26

2.5K 425 29
                                    

"Kondisinya sudah membaik, dia akan segera pulang Bi." Hinata memberitahu kepala pelayan apa yang dia bicarakan dengan Kakashi pagi tadi.

"Sungguh?" Kepala pelayan turut merasa senang.

"Ya, namun dia tak mengingat apapun sekarang. Jadi kita harus membantunya mengingat sesuatu nanti." Hinata akan bersiap menyambut kedatangan pria itu.

"Semoga Tuan bisa mengingat Nyonya dan Boruto." Kepala pelayan mengusap punggung tangan puannya dengan lembut.

Hinata tersenyum sendu, namun jiia dipikirkan kembali hubungan mereka tak begitu baik saat pria itu pergi. "Tapi hubungan kami tak begitu baik dulu, jika dia mengingatnya, apa dia akan tetap mengacuhkan aku?"

Kepala pelayan pun baru tersadar pada detik itu bahwa dulu rumah ini pun tak terasa begitu hangat. "Jika mengatakan bahwa semua baik-baik saja dulu, apa Tuan akan mengingatnya?"

Hinata terkesiap, apa yang kepala pelayan katakan sama persis seperti apa yang Kakashi katakan tadi.

"M-maaf, Nyonya aku tidak bermaksud memintamu membohongi Tuan." Kepala pelayan bergegas meminta maaf atas kelancangannya bicara.

"Tak apa, Bi. Aku mengerti maksudnya." Hinata tersenyum tipis untuk menghapus risau pelayannya. Dirinya harus melihat terlebih dahulu sebelum memutuskan apa yang akan dirinya katakan kepada Naruto nanti.

Lebih dari itu, dia hanya ingin merawat Naruto. Kakashi mengatakan bahwa Dokter menyarankan pria itu untuk mendapatkan banyak ketenangan dan lebih banyak beristirahat. Dirinya akan merawat pria itu di rumah, sebagaimana mestinya.

Di tengah pembicaraan serius itu, tiba-tiba saja suara debaman pelan terdengar dari pintu. Hinata dan kepala pelayan menoleh bersamaan.

"Siapa di luar?" Hinata bertanya dengan kening menyerenyit.

"Maaf Nyonya, aku ingin mengantar teh." Pelayan muda itu bergegas membungkukan tubuhnya dengan sopan. Sial sekali, hari ini dirinya terpeleset saat sedang menguping.

"Lin?" Kepala pelayan menatap perempuan muda itu. Sudah dua kali dirinya mendapati anak itu menguping pembicaraan.

"Ya." Lin melangkah masuk dan membawakan teko teh baru untuk Nyonya.

Hinata menatap kepala pelayan penuh arti setelah pelayan muda itu meletakan teko tehnya. "Kembalilah ke dapur, Lin."

"Baik, Nyonya." Pelayan muda itu membungkukan tubuhnya dan membawa teko teh lama pergi.

Hinata menunggu pelayan muda itu pergi sebelum bicara dengan kepala pelayan. "Aku melihat Lin berdiri di depan kamarku saat malam, apa ada yang ingin dia katakan, Bi?"

"Maaf Nyonya, aku pun sudah dua kali mendapatinya menguping pembicaraan di luar ruangan. Entah apa yang dia inginkan." Kepala pelayan mengucapkan kejujuran.

"Biar aku yang memerhatikannya." Ucap Hinata secara singkat. Dia harus berwaspada, bahkan kepada pelayannya sekalipun.

"Baik, Nyonya." Kepala pelayan kembali menatap ke arah pintu, tak pelak lagi dirinya menaruh curiga kepada Lin. Anak itu beberapa kali pergi ke luar mansion tanpa izin.

"Oh ya, Bi. Aku mengundang Nyonya Ling untuk datang ke rumah sore ini, tolong siapkan jamuan." Hinata tak sengaja bertemu Nyonya Ling di kuil kemarin pagi. Dia ingin bicara beberapa hal maka dirinya mengundang Nyonya Ling datang.

"Penjaga juga sudah memberitahu pagi tadi, Nyonya." Kepala pelayan tersenyum. Satu-satunya tamu yang diperbolehkan Tuan Uzumaki untuk datang ke mansion hanyalah Nyonya Ling.

Meski Tuan Uzumaki tidak disini, semua penghuni mansion tetap menaati perintahnya dengan sangat baik.

...

As You RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang