17. Satu Hari

3 0 0
                                    

Mereka pura-pura sibuk memperhatikan etalase kue. Terre masih memikirkan kata-kata Naya sambil sesekali menatap Naya, walaupun jarak mereka tidak terlalu jauh.  Sebaliknya Naya merasa tidak nyaman sudah melukai perasaannya.  Terre mengambil keranjang kue, tujuan utamanya adalah memilih  kue ultah yang udah ready.

Naya membuka kamera ponselnya, mendekat ke arah jejeran roti ala Prancis yang tertata rapih. Naya memfokuskan kameranya, tone warna yang ia inginnya berhasil Naya abadikan. Fokus kameranya terhenti saat melihat rak yang menampilkan jeneran pie mini dengan toping strowberry segar.

" Pie strowberry manis bisa jadi  penawar biar marah-marahnya gak kumat. Harus makan yang manis-manis biar happy."

Naya diam saja saat Terre tiba-tiba memasukan beberapa pie strowberry ke keranjang miliknya.

" Kebanyakan gula juga bikin sakit gigi," ucap Naya mengurangi pie tersebut namun Terre malah menambahkan ulang.

" Pie strowberry ini manis tapi gak terlalu manis. Kalau sakit gigi nanti saya antar ke dokter gigi. Gratis!"

" Gimana ceritanya manis gak terlalu manis," heran Naya sambil geleng-geleng kepala.

Naya terlihat  kesulitan membawa keranjang mini kue yang terbuat dari rajutan rotan.

" Saya yang bawa keranjangnya," pinta Terre yang dijawab pelan oleh Naya," nanti, sebentar aja boleh bantu saya milih kue tart?"

Lagi-lagi Naya terdiam, biasanya dia cenderung cerewet dan banyak bicara.

" Ada yang salah dengan saya sampek kakak terus diem gini?" bingung Terre," puasa ngomong?"

Naya menggelengkan kepalanya, matanya menatap tanpa arti lalu membuang nafasnya dalam-dalam," maaf udah bikin lo gak nyaman. Gue kepikiran."

" Soal?"

" Perayaan, kaya masuk aja ke pikiran gue. Gak tau capek kalau terus diingat. Lagian gak ada yang salah, gak perlu minta maaf. Manusia cenderung terus minta maaf padahal gak tau kesalahanny itu kaya apa. Tapi gue kepikiran takut lo marah. Gue gak bisa kebawa kaya gini. Gak tau, gak kaya biasanya. Kaya ngeganjel, gak lega perasaan gue gara-gara tadi."


Terre  tertawa ringan," moment langka, kak Naya takut dan kepikiran kalau saya beneran marah."

" Lo responnya gitu. Gak lucu," cemberut Naya yang terlihat sangat menggemaskan sambil menggembungkan pipinya.

Naya yang biasanya terlihat bodo amatan mulai memaksaan untuk berubah atau memang sifat aslinya yang tidak mau ditunjukkan ke orang-orang sekitar. Pikiran Terre berputar mungkinkah selama ini Naya menyembunyikan dirinya yang sebenarnya?

" Terre, lo mau black forest atau bento cake biasa?" tanya Naya saat melihat etalase kue, Terre memilih kuenya secara langsung tanpa memesannya terlebih dahulu.

" Sebentar, tadi kakak manggil  dengan nama saya?"

" Iya. Terre kan nama lo," ujar Naya," ada yang salah?"

Benar, ini pertama kali Naya memanggil nama Terre, sebelumnya tidak pernah ada sapaan nama yang dilontarkannya oleh Naya kepadanya.

 Lakuna dan LukaWhere stories live. Discover now