30

3.1K 391 36
                                    

Seseorang yang kembali dari lupa ingatan akan mendapatkan ingatan masa sebelum lupanya dan setelah lupanya. Rasanya seperti dua memori di masa yang berbeda bertemu di dalam kepala.

"Beristirahatlah lebih lama di sini, begitu ingatanmu kembali, kita akan pergi ke Osaka." Kakashi bicara empat mata dengan Naruto di ruang perjamuan soal rencana pembukaan kasino baru di Osaka yang nampaknya harus ditunda.

"Pergilah ke Osaka lebih dulu, bukankah harusnya kita membuka kasino?" Ucap Naruto seraya mengembuskan asap cerutunya.

"Aku tak akan bisa melakukannya sendirian." Kakashi tidak yakin apakah bisa memulai pembukaan kasino itu tanpa Naruto. Selama ini Naruto lah yang selalu membuka jalan, melakukan negosiasi dan memimpin pembangunan, sedangkan dirinya lebih kepada pemantauan dan pematangan biaya saja.

Naruto menyesap cangkir tehnya. "Kakashi, kurasa kau harus berhenti mengandalkan aku. Aku bukan yang dulu lagi, aku tidak akan bisa melakukannya seperti dulu. Kau harus mengambil alih semua pekerjaannya."

Kakashi mendengkus pelan "hidup dengan nyaman membuatmu malas melanjutkan bisnis, Naruto?"

"Kurasa apa yang kumiliki saat ini pun sudah cukup, aku tak ingin serakah." Naruto menatap Kakashi penuh makna. Dia ingin lihat reaksi Kakashi jika dirinya mengatakan hal ini.

"Kau yang dulu tak akan mengucapkan hal konyol seperti ini, Naruto." Kakashi memperingati Naruto.

Naruto menarik sudut bibirnya. "Apa yang akan dikatakan oleh aku yang dulu?"

"Yang pasti kau bekerja keras lebih dari siapapun. Kau tidak mungkin mengatakan kerja kerasmu sebagai keserakahan." Kakashi meletakan cangkir tehnya di atas meja. "Sampai kau temukan persinggahan terakhirmu."

"Kau bilang ini rumahku, bukankah ini persinggahan terakhirku?" Naruto balas bertanya.

Kakashi menatap Naruto lekat-lekat kali ini. Nampaknya anak itu benar ingin menyudahi perjalanan bisnis mereka di sini. "Lalu bagaimana denganku, Naruto?"

"Pulanglah ke Jerman, seperti yang kukatakan malam itu." Ucap Naruto sambil menatap mata Kakashi. "Sudah cukup kau menjagaku, Kakashi. Kau telah penuhi janjimu pada ayahku dengan baik."

Kakashi terkesiap. "K-kau mengingatnya?" Rasanya tidak percaya.

Naruto mengangguk. "Pagi ini ku terjaga dengan mimpi buruk." Dia memejamkan mata sesaat. "Namun kusadar setelahnya, itu bukan mimpi buruk, tapi ingatan soal masa laluku."

Kakashi merasa tercekat, dia merasa sedikit emosional sekarang. "Kupikir selamanya kau tak akan kembali, Naruto."

Naruto tersenyum tipis, dia menundukan kepalanya "terima kasih atas segala bantuanmu, Kakashi. Terima kasih tak mengkhianatiku bahkan saat aku nyaris kehilangan segalanya."

"Tentu saja." Kakashi mengembuskan napas lega seraya menatap langit-langit.

"Soal Osaka, berikan aku waktu. Aku ingin meluruskan banyak hal di sini." Naruto meminta kepada Kakashi sebelum mereka melanjutkan satu perjalanan bisnis terakhir mereka. "Osaka, akan jadi pembukaan kasino terakhir kita, setelah itu kita harus berhenti."

Kakashi mengangguk setuju, lebih dari lima belas tahun dia menunggu hari seperti ini. "Akhirnya aku akan punya waktu untuk menikmati hidupku dengan benar."

Naruto tersenyum simpul. "Tentu, pulanglah ke Jerman, pergi ke padang golf, beli mobil baru, dan beristirahat."

"Bagaimana denganmu?" Tanya Kakashi.

"Aku akan tetap di sini, membesarkan putraku bersama Hinata." Naruto putuskan akhir kisahnya. "Seperti yang kau katakan, sudah kutemukan persinggahan terakhirku."

As You RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang