15

2.1K 392 38
                                    

"Kau hamil?" Toneri menatap amethyst Hinata dengan tanya yang keluar dari bibirnya sebagai bentakan.

Hinata meletakan ke dua tangannya di atas pangkuan seraya mengangguk. "Em, aku sedang mengandung." Meski Toneri bertanya dengan nada yang terdengar kasar, Hinata tetap menjawabnya dengan tenang.

Toneri melihat ke arah perut wanita itu yang memang jika diperhatikan telah nampak kehamilannya. Dirinya harus kembali ke Tokyo untuk mengurus beberapa hal, namun begitu dia kembali, dia mendapati wanita pujaannya tengah hamil.  Perasaan marah memuncak di hatinya namun tak bisa meluapkannya di saat ini juga. "Pria itu sudah pergi, bagaimana nasib anak ini nanti?"

"Tak apa, aku yang akan merawatnya." Hinata sudah menerima jalan hidupnya ini. Dia akan merawat bayinya dengan penuh kasih sayang meski hanya seorang diri.

"Tidakkah akan sulit bagimu merawat seorang anak sendirian?" Toneri bertanya. "kau tak punya uang dan pekerjaan, bagaimana bisa kau membesakan bayi?"

"Aku akan menjahit banyak pakaian untuk dijual." Hinata tak apa bekerja keras mulai hari ini dan seterusnya.

"Kau pikir hanya dengan menjahit hidup akan berjalan mudah?" Tanya Toneri dengan sarkasme yang nyata.

Hinata menggeleng, memang benar hal itu tak akan pernah mudah untuk dilalui.

"Bagaimana kau bisa membayar para pelayan yang bekerja kepadamu? Toneri masih mendapati para pelayan di area mansion ini meski tiga bulan sudah berlalu sejak Hinata berpisah dengan suaminya.

"Dia sudah membayar pelayan hingga akhir musim panas nanti." Hinata dengar dari kepala pelayan bahwa dirinya tidak perlu khawatir karena pria itu telah membayar upah para pelayan.

"Hidup tak berhenti di musim panas tahun ini. Lagipula untuk apa merawat seorang anak yang berasal dari seorang pembunuh?" Toneri menatap Hinata lekat-lekat. "Selagi masih punya waktu untuk memilih pikirkanlah baik-baik."

Hinata merasa tertohok mendengar ucapan Toneri. Memang benar Naruto lah yang dulu sangat ingin memiliki bayi ini.

"Tidakkah kau merasa bersalah pada ayahmu?" Toneri bertanya kepada Hinata.

"Maaf Toneri, tapi bagaimanapun juga aku adalah ibunya, meski dia juga adalah anak dari pria itu." Hinata tak akan memilih untuk melenyapkan bayinya meski darah Naruto ada dalam tubuh bayi ini.

"Apa dia menginginkan bayi ini?" Toneri menatap amethyst Hinata. Dia yakin pria Jerman itu pun enggan memiliki anak.

"Ya, dia yang memintaku untuk melahirkan anak laki-laki untuknya." Jawab Hinata secara yakin. "Meski sekarang dia pergi dan tidak tahu soal kehamilanku. Tapi dulu dialah yang menginginkan ini."

Toneri agak terkejut, bukankah pria Jerman itu hanya menginginkan pernikahan sebagai imbalan hutang? Untuk apa memiliki anak? "Bagaimana jika nanti dia kembali dan tahu soal kehamilanmu, kemudian mengambil bayinya darimu?"

Hinata termenung menatap pangkuannya, itulah hal yang dia takutkan belakangan ini. Dia takut pria itu mengambil anak ini darinya. "Dia tak akan kembali."

"Dia akan kembali jika tahu ada darah dagingnya yang lahir di sini, kau pikir pria Jerman itu menginginkan anak laki-laki untuk apa?" Toneri balas bertanya kepada Hinata. "Tentu saja untuk menjadi penerus bisnis gelapnya nanti."

"Dia tak akan mengambilnya dariku begitu saja." Hinata yakin sebab dulu Naruto pernah mengatakan bahwa dirinya harus menjaga bayi itu dengan baik.

"Kau hanya terlalu naif, Hinata." Toneri berujar dengan dengkusan.

Jika Hinata tak ingin mengenyahkan anak itu dalam waktu dekat, akan dia lakukan dengan senang hati menggunakan caranya sendiri.

...

As You RememberWhere stories live. Discover now