9

2.4K 398 43
                                    

Pelayan menutup semua pintu dan jendela mansion selepas makan malam, mereka juga memadamkan lampu di lorong depan kamar utama karena hari ini tuan membawa nyonya ke kamar lebih cepat.

Seisi mansion dihebohkan beberapa waktu lalu, sebab terdengar desas-desus bahwa tuan mereka meminta seorang anak laki-laki kepada istrinya.

Siapa sangka ternyata tuan Uzumaki mengharapkan kehadiran seorang anak di rumah ini setelah tiga musim pernikahan. Maka belakangan ini para pelayan memberikan lebih banyak privasi dan waktu berdua untuk tuan dan nyonya mereka.

Tak ada lagi ketukan di pintu kamar pada pagi atau malam hari, selepas makan malam, semua lampu dekat kamar dipadamkan, dan yang terpenting ketenangan di sepanjang malam agar keduanya bisa beristirahat dengan nyaman.

Naruto mendudukan tubuh wanita itu di tepi ranjang, selepas melumat bibir manisnya begitu lama di depan pintu kamar sebagai pemanasan.

Hinata memalingkan wajahnya ke arah lain selepas ciuman panjang itu berakhir.

Naruto melepaskan pakaian atasnya dan membiarkan separuh tubuhnya telanjang di hadapan wanita itu. "Kau memberitahu pelayan?" Tanyanya pada wanita itu, belakangan ini dia merasakan sebuah kejanggalan, para pelayan memasak daging sapi hampir setiap hari, mereka menyiapkan kamar sejak sore hari, dan memadamkan lampu depan kamar mereka pukul delapam malam seolah mempersiapkan sesuatu.

"Soal apa?" Tanya Hinata tanpa bergerak dari tepian ranjang, dirinya tak pernah melucuti pakaiannya sendiri di hadapan suaminya, sebab pria itu selalu melakukan hal itu untuknya.

"Soal aku minta seorang anak laki-laki darimu." Naruto memadamkan lampu utama kamar mereka dan melangkah ke arah istrinya, melucuti kancing pakaiannya satu persatu.

"Kau tidak ingin orang lain tahu?" Hinata rasa dirinya melakukan kesalahan, mungkin pria itu tidak senang jika dia memberitahu orang lain soal ini. Namun dirinya hanya sangat terkejut sekaligus bingung harus bagaimana untuk bisa memenuhi permintaan pria itu maka dia bertanya kepada kepala pelayan.

"Aku tidak peduli soal itu, selama kau bisa mewujudkannya." Naruto menjatuhkan istrinya di atas ranjang selepas melucuti pakaian terusan yang dikenakannya ke lantai, menyisakan wanita itu separuh telanjang di sana.

Lagi-lagi ada keterpukauan yang sulit ditepis. Wanita itu memiliki tubuh yang sangat indah, proporsi sempurna, dan ya merengkuhnya di atas ranjang selalu terasa seperti surga bagi Naruto, namun tentu saja tak satupun kekagumannya tersebut dia ucapkan melalui bibir, namun jika wanita itu cukup peka, dia harusnya mengerti kenapa begitu sering suaminya meminta.

Tentu saja karena Naruto mendamba dalam diamnya.

Hinata menahan napas kala pria itu merangkak naik ke atas ranjang, mengukung tubuhnya seperti malam-malam sebelumnya.

"Jika boleh, aku ingin bertanya sesuatu." Hinata menahan dada pria itu sebelum mereka memulai malam yang nampaknya akan jadi begitu panjang tersebut.

Naruto menepis tangan wanita itu yang menyentuh dadanya dan menundukan kepalanya untuk memulai serangan dengan ciuman ringan di leher dan dada wanita itu.

"Kenapa kau menginginkan anak dariku?" Hinata sangat ingin tahu kenapa pria itu menginginkannya sebab permintaan itu terlalu sulit untuk dimengerti di tengah hubungan mereka yang begitu menyedihkan ini.

"Karena kau istriku." Naruto menyingkap surai indigo wanita itu dan mengecup sisi kiri leher jenjangnya. "Kau pikir aku harus memintanya pada wanita lain?" Tanyanya dengan ucapan sarkasme.

Hinata menatap wajah pria itu yang berada tepat di atasnya. "Tidak." Ucapnya dengan suara pelan. Dia tidak bisa bayangkan pria itu berada di situasi ini dengan wanita lain. Bukan karena dirinya merasa cemburu, tapi dia takut pria itu membuangnya dan meninggalkannya seperti semua orang meninggalkannya di sini saat dirinya tak lagi berguna.

As You RememberOnde histórias criam vida. Descubra agora