34

2.9K 389 34
                                    

Hinata mengerjapkan kelopak matanya dan terjaga saat dia merasakan belaian lembut di pipi kirinya.

Begitu dia membuka mata, Hinata mendapati pria itu ada di sisinya, berbaring menghadap ke arahnya. "Naruto?"

"Masih terlalu pagi, tidurlah." Ucap Naruto dengan bisikan pelan. Dia mengamati wajah cantik wanita itu yang sejak tadi nampak lelap dalam tidurnya.

"Apa sudah tujuh hari?" Hinata lupa hitungan mundurnya sebab dia terlalu banyak merindukan pria itu.

Naruto menarik sudut bibirnya "aku kembali lebih cepat."

"Kupikir aku tertidur hingga hari ke tujuh." Gumam Hinata seraya beringsut ke pelukan pria itu.

"Kurasa kau sangat merindukanku, Hinata." Naruto mendekap wanita itu ke pelukannya dan mengecup kepalanya dengan lembut, akhirnya dia kembali pulang dan memeluk wanita itu lagi.

"Tentu saja." Ucap Hinata, dia meletakan keningnya di dada pria itu. "pekerjaanmu apakah berjalan lancar?"

"Ya, jangan khawatir." Naruto mendekap pinggul wanita itu, tak akan dia sebut lagi nama keparat Otsutsuki itu di hadapan istrinya. "mulai sekarang aku akan terus ada di sisimu, Hinata."

"Terima kasih." Hinata melerai pelukan itu dan meraih bahu pria itu untuk memberinya sebuah ciuman singkat, sambutan sekembalinya dia ke rumah.

Naruto meraih tengkuk wanita itu di atas bantal dan memangut bibirnya, bukan kecupan yang dia inginkan sebagai sambutan tapi lumatan yang menyemarakan pagi harinya.

Hinata memejamkan mata dan mengusap kepala pria itu dengan lembut, membuainya dengan sentuhan ringan yang pria itu pernah akui sangat dia sukai.

Keduanya sibuk berpautan lidah, menuntaskan rindu sejenak selepas berpisah selama lima hari tak bertemu.

Naruto menyudahi ciumannya begitu mendapati istrinya terengah kualahan. Dia menyapu ciumannya ke dagu wanita itu dan mengakhirinya.

...

"Apa kau membunuhnya?" Kakashi bicara empat mata dengan Naruto pagi itu di ruang kerja.

Naruto menggeleng "aku menyeretnya kepada ayahnya."

Kakashi menyesap cerutunya. "Dia kehilangan uang di Makau karena Konan kan?"

"Ya, Hamura menembak putranya tepat di hadapanku sebab dia tak bisa membawa uangnya." Naruto memberitahu Kakashi apa yang terjadi di Tokyo.

"Konan menghabiskan separuh uangnya di kasino kapal pesiar milik kita." Kakashi berucap prihatin.

"Separuhnya dia ingin bawa ke Jerman untuk berjudi pula, namun habis terbakar pada kecelakaan pesawat." Naruto ingat semua percakapannya dengan Konan di dalam pesawat.

"Kau yakin Hamura tak akan mengusik kita di masa depan?" Kakashi merasa sedikit khawatir soal itu. Bagaimanapun juga Naruto secara terang-terangan menyeret Toneri ke sana.

"Dia tak akan melakukannya." Naruto yakin orang semacam Hamura hanya peduli soal uangnya, dia tak mungkin menggali soal apa yang dilakukan Toneri. Kalaupun iya, dia tak akan temukan benang merahnya kepada Hinata sebab dulu Toneri juga nampak tak terbuka kepada ayahnya soal apa yang dia inginkan.

Tetaplah berwaspada, sebelum tua bangka itu mati, aku belum bisa merasa tenang." Kakashi berucap serius.

"Apa yang bisa dia lakukan tanpa uangnya?" Naruto mendengkus. "Dia kehilangan kekuasaannya, Kakashi."

"Jadi ini sudah benar-benar berakhir?" Kakashi bertanya kepada Naruto.

"Ya, ini sudah berakhir." Naruto mengangguk yakin. "Setelah mengurus kasino Osaka, beristirahatlah."

As You RememberWhere stories live. Discover now