8. Rumah Peri?

9 1 0
                                    

Terre sengaja mengajak Naya tersesat di kampusnya sendiri. Naya hanyalah manusia biasa yang tidak suka menjelajah kampus.  Naya memilih untuk tidak dikenal banyak orang. Fakultas teknik, disinilah Kanaya tersesat. Kantin teknik, tentu saja di dominasi oleh kaum Adam, hanya segelintir saja kamu Hawa yang jadi penghuni teknik.

" Kenapa?"

" Kaget aja beda sama fakultas gue."

" Anak teknik kebanyakan cowok semua, gak semua tapi cewek gak terlalu minat ke teknik. Apalagi elektro."

Naya memilih tempat duduk yang terletak di pojok dekat dengan rindangnya pohon. Hanya ada dua stand kantin yang lokasinya terletak persis dekat Mushola fakultas, depan gedung jurusan Teknik elektro.

Terre dengan PDH hitam kesayangannya dan rambut panjang hitam yang diikat namun kelihatan rapih. Benar-benar Naya merasakan atmosfer yang berbeda namun masih satu dunia. Sekali lagi, Kanaya masih bertanya-tanya alasan gedung teknik di cat kuning cerah, secerah pantulan sinar matahari yang mengenai Terre

" Telur mata sapi?" bingung Terre saat menanyakan menu yang sengaja Naya pilih.

" Iya, ada yang salah sama telur mata sapi?"

Terre menggelengkan kepalanya," gak ada telur mata sapi. Gak ada sapinya."

" Lo masih aja bercanda. Telur ceplok."

" Saya tau," singkat Terre sambil disertai tawa ringan yang menurut Terre sangat aneh.

" Heran gue sama lo, kayaknya mesin ketawa yang lo punya gak habis."

" Kalau mesin ketawa saya habis gak jadi Terre."

Kesan pertama mungkin saja siapapun yang kenal Terre akan mengira cowok berambut gondrong tersebut terkesan sangar dengan wajah sedingin es balok. Namun Dhayu punya sisi tersendiri dengan pandangan sisi berbeda. Tette hangat, bahkan tau posisi bagaimana caranya untuk menghargai orang lain. Senyum ramahnya serta tata bicaranya yang sopan, membuat siapa saja bisa punya perasaan lebih. Namun bagi Naya, Terre hanyalah seorang temen yang belum lama dikenalnya, tidak lebih dari itu.

Terre kemudian memesankan dua porsi makanan. Kwittew goreng dan seporsi nasi bakar dengan telur ceplok. Jangan lupa segelas es teh dengan ukuran sedang. Bagi anak kuliah makan di kantin dengan makanan sederhana berhasil membuat bahagia .

" Kenapa?"

" Vibesnya kaya kantin tengah hutan."

Terre hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Kanaya yang terdengar sedikit random. Tak berselang lama kemudian makanan yang mereka pesan datang.

" Lo pengen tau rahasia gue?"

" Bukannya rahasia gak boleh dikasih tau?"

" Tapi gue mau ngasih tau ke lo, walaupun rahasianya gak penting. Kalau gak penting berarti lo boleh tau."

" Iya," singkat Terte.

" Sebenarnya_" Kanaya sengaja menjedanya," kelihatan banget lo penasaran."

" Kecap?" bingung Terre saat Kanaya mengeluarkan sebotol kecap dengan wadah kecil.

" Iya, gue suka kecap."

" Rahasianya?"

" Iya, gue selalu makan bawa kecap.
Aneh ya? kadang yang aneh emang keliatan gak biasa di mata orang lain."

" Nggak, bukan gitu maksud saya kak."

" Bilang aja gue aneh."

" Justru itu yang unik."

" Maksudnya?"

" Lain daripada yang lain, gak ada lainnya selain kakak."

" Karena gue lain daripada yang lain, mangkanya lo masih terus penasaran sama gue?"

 Lakuna dan LukaWhere stories live. Discover now