PART 35

866 77 0
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

--------------------------------------
PENGAKUAN KARIN

Selama dua hari Karin berada di kampung pamannya, selama itu pula Nana memperhatikan gerak-gerik Karin yang sedikit mencurigakan. Bagaimana tidak, setiap sahabatnya itu mendapatkan panggilan telepon, gadis itu selalu berusaha untuk menjauh darinya, tidak seperti biasanya di mana Karin yang selalu menerima telepon di hadapannya.

Selain itu, yang membuat kecurigaan Nana bertambah kepada Karin adalah sahabatnya itu selalu menatapnya seakan-akan ingin membicarakan sesuatu. Namun, ketika hendak berbicara, Karin akan selalu mengatakan lupa apa yang ingin dia bicarakan. Contohnya saja seperti sekarang ini, di mana Karin terlihat menatap Nana begitu lekat dan seperti ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting. Nana yang sudah jengah karena tatapan sahabatnya itu pun langsung mencoba mengalihkan tatapannnya ke arah sang sahabat.

"Rin, kenapa sih dari tadi lihatin gue mulu? Gak usah ngelak ya lo, lo kira gue main handphone gak ngelirik ke arah lo? Kenapa sih? Kemarin-kemarin juga lo kaya gini, kenapa? Ada yang mau lo omongin sama gue?"

Karin terdiam.

"Rin!"

"Na, sebenarnya ada pengen gue kasih tau sama lo" ucap Karin pada akhirnya.

"Apa?" sahut Nana dengan kening yang mengkerut.

"Sebenarnya ini berhubungan dengan Ra---"

Dret! Dret! Dret!

Suara panggilan telepon dari handphone Karin membuat gadis itu menghentikan ucapannya dan menatap layar handphone nya yang menampilkan sebuah nomor yang sering menghubunginya selama ini.

Melihat itu, Karin langsung bangkit dari duduknya dan berjalan ke luar rumah, meninggalkan Nana yang penasaran siapa si penelpon di handphone Karin.

Nana yang sudah kepalang penasaran dan curiga terhadap sikap Karin, tanpa sahabatnya itu sadari, Nana mengikuti langkah gadis tersebut ke luar rumah.

*****

"Tante, maaf. Saya belum memberitahu Nana semuanya. Saya masih mencari waktu yang tepat untuk mengatakan itu kepada Nana."

Langkah Nana sontak terhenti ketika mendengar perkataan Karin di telepon. Nana mengkerut bingung karena namanya di bawa-bawa dalam panggilan telepon tersebut.

"Tante. Tante tau sendirikan tujuan saya ke sini bukan serta merta untuk bertemu dengan Nana. Tujuan saya ke sini juga ingin memberitahukan semuanya kepada Nana."

"Tante? Tante kenapa?"

Nana bisa melihat kepanikan dari wajah Karin.

"Tante, kenapa?"

Dari samping, Nana bisa melihat wajah Karin yang sebelumnya panik kini berubah menjadi diam dan juga tegang. Bahkan, tubuh sahabatnya itu kini terdiam kaku. Bahkan, handphone yang tadi berada di telinganya, kini berada di samping tubuhnya.

"Gue gak bisa diam begini terus. Nana harus tau."

"Gue harus tau apa, Karin?"

Karin yang mendengar suara Nana dari sampingnya sontak memutar tubuhnya. "N-nana ..."

"Gue dengar semua ucapan lo di telepon tadi. Apa tujuan lo sebenarnya ke sini, Karin? Dan kenapa nama gue di sebut-sebut? Kenapa? Apa yang mau lo kasih tau sama gue? Dan siapa orang yang adaa dalam panggilan lo itu?" tanya Nana beruntun dengan mata yang menatap tajam.

"Na, g-gue---"

"Jangan menutup-nutupi apapun dari gue, Karin" potong Nana cepat.

Karin pun menarik nafasnya panjang dan menghembuskannya dengan kasar. "Ada yang mau gue bicarain sama lo, dan ini berhubungan dengan Raka."

What Happened in Bandung? (END)Where stories live. Discover now