25

2.1K 400 20
                                    

Flashback

"Naruto Uzumaki?" Hinata menatap ayahnya yang duduk berhadapan sambil menikmati teh.

"Em, Ayah akan membuka sebuah kasino bersamanya di pusat kota, mungkin tahun depan pembangunan baru akan dimulai." Hiashi harus segera memberitahu putrinya soal ini. Sebab ada hal yang harus dirinya lakukan sebelum mengambil keputusan secara bulat.

"Apa dia orang asing?" Tanya Hinata penasaran. Dia mengaduk matcha dengan chasen di atas meja.

"Ayahnya adalah pebisnis dari Jerman, sedangkan ibunya adalah orang Jepang. Dia juga pandai berbahasa Jepang." Hiashi mengenal pemuda itu di kapal pesiar. Ada sesuatu dalam diri pemuda itu yang membuatnya sangat tertarik sehingga memutuskan untuk bekerja sama dalam artian lain. Sesungguhnya, kasino di Nagoya hanya batu lompatan untuk mencapai tujuan yang sebenarnya.

Setelah saling mengenal selama beberapa waktu, sekembalinya dari pelayaran, Hiashi menilai bahwa Naruto bukanlah pemuda sembarangan, dia mandiri, punya kekuasaan, dan tegas meski sedikit dingin.

Dibalik itu semua Hiashi tahu, Naruto memiliki hati yang hangat, terlihat dari caranya menghormati orang lain yang memang perlu dia hormati, dia juga selalu bicara soal mendiang ayahnya dengan cara yang baik seolah dia menjadikan itu sebagai pegangan kuat dalam hidupnya.

Namun, mungkin sebab dia berada pada lingkungan dunia malam, pasar gelap,  dan perjudian, Naruto memiliki arogansi yang sangat tinggi. Bagi Hiashi itu bukan masalah, pria yang memiliki uang memang selalu begitu. Akhirnya, dirinya temukan satu sosok yang mungkin akan selaras dengan putrinya.

Hinata terlalu lembut bahkan untuk ukuran seorang wanita, dia butuh seseorang yang bisa menjaganya, menyelaraskan kehidupannya dengan benar agar tak mudah ditipu atau disakiti orang lain.

Dan ya, Hiashi tak perlu menelaah lebih lama lagi, mereka memang harus bersama-sama.

"Apa nanti aku akan bertemu dengannya?" Hinata bertanya kepada ayahnya.

Hiashi mengangguk "dia cukup sibuk sekarang, tapi nanti dia akan datang ke sini."

Hinata tidak tahu apa yang merasuki ayahnya, biasanya ayah tidak senang jika ada yang datang ke sini, apalagi seorang pria untuk menemuinya. "apa dia orang yang baik?"

"Tentu saja, dia adalah pria yang baik. Ayah ingin kau menikah dengan dia." Ucap Hiashi dengan serius kepada putrinya.

"Menikah?" Hinata terkesiap.

Hiashi mengangguk "dia lebih dari mampu melindungimu, kau harus menghormati dia jika nanti bertemu, dia enam tahun lebih tua darimu."

Hinata menuangkan matcha di cangkir milik ayahnya. "Ayah, jangan memaksa dia menikah denganku jika dia tidak mau, aku takut dia tidak menginginkan pernikahan."

"Ayah tidak memaksanya." Hiashi tersenyum tipis ke arah putrinya. Tapi takdir yang akan memaksanya, dirinya hanya akan menuntun. "Kau jangan takut."

"Dia terlihat seperti apa, Ayah?" Hinata menuangkan matcha ke cangkirnya sendiri.

"Surainya pirang dengan bola mata saphire sebiru lautan." Ucap Hiashi seraya menatap pekarangan yang begitu teduh. Tempat dirinya ingin beristirahat dengan tenang. Tanpa ketakutan dan rasa bersalah menghantuinya lagi.

Flashback Off

Hinata memejamkan mata, dia tak bisa berhenti merasa khawatir. "Apa aku boleh pergi ke Tokyo, Bi? Aku ingin melihatnya."

"Tuan Kakashi meminta Nyonya bersabar dan menunggu." Kepala pelayan mengusap punggung puannya dengan lembut.

"Aku takut dia tak membuka mata lagi." Hinata berucap parau.

As You RememberWhere stories live. Discover now