PART 16

1.4K 93 0
                                    

Selamat membaca....
Sorry kalo ada typo....

--------------------------------------
DUA SISI YANG SAMA KAH?

Di dunia ini setiap manusia pastinya memiliki sebuah kenangan dalam hidupnya. Entah kenangan itu bersama keluarga, teman, atau pun orang yang special di dalam hidupnya.

Namun, terkadang manusia hanya bisa memiliki dua kemungkinan atas kenangan itu, mengingatnya atau justru melupakannya.

Saat ini, inilah yang di pikirkan oleh Aldo. Apakah kenangan yang terjadi di dalam hidupnya dan juga Nana dulu di lupakan begitu saja oleh gadis itu? Namun, apa alasannya?

Meski kenangan yang terjadi pada dirinya dan Nana dulu sudah bertahun-tahun silam, sampai saat ini Aldo masih sangat mengingat jelas semuanya. Bahkan, masih teringat jelas di kepalanya bagaimana rengekan Nana ketika mengajaknya memancing di kolam sang kakek.

Flashback On.

Aldo saat ini tengah di landa kebingungan dengan tingkah gadis kecil yang bersama dengannya saat ini. Bagaimana tidak? Gadis kenal yang sering dia panggil dengan sebutan "Nay" itu saat ini sedang merengek kepadanya untuk memancing di kolam ikan sang kakek. Namun, bukan karena ajakan itu dia menjadi bingung. Ada satu alasan yang membuatnya benar-benar bingung, apakah iya harus mengiyakan ajakan tersebut atau tidak.

"Ayo, Dodo! Nay, mau mancing di kolam kakeknya, Dodo!"

"Kata Dodo kemarin di kolam itu banyak ikannya. Nah! Sekarang, Nay mau mancing di sana!"

"Ayo, Dodo! Ayo!"

"Yang lain aja yuk, Nay?" bujuk Aldo.

"Ih! Nay, gak mau! Nay maunya mancing, titik!"

Aldo bisa melihat gadis kecil yang berada di depannya ini tengah melipat tangannya ke dada dengan mulut yang sedikit di monyongkan ke depan. "Gimana kalau kita mancingnya kapan-kapan aja?"

"Gak mau! Nay, mau mancingnya sekarang! Ayo, Dodo! Ayo!"

Aldo kira rengekan dari gadis kecil yang menjadi sahabatnya itu akan berhenti, ternyata tidak. Rengekan tersebut tetap berlanjut.

"Ayo, Dodo! Nay, nangis nih!"

"Mancingnya nanti aja ya, Nay? Gimana kalau sekarang kita beli es potong aja? Mau gak? Dodo traktir loh."

Bukannya tergiur mendengar bujukan dari Aldo, Nay atau Nana itu justru menggeleng keras. "Gak mau! Nay mau mancing!"

Aldo yang mendengar itu pun menghela nafasnya berat."Tapi, Nay--- ikan di kolamnya kakek habis. Kalau kita mancing gimana? Ikannya aja gak ada."

Tak lama terdengar suara tangisan yang berasal dari depannya. Aldo yang melihat itu pun menjadi kalang kabut karena panik.

"Nay cantik! Nay, jangan nangis ya ..."

"Hm, Dodo janji kalau ikannya udah ada, Dodo bakal ngajak Nana mancing sepuasnya di sana? Mau?"

Tangisan tersebut pun mulai berhenti. "Janji ya? Awas ya kalau Dodo ingkar janji sama Nay."

"Dodo janji" ucap Aldo.

Nana pun menyodorkan jari kelingkingnya kepada Aldo. "Pinky promise?"

Aldo pun melingkarkan jari kelingkingnya di jari yang sama pada milik Nana. "Pinky promise."

Senyum seketika terbit di wajah milik Nana. "Kalau gitu Dodo harus traktir Nay es potong sekarang!"

"Ayo" seru Aldo seraya menggenggam tangan milik Nana dan berjalan secara bersamaan.

Flashback Off .

"Nay, aku benar-benar berharap setidaknya kamu mengingat sedikit saja kenangan tentang kita" gumam Aldo.

*****

Di tempat lain, Nana saat ini tengah termenung sambil memikirkan sesuatu.

"Jika di pikir-pikir lagi, kejadian yang terjadi beberapa waktu silam benar-benar membawa ku ke ke sini. Entah jalan ini sudah di rencanakan oleh Tuhan, yang pasti aku sangat bersyukur bisa kembali ke sini dan bertemu dengan orang-orang yang baik, seperti Aldo contohnya" batin Nana.

Berbicara mengenai Aldo, entah mengapa Nana merasa seperti sudah mengenal lelaki itu sebelumnya. Bahkan, ketika dia bertemu dengan lelaki itu sejak pertama kali, dia melihat Aldo seperti sesuatu yang hilang yang akhirnya kembali lagi kepadanya.

Semakin lama mengenal Aldo, entah mengapa Nana merasakan rasa nyaman ketika berada di dekat lelaki itu. Rasa nyaman yang dia rasakan ini sangat susah untuk dia sendiri jelaskan.

Jujur saja, selama beberapa hari ini Nana terus saja memimpikan seorang anak laki-laki yang sedang bermain bersama seorang anak perempuan. Dan anehnya adalah, anak perempuan yang ada di dalam mimpinya itu adalah dirinya sendiri. Mengapa Nana bisa yakin itu adalah dirinya? Alasannya tentu saja karena dia memiliki foto masa kecilnya dan dia jelas mengingat bagaimana rupanya waktu kecil.

Namun, ada satu hal yang mengganjal di hatinya. Siapa anak laki-laki yang bersamanya di dalam mimpi tersebut? Mengingat itu, Nana benar-benar di buat buntu. Bahkan, ketika di paksa untuk mengingat siapa anak laki-laki itu, otaknya seperti menolak dirinya.

Meski tau bahwa setiap orang pasti mengalami yang namanya mimpi, tetap saja dari mimpinya ini dia seperti merasakan ada perasaan yang berbeda. Ada perasaan rindu ketika dia terbangun dari mimpinya tersebut. Entah rindu untuk siapa, yang pasti perasaan rindu yang dia rasakan benar-benar begitu dalam.

"Siapa pun anak laki-laki itu, aku hanya berharap agar bisa mengingatnya" batin Nana berdoa.

-bersambung-

What Happened in Bandung? (END)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt