PART 29

835 71 1
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

----------------------------------
PEMAKAMAN

Kadang, apa yang di katakan oleh orang ada benarnya. Saat kamu tidak merasa yakin dengan perasaanmu sendiri, maka kamu perlu seseorang untuk membuat kamu yakin terhadap perasaanmu. Nah, hal ini pula lah yang di lakukan oleh Nana. Dia membutuhkan Aldo untuk membuatnya yakin mengenai perasaannya terhadap lelaki itu. Entah ini nantinya akan berhasil atau tidak, yang pasti dia sudah berusaha untuk mencoba menyakinkan perasaannya kepada lelaki tersebut.

"Do, kita mau ke mana? Kok jalannya sepi gini? Kamu gak mau macam-macamin aku kan?" takut Nana.

Ya, saat ini Nana dan juga Aldo tengah berada di perjalanan menuju suatu tempat dan tempat yang akan mereka tuju hanya Aldo lah yang mengetahuinya, sebab dari awal keduanya berangkat, Aldo tidak pernah mengatakan apa-apa tentang tempat yang akan mereka kunjungi. Apalagi, jalan yang mereka lalui sekarang ini terlihat begitu sunyi dan juga begitu sempit, jalan itu hanya bisa di lalui oleh satu motor saja.

"Nay, aku gak mungkin berani macam-macamin kamu. Kamu tenang aja, sebentar lagi kita sampai."

Benar saja, tak lama setelah Aldo berucap, Aldo menghentikan motornya di depan sebuah pagar kayu yang terlihat begitu terawat. Apalagi di samping kanan dan kiri pagar tersebut terdapat tanaman bunga yang begitu subur.

"Do, ini di mana?" tanya Nana sambil menatap kanan kirinya yang tidak ada satu pun orang selain mereka berdua.

"Yuk, masuk dulu. Nanti kamu akan tau sendiri."

Aldo pun menggenggam tangan milik Nana dan kemudian membuka pagar kayu yang ada di depan mereka.

Begitu pagar kayu itu terbuka, mata Nana langsung menatap berbagai jenis bunga yang ada di balik pagar tersebut. Namun, pandangan Nana seketika terfokus ke arah dua gundukan yang terletak tak jauh dari tempat mereka berada sekarang. Yang jadi pertanyaannya adalah, gundukan siapa itu?

"Ini makam kakek dan juga nenek aku, Nay."

Seakan menjawab pertanyaan yang ada di kepala Nana, Aldo langsung mengucapkan hal tersebut.

"Pagar kayu dan semua bunga yang kamu lihat di sini memang sengaja di buat oleh kakek. Kakek sengaja membuat tempat ini sebagai tempat untuk peristirahatan terakhirnya bersama dengan nenek. Ternyata, tak lama setelah tempat ini selesai di buat, nenek pergi mendahului kakek. Selain karena kakek yang ingin menghabiskan masa tuanya di kampung ini, salah satu alasan lainnya adalah karena makam nenek ini. Kakek ingin menemani nenek di sini agar nenek tidak merasa sendirian."

Tanpa di minta, Aldo menjelaskan semuanya kepada Nana sambil mereka mendekat ke arah dua gundukan di depan mereka.

Ikhsan Prayuda

Ananta Gayatri

Aldo dan Nana langsung berjongkok di samping kedua makam tersebut.

"Kek, nek, aku datang lagi. Tapi, sekarang aku gak sendirian. Aku bersama seseorang yang sering aku ceritakan kepada kalian."

Nana sontak menolehkan kepalanya kepada Aldo dengan kening yang mengkerut. "Do, kamu sering bicarain aku sama kakek dan nenek kamu?"

"Setiap aku ke sini, aku sering menceritakan kamu sama mereka. Aku pernah bilang kalau ada satu gadis yang marah karena aku gak sengaja nyipratin air ke badannya dan ternyata gadis itu adalah orang yang sering merengek minta mancing ke kolamnya kakek" cerita Aldo dengan sedikit terkekeh.

"Kamu nyeritain aku yang jelek-jelek, Do?" tanya Nana dengan wajah yang tak percaya.

"Kakek, nenek, jangan percaya sama semua yang di ceritain Aldo ya. Aku gak sejelek yang di ceritain Aldo sama kakek dan juga nenek kok. Oh iya, kenalin nama aku Nayshila Zamira. Orang-orang sering manggilnya Nana, cuman cucu kakek dan nenek aja yang manggil aku dengan sebutan Nay."

Aldo tersenyum ketika melihat Nana yang dengan santai bercerita kepada kakek serta neneknya.

"Kakek sama nenek harus tau ya, Aldo itu ngeselin banget waktu pertama kali ketemu. Aku aja sampai di buat gondok sama dia. Tapi, meskipun Aldo ngeselin, Aldo orangnya baik banget kok kek, nek. Jangan datangin aku lewat mimpi terus marah-marah karena udah jelek-jelekin Aldo di depan kakek sama nenek ya."

Aldo seketika terkekeh ketika mendengar ucapan gadis di sampingnya barusan. "Datengin aja kek, nek. Cucu kalian ini selalu di dzolimi sama gadis ini."

Plak!

"Enak aja! Jangan percaya ya kek, nek" ucap Nana yang sebelumnya memukul bahu Aldo dengan kencang.

"Lihat kan, kek, nek? Pukulannya gak main-main. Apalagi waktu itu kaki aku pernah di injak pakai pompa sama Nay, katanya sebagai bentuk balas dendam dia sama aku gara-gara aku gak sengaja nyipratin air ke badannya" adu Aldo.

"Lagian ya kek, nek, siapa suruh Aldo gak minta maaf" sahut Nana tak terima.

"Emang kamunya aja Nay yang emosian sama aku" ucap Aldo lagi.

Plak!

Pukulan kembali Nana layangkan pada bahu Aldo. "Enak aja."

"Lihat kan kek, nek? Nay emosian. Tapi, kalau lagi emosian gini jadi tambah cantik kan kek, nek?"

Blush!

Wajah Nana seketika merona karena mendengar ucapan Aldo.

"Ciye ... Pipinya merah" ledek Aldo seraya tertawa.

"Aldo ih" rengek Nana sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Lucu banget sih kamu, Nay" ucap Aldo sambil membawa tubuh Nana ke dalam pelukannya.

Nana pun membuka kedua tangannya dan matanya langsung bertatapan dengan manik mata milik Aldo.

Cup!

Satu kecupan singkat Aldo berikan pada kening milik Nana.

"Yuk, pulang" ajak Aldo setelahnya.

"Kek, nek, kami berdua pamit pulang dulu ya. Kapan-kapan kami akan berkunjung ke sini lagi."

"Nay, ayo" ucap Aldo sambil menggenggam tangan milik Nana.

Nana yang terpaku karena tindakan yang di lalukan oleh Aldo sebelumnya itu pun segera tersadar. "A-ayo."

Keduanya pun berjalan meninggalkan tempat peristirahatan terakhir itu.

Tanpa Aldo sadari, Nana sejak tadi selalu menatap ke arah tangannya yang di genggam oleh lelaki itu. Di tambah pikirannya melayang pada kejadian Aldo yang mencium keningnya barusan.

Jantung milik Nana pun berdetak dengan begitu cepat. Apalagi dia merasakan ada sesuatu yang aneh akan perasaannya. "Pertanda apa ini?"

-bersambung-

What Happened in Bandung? (END)Where stories live. Discover now