17

2K 376 28
                                    

"Aku meletakan botol obat itu di dalam laci dan Tuan telah menemukannya." Pelayan muda itu pergi ke kaki gunung untuk menemui Tuan Otsutsuki.

"Apa bayinya mati?" Toneri bertanya lagi.

"Kudengar tidak, nyonya akan pulang siang ini." Pelayan muda itu melaporkan apa yang terjadi di rumah. "Kapan aku boleh pergi dari mansion? Aku takut Tuan mengetahui segalanya."

"Bertahanlah sedikit lebih lama, mereka akan menyadari bahwa semua hanya jebakan jika kau pergi sekarang." Toneri butuh seseorang untuk jadi informan.

"Aku akan mengundurkan diri dengan alasan yang masuk akal setelah dapatkan sisa bayaranku." Pelayan muda itu berucap cepat.

"Baiklah." Toneri kemudian menutup jendela mobilnya dan melaju pergi dari sana. Bayi itu ternyata belum mati. Harus diberikan apa agar dia lekas lenyap dari tubuh Hinata?

...

"Mulai hari ini, aku akan mempekerjakan orangku untuk berjaga di sini." Naruto berucap dingin seraya menarik pergelangan tangan Hinata begitu turun dari mobil sekembalinya mereka dari kediaman Nyonya Ling.

Hinata lelah menjelaskan kepada pria itu bahwa dirinya tak sekalipun berpikir untuk melenyapkan bayi ini. Entah bagaimana pil itu bisa ada di kamar dan sakit yang dia rasakan kemarin terjadi kepadanya.

"Nyonya?" Semua pelayan nampak terkejut melihat nyonya mereka diseret dengan cukup kasar untuk masuk ke rumah oleh suaminya padahal kemarin didekap erat dalam keadaan sakit.

Hinata hanya menatap ke arah lantai, menghindari dirinya jatuh karena diseret dengan cepat oleh pria itu.

Naruto membawa wanita itu ke kamar utama dan mendudukan tubuhnya di tepi ranjang seraya membanting pintu geser keras-keras. "Jangan pernah menemui keparat Otsutsuki itu lagi."

Hinata memejamkan matanya dan mendengar apa yang pria itu katakan.

"Dia yang membunuh ayahmu, lalu sekarang dia juga ingin membunuh anakku, dan kau dengan bodohnya masih percaya kepadanya, mau menemuinya, dan mempermainkan janjimu kepadaku." Naruto merasa sangat marah, dia lupa bahwa wanita di hadapannya ini baru saja jatuh sakit kemarin.

"Aku tak meminum pil itu." Ucap Hinata, dia hanya ingin mengatakan inti dari masalah ini.

"Berhentilah mengelak, aku muak mendengarnya." Naruto berdiri di hadapan wanita itu. "Dengar ini, Hinata. Nyawamu tak lebih berharga daripada anak yang ada di dalam perutmu jika saja dia laki-laki, pahami itu." Dia harus mengatakan ini agar wanita itu sadar akan kesalahannya dengan meminum pil itu.

Hinata menatap bola mata pria itu yang terus mengatakan hal yang menyakiti hatinya. "Kumohon cukup, Naruto."

"Akan kusetujui perkataanmu semalam jika kau gagal memberiku anak laki-laki. Berikan aku rumah ini, akan kucari wanita lain untuk dinikahi dan memiliki banyak anak dengannya, aku akan melupakanmu setelahnya." Naruto ingat apa yang wanita itu katakan kepadanya semalam. "Tak kuterima uang di rekening milik Otsutsuki keparat itu, karena itu bukan uang ayahmu."

Naruto melangkah pergi dari kamar setelah mengatakannya. Dia akan pergi ke pusat kota dan menemui keparat Otsutsuki itu dengan segera. Sepertinya dirinya terlalu menganggap remeh putra bangsawan itu.

Begitu dia melangkah turun dari anak tangga, enam orang anak buahnya sudah tiba di pekarangan mansion.

"Selamat siang, Tuan." Pria-pria bertubuh besar itu membungkukan tubuhnya kala mendapati tuan mereka menapaki tangga keluar dari mansion itu.

"Pastikan tak ada tamu yang datang kemari." Naruto meraih cerutu dari sakunya dan memberi perintah. "Terutama seorang pria bernama Toneri Otsutsuki."

"Baik Tuan." Enam pria itu memahami tugas mereka dengan baik.

As You Rememberحيث تعيش القصص. اكتشف الآن