Terre menjemput Naya di depan pos satpam atas fakultas bahasa dan seni. Baya berdiri sambil menatap layar ponselnya menunggu balasan pesan dari Terre setelah dirinya diminta saling save nomor wa.
" Apa?" bingung Naya.
" Nomor wa."
" Harus ya?" kata Kanaya sambil mengerutkan alisnya," kalau lo chat aneh-aneh gue blok."
" Iya saya tau kok."
Setelah Naya berhasil mengetikan nomor wa nya Terre langsung mengiriminya pesan wa yang bertuliskan namanya saja gak ada pesan lainnya.
" Maaf saya terlambat, tadi macet di jalan."
" Jakarta tuh ramai, harusnya bawa motor aja."
" Iya, nanti kalau bawa motor saya gak mau ngerepotin kakak buat bawa bunganya."
" Terserah lo, padahal gue gak marah."
Naya bersiap lalu membuka mobil di belakang, segera naik ke dalam mobil namun Terre melarangnya.
" Kenapa di belakang?"
" Biar kaya penumpang dan sopir," balas Naya sesuka hatinya.
" Kalau kakak di belakangnya saya berasa bawa mobil sendirian, tapi saya gak maksa kakak untuk duduk di depan situ. Saya ngerasa kaya gak ada teman ngobrol."
" Kalau lo keberatan gue duduk di belakang, mending gue turun aja."
" Kakak marah?"
" Iya, gue marah," balas Naya yang justru dibalas kekehan pelan oleh Terre
" Ini tugas kuliah lo?" bingung Naya," maaf kalau gue gak sopan ngelirik tugas kuliah lo."
" Iya, itu namanya laprak."
" Laprak?"
" Laporan praktikum."
" Sebanyak ini tulis tangan? beneran ditulis pake tangan?"
" Iya kak. Emang ada mesin tulis tangan untuk laprak? gak ada kak. Semuanya tulis tangan, nanti sore harus saya kumpulkan lapraknya."
" Berapa lama ngerjainnya?" tanya Naya
" Gak pernah ngitung," balas Terre dengan nada dingin yang biasa Naya tujukan.
" Gue serius nanya ke lo."
" Semalam gak tidur."
" Pantes mata lo kemarin keliatan ngantuk."
" Itu dikerjakan dua hari lalu, hari ini gak ada tugas yang buat saya gak tidur semalaman."
Naya mengangguk seolah-olah paham akan pernyataan Terre.
" Boleh gue lihat-lihat isi laprak lo?"
" Lihat aja kak."
Naya membuka setiap lembar kertas laprak yang ditulis dengan HVS putih dan tinta pulpen berwarna biru. Isinya hanya angka-angka yang membuat Naya langsung memegangi keningnya.
" Kenapa kak?"
" Pusing isinya angka dan rumus sama pusingnya kaya pikiran lo. Penuh rumus."
****
" Bunga apa yang bagus?" tanya Terre saat mereka sampai di depan florist. Mereka memasuki florist yang bernuansa vintage tersebut.
" Gak nanya ke sepupu lo sukanya bunga apa?"
Terre menggelengkan kepalanya," gue lupa nanya."
" Aneh," balas Naya sambil melihat-lihat bunga.
Naya menanyakan bunga yang cocok untuk hadiah seminar.
YOU ARE READING
Lakuna dan Luka
Teen FictionNaya mahasiswa semester 6 jurusan Teater yang menjadikan jurusan dipilihnya sebagai cara untuk mengungkapkan emosinya. Suatu hari bertemu dengan Terre mahasiswa teknik elektro semester 4 di dalam bus antar fakultas. Terre cukup pinter dengan lat...