2. Dear Terre

10 1 1
                                    


Dalam jurnal hariannya, Naya tidak pernah malu membawa tumbler usang ke kampus. Naya sering kehilangan tumbler saat dibawanya ke kampus. . Sejak zaman Maba Naya selalu membaa tumbler yang sama ke kampusnya. Naya dengan hati-hati menuruni bus yang baru saja berhenti di depan fakultas tercintanya. Sore ini mata kuliah wajib, metodologi penelitian yang harus diikuti oleh mahasiswa semester enam. Mata kuliah yang mewajibkannya untuk segera mencari judul skripsi, tugas akhir yang kata sebagaian manusia mempercayainya sebagai penentu masa depan.

" Permisi, ini punya kakak?"

Naya sedikit bingung dengan suara pelan dengan nada sopan yang tiba-tiba menghampirinya.

" Kak, tumblernya ketinggalan."

" Oh ya ampun!" teriak Naya dengan nada terkejut," lo lari demi tumbler ini?"

Padahal Naya sudah memastikan tumblernya datang bersama dirinya.Sialnya yang membawa tumblernya kembali adalah cowok cuek disampingnya saat naik bus fakultas.

Pertanyaan yang Naya utarakan hanya dijawab anggukan pelan. Jujur sebenarnya Kanaya merasa malu sejak bersikap cuek di bus fakultas tadi. Cowok tersebut mengangguk sambil menyunggingkan senyumannya.

" Makasih ya," balas Kanaya kemudian," tumbler ini lebih berharga dari apapun yang gue punya saat ini."

Cowok tersebut tidak langsung beranjak pergi dan membuat Naya menjadi bingung.

" Oh hadiah ya?" ujar Kanaya kemudian, cowok di depannya justru menggelengkan kepalanya," tumbler gue sering ngilang kaya gini, lalu balik lagi. Ada ucapan kecil gak cuma makasih aja."

" Bukan kak. Bukan itu yang saya maksud."

" Lalu?" bingung Kanaya

" Jangan sampai tumblernya hilang lagi."

" Mungkin lain waktu, gue bakalan ketemu lo lagi."

" Semoga," katanya

Setelah mengucapkan kata tersebut cowok yang berada di depannya tiba-tiba pergi, katanya buru-buru ada kelas juga di sore ini.

Naya masih memandang punggung cowok di depannya. PDH biru tua dengan tulisan bordir.

" Teknik Elektro '21 "

****

Naya menyapukan pandangannya. Memandang gedung-gedung fakultas seni dan bahasa yang di dominasi dengan line up warna tosca. Sesekali pandangannya diarahkan ke arah pohon mahoni tua yang terletak dekat pojok gedungnya. Kanaya kembali menyapukan pandangannya ke arah langit sore yang mulai menampakan rona jingga. Melihat burung-burung kecil yang menari-nari tanpa diiringi musik. Naya sengaja membiarkan buku bindernya kosong, percuma juga harus mencatat catatan kuliah kalau otaknya juga kosong tanpa diisi oleh kepintaran apapun.

" Jelaskan secara sederhana, menurut pendapat anda penyebab masalah muncul dalam penelitian yang anda ambil?

Sial! umpat Naya dalam hati, bisa-bisanya dosen tersebut sengaja memberikan tumbal pertanyaan kepadanya. Itulah sebabnya hidup mahasiswa menjadi lebih mengerikan setelah mengenal mata kuliah metodologi penelitian.

" Maaf bu, bisa diulang?" pinta Naya.

" Bagi yang tidak fokus mata kuliah saya, silahkan mengulang di semester depan."

Kalimat mematikan yang membuat Naya langsung mengheningkan cipta sejenak. Benar Lupi lebih baik memanfaatkan jatah izin dibandingkan mentalnya harus diobrak-abrik. Akan tetapi kuliah adalah cara untuk membolak-balikannya mental seseorang daripada harus mati tumbang setelah lulus kuliah?

 Lakuna dan LukaWhere stories live. Discover now