8

2.4K 420 46
                                    

"Siapa yang memberikannya?" Naruto datang ke kuil setelah bicara dengan Hinata. Entah kenapa dia merasa sangat marah sekarang, seolah ada emosi yang tertahan di kepalanya.

"M-maaf Tuan, aku hanya menyampaikan saja." Penjaga kuil itu terkejut setengah mati saat didatangi oleh Tuan Uzumaki dan ditanyai dengan makian soal hadiah titipan untuk istrinya.

"Siapa pria yang menitipkan hadiah itu untuk Hinata?" Tanya Naruto sekali lagi dengan kesabaran yang sudah di ambang batasnya.

"Pelayan Tuan Otsutsuki, dia menyampakaian hadiah itu dari tuannya juga." Ucap penjaga kuil dengan hati-hati. Sepertinya sepasang suami-istri Uzumaki itu telah dilanda pertengkaran setelah pemberian hadiah pagi tadi.

"Otsutsuki?" Naruto akhirnya percaya dengan ucapan Kakashi dan Tuan Saito bahwa ada pria Otsutsuki yang juga menginginkan istrinya.

"Toneri Otsutsuki." Penjaga kuil mengangguk. Mungkin Tuan Uzumaki merasa cemburu saat istrinya mendapat hadiah dari pria lain.

"Jika dia datang menitipkan hadiah lagi, jangan berikan pada Hinata. Berikanlah kepadaku." Perintah Naruto, dia lupa yang berdiri di hadapannya itu bukanlah pelayannya melainkan penjaga kuil.

"Baik, Tuan." Penjaga kuil berucap patuh. Daripada ketegangan makin menjadi lebih buruk. Dia mengerti jika Tuan Uzumaki merasa marah sebab ada pria lain memberikan hadiah untuk istrinya, kemarahannya sangat bisa dimaklumi.

"Jangan pernah membuka peluang penyelewengan untuk istriku." Wanti Naruto kepada penjaga kuil tua tersebut.

...

Hinata duduk bersimpuh di kamar, dengan sebuah meja lesehan di hadapannya. Peralatan jahit berserakan di atas meja kayu tersebut.

Wanita itu menyibukan dirinya di sepanjang sisa hari ini, setelah dimaki suaminya akibat menerima hadiah dari pria lain.

Hinata meraih sebuah kancing kecil yang terserak di atas meja dan memasangnya pada kemeja milik suaminya.

Dia melakukan apapun yang bisa dia lakukan agar rasa sedihnya teralihkan.

Sudah pukul sepuluh malam, suaminya pergi setelah memakinya, entah kemana. Hinata tak sempat bertanya kepada supir sebab setelah dimaki siang tadi, Hinata hanya termenung dengan goresan luka lain di hatinya.

Ini adalah hari ulang tahunnya dan pria itu menghancurkan satu-satunya hadiah yang dia terima di hari yang spesial ini.

Salahnya, mengira pria itu yang memberikannya. Hinata bahkan merasa sangat senang di sepanjang pagi ini, dia tersenyum kepada pria itu dan berencana merawatnya setelah mabuk parah semalam, tapi yang ia dapati hanyalah kekecewaan dan torehan luka lain di hatinya yang pria itu berikan kapadanya.

Setetes air mata jatuh di pipi Hinata setelah sepanjang hari menahan diri untuk tidak menangis.

Meski tangannya tetap bekerja menjahit, air matanya terus berjatuhan membasahi kemeja yang ada di pangkuannya.

Dia akan memaafkan pria itu jika kembali malam ini, sebab dia tahu pria itu tak akan pernah meminta maaf kepadanya.

Jadi hanya kelapangan hati yang bisa memperbaiki situasi dan Hinata akan mengalah, seperti biasa.

Suara pintu geser dibuka mengejutkan Hinata. Wanita itu bergegas menghapus air matanya dan menyudahi kesedihan, sebab suaminya sudah kembali.

Naruto melangkah masuk ke kamar dan mendapati istrinya ada di sana, duduk bersimpuh di lantai sambil menjahit.

"Kau sudah kembali." Sambut Hinata tanpa menoleh.

Naruto menatap jam kayu di atas nakas, belum tengah malam. "kemarilah, aku ingin bicara."

As You RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang