Omake

3.9K 403 53
                                    

3 years later

Hinata mengenakan gaun midi berbahan satin di bawah lutut berwarna hitam dengan bahu yang agak terbuka. Malam ini suaminya mengadakan pesta makan malam untuk kali pertamanya di mansion.

Sebuah tradisi baru. Sebelumnya rumah ini selalu sepi, namun Naruto tak menyukai jenis kehidupan yang hening dan tersembunyi maka dia mengundang anak buah dan rekan bisnisnya untuk bertandang ke mansion malam ini.

Naruto mengetuk pintu ruang pemandian yang separuh terbuka dan mendapati istrinya berdiri di depan cermin, dia sudah selesai berdandan.

Hinata menoleh ke arah suaminya yang lekas mendekap tubuhnya dari belakang. Pria itu pun sudah mengenakan kemejanya untuk menjamu tamu yang kemungkinan akan segera berdatangan. "Tidakkah bahuku terlalu terbuka?" Dirinya justru bertanya kepada suaminya meski pria itu yang membelikannya pakaian ini.

Naruto mengecup pundak kanan wanita itu "tidak, apa kau merasa tidak nyaman?"

Hinata mengusap lengan pria itu yang mendekap perutnya secara posesif. "Ini nyaman, aku hanya takut kau tidak senang melihatnya."

Naruto menyingkap surai Hinata ke punggungnya. Dia mengerti kekhawatiran wanita itu. "tak akan ada yang berani menatapmu lebih dari lima detik di acara ini."

"Kenapa?" Hinata tidak mengerti apa maksudnya.

"Karena kau istriku." Naruto membelai sekali lagi surai indah wanita itu yang jatuh di punggungnya, indah sekali. "Kau berdandan untukku malam ini, bukan untuk orang lain."

Hinata mengangguk "kau benar, ini untukmu." Dia membalikan tubuhnya untuk berhadapan dengan pria itu.

Naruto meraih dagu lancip wanita itu. Penampilannya malam ini luar biasa elegan, keputusan tepat untuk akhirnya dirinya bisa memamerkan istrinya di antara teman-teman dan rekan bisnis. "Kau menawan, Hinata."

Hinata mengecup sekilas rahang tegas pria itu. "Terima kasih."

Naruto berdehem pelan. "Kita tak punya waktu untuk melakukannya sekarang, jangan membuatku tidak sabar."

Pria Uzumaki itu baru saja kembali dari Osaka untuk memantau kasinonya di sana, selama delapan hari penuh dan dirinya rindu wanita itu di atas ranjang. Namun sial, dirinya terlanjur mengatur acara pesta di hari kepulangannya, membuat rencana pelepasan rindu harus ditunda, mungkin hingga besok.

"Maaf." Ucap Hinata seraya melingkarkan lengannya di pinggul kokoh pria itu. Dia pun merasa rindu, namun tak semenggebu pria itu sebab dirinya punya salin mini pria itu di rumah.

"Kau tak nampak merindukanku, Hinata." Keluh Naruto meraih cerutu di atas washtafel counter.

"Aku punya obat rinduku di rumah, dia sangat mirip denganmu." Hinata tersenyum simpul.

"Dia menggantikan posisiku dengan baik hm?" Naruto menarik sudut bibirnya dan membayangkan wajah gembil putranya.

"Dia menemaniku saat tertidur." Tentu saja anak itu tak lagi tidur di keranjang bayi di kamar utama, dia bukan lagi bayi, usianya tiga tahun sekarang. Dia memiliki kamarnya sendiri di ruang sebelah, namun saat Naruto pergi bekerja ke luar kota, anak itu selalu menemani ibunya.

"Mulai malam ini dia harus kembali ke kamarnya." Ucap Naruto seraya mengembuskan asap cerutu.

"Ya, Bibi sudah memberitahunya." Hinata tadi meminta kepada kepala pelayan untuk memberitahu Boruto. "Di mana dia sekarang?" Dia pikir Naruto menemani putranya selagi dirinya bersiap.

"Dia di ruang perjamuan sibuk menyantap puding." Naruto pergi ke kamar sebab anak itu mengabaikannya dan sibuk disuapi puding oleh kepala pelayan.

Hinata terkekeh. "Dia menggunakan seluruh kesabarannya untuk menunggu pudingnya mengeras seharian ini."

As You RememberWhere stories live. Discover now