10

2.5K 410 50
                                    

"Bukankah kau mengatakan akan kembali pergi berlayar?" Naruto benar-benar tidak tahu bahwa Kakashi masih ada di Nagoya.

"Pelayarannya ditunda, ada sedikit masalah perijinan." Kakashi menyesap teh yang ada di atas meja lesehan. Hari ini dia sudah minum teh tiga kali. Pelayan mansion ini terus memberinya teh saat duduk dan berbincang.

Naruto mengerutkan kening dia tidak tahu berita itu. "Kenapa tidak memberitahuku?"

"Aku ke sini untuk memberitahumu." Gumam Kakashi. "Sekaligus beristirahat sejenak."

"Beristirahat?" Naruto mengerutkan kening. "Apa maksudnya?"

Kakashi menatap sekeliling "sepertinya aku suka berada di sini. Aku akan bermalam di sini hingga pergi berlayar."

Naruto tersedak teh yang dia minum saat mendengar Kakashi ingin bermalam di sini. "Apa?"

"Jangan bereaksi solah kau tidak mengijinkan, aku membantumu keluar dari masalah hutang Hiashi. Aku berhak ada di sini juga." Kakashi tak senang melihat reaksi Naruto. "Lagipula ada banyak kamar di sini."

"Membantu?" Naruto nyaris mendecih kala mendengarnya. "Membantu apanya? Satu-satunya hal yang kau lakukan hanyalah memintaku menikahi putri Hiashi." Kakashi bahkan tak mengeluarkan sepeserpun uangnya untuk membantu melunasi hutang itu. 

"Bukankah itu membantu?" Tanya Kakashi, sepanjang waktu sarapan pagi berlangsung tadi, dia telah melihat seorang wanita cantik melayani Naruto seperti raja. "Kau diperlakukan bagai raja di sini, tidakkah itu membuatmu senang?"

"Aku tidak merasa senang, aku pantas mendapatkan itu semua setelah kehilangan segalanya. Singkatnya aku membayar untuk berada di sini." Naruto memiliki pola pikir seperti itu. Bahwa keberadaannya di sini adalah hal yang benar dan sudah sepantasnya.

"Membayar." Kakashi mendengkus. "Jika bukan dengan hutang itu. Di mana kau bisa membeli dan mendapatkan ini semua?" Kakashi menatap lekat mata Naruto.

Nampaknya Naruto harus ditampar keras agar membuatnya sadar dan berhenti bicara munafik. "Rumah dan pelayan mungkin bisa kau dapatkan dengan uang. Tapi seorang wanita seperti putri Hiashi, tak akan bisa kau dapatkan di rumah bordil atau di klub yang sering kau kunjungi dulu."

Naruto menoleh ke arah pintu geser yang terbuka, mengarah ke rouka samping di mana istrinya sedang duduk di sana sibuk merajut sesuatu, mungkin karena sebentar lagi salju pertama akan turun.

Memang benar apa yang Kakashi katakan, di lingkup biasanya Naruto menemui seorang wanita, tak mungkin ada yang seperti Hinata. Dunianya terlalu gelap untuk wanita selugu itu. "Aku tak pernah menginginkannya, dia hanya imbalan. Bahkan bagiku rumah ini jauh lebih berharga daripada dia."

"Berhentilah bersikap munafik. Jika kau tidak senang dan terbuai, kenapa berada di sini begitu lama?" Kakashi tahu benar Naruto tidak pernah menyukai hidup di satu tempat, dia akan berpindah dari satu kota ke kota lain, satu negara ke negara lain, dan begitu seterusnya hingga hari ini mereka bisa berada di Nagoya.

Naruto tak bisa menjawab pertanyaan itu. Dia juga tidak tahu kenapa ingin menetap lebih lama di sini. Di tempat di mana dirinya dipanggil Tuan dengan kesungguhan, bukan formalitas semata dan tempat di mana seorang wanita tertidur menyandarkan kening di dadanya tiap malam. "Aku menyukai kehangatan rumah ini."

"Bukan rumah ini, tapi apa yang ada di dalamnya." Kakashi mengoreksi kalimat sanggahan Naruto. Anak itu benar-benar keras pada diri sendiri. "tak apa menikah dan jatuh cinta, meski pendosa, kita pun berhak mendapatkannya."

Naruto mendengkus, salah satu alasan dirinya tidak senang memiliki satu persinggahan adalah karena dirinya tidak ingin memiliki beban untuk kembali. Tapi dirinya melakukan hal yang bertentangan belum lama ini. "aku meminta seorang anak dari wanita itu."

As You RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang