saja dekat dan juga berteman, entah mengapa Nana merasakan perasaan yang berbeda dengan Aldo. Nana merasa dia sudah sangat lama mengenal Aldo. Menurutnya itu aneh, tapi hal tersebut benar adanya.

Jika di tanya apakah Nana merasa nyaman ketika berada di samping Aldo, maka jawabannya adalah iya. Setiap berada di dekat Aldo, Nana merasakan perasaan nyaman dan juga merasa terlindungi.

Melihat wajah Aldo, entah mengapa Nana merasa wajah itu terasa begitu mirip dengan anak laki-laki yang sering muncul di dalam mimpinya belakangan ini. Entah itu hanya perasaannya saja, tetapi Nana merasa yakin atas hal tersebut.

Berbicara mengenai mimpi, hampir setiap harinya Nana terus memimpikan hal yang sama setiap kalinya. Tapi, ketika dia mencoba mengingat siapa anak laki-laki itu, otaknya seakan menolak dan kepalanya akan berubah menjadi pusing.

Nana sebenarnya merasa aneh terhadap dirinya sendiri. Namun, semakin dia berpikir keras terhadap apa yang terjadi kepada dirinya, maka hal itu akan membuat dirinya menjadi bingung dan juga semakin pusing. Oleh sebab itu, setiap kali Nana bermimpi mengenai anak laki-laki tersebut, Nana memilih untuk tidak menggali lebih dalam siapa dia dan mengapa dia terus hadir di dalam mimpinya. Nana berpendapat, semua yang di alaminya ini akan mendapatkan titik terang suatu saat nanti.

*****

"TETEH! TETEH!"

Suara nyaring dari Bagus berhasil membuat Nana tersentak dari kegiatannya.

Tak lama, munculah Bagus dengan sekantong plastik putih besar di tangannya dan berjalan menghampiri Nana yang saat ini sedang duduk di kursi.

"Kenapa sih dek teriak-teriak gitu? Nanti di dengar sama bibi, bibi marah loh sama kamu" tegur Nana.

"Tenang aja, teh. Ibu lagi gak ada di rumah. Ibu sekarang lagi ke rumah tetangga sebelah bantuin masak-masak buat ada acara pernikahan besok."

Nana yang mendengar pernyataan Bagus itu pun seketika mengerutkan keningnya. "Loh? Besok ada acara pernikahan tetangga sebelah? Kok teteh gak tau?"

"Gimana gak tau, orang teteh aja beberapa hari ini selalu jalan sama bang Aldo dan habis pulang langsung mendekam di kamar" sinis Bagus.

"Biasa aja dong mukanya" sindir Nana.

"Nih! Ada titipan dari seseorang buat teteh" unjuk Bagus seraya memberikan plastik putih yang ada di tangannya tadi.

"Dari siapa?" tanya Nana bingung.

"Dari dokter cintanya si teteh" jawab Bagus.

"Dokter cinta? Aldo maksud kamu?" tanya Nana lagi.

"Seratus buat teteh. Itu tadi aku gak sengaja ketemu bang Aldo, terus bang Aldo nitipin itu sama aku, katanya buat teteh. Tenang aja, aku gak lihat sama sekali kok apa di dalamnya" jawab Bagus.

What Happened in Bandung? (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant