6

2.3K 415 42
                                    

Hinata menatap keluar kaca mobil, dia lupa kapan terakhir kali berpergian ke pusat kota.

Naruto menyalakan pemantik dan membakar cerutu di tangannya. Dia sesekali menoleh ke arah Hinata yang duduk di sampingnya di dalam mobil.

Pria itu bukan berniat membawa istrinya berpergian, namun Kakashi datang ke pusat kota Nagoya hari ini dan mengatakan ingin bertemu dengan Hinata, mungkin karena penasaran.

Namun Hinata sepertinya berasumsi bahwa suaminya dengan senang hati membawanya berpergian karena mata amethystnya nampak berbinar menatap keluar jendela, persis seperti anak kecil. Mungkin benar apa kata kepala pelayan, wanita itu jarang berpergian.

Hinata menyentuh dadanya yang terasa sesak, karena berada di dalam mobil dan suaminya terus menyesap cerutu, dia telah memenuhi mobil dengan asap meski jendela dibuka separuh.

Namun wanita itu tak berani memperotes sedikitpun, sebab bisa dibawa berpergian hari ini saja rasanya seperti mimpi.

"Merasa tidak nyaman hm?" Naruto tak menoleh saat mengatakannya, namun dia sempat melihat saat wanita itu menyentuh dadanya seolah merasa sesak. "Aku bisa mengantarmu kembali ke rumah."

Hinata menggeleng, dia meletakan kedua tangannya di atas pangkuan. "Aku ingin pergi ke kota."

Itu terdengar sangat menyedihkan bagi Naruto, namun dia lekas teringat bahwa wanita itu sering dibawa berpergian oleh pria Otsutsuki itu ke tempat yang sama. Sehingga dia menghilangkan seluruh rasa iba yang sempat terbesit di benaknya.

"Saat menemui Kakashi nanti, jangan mengatakan hal yang tidak perlu." Wanti Naruto kepada istrinya. Dia tidak ingin Kakashi ikut campur soal hubungannya dengan Hinata. Kakashi terkadang sama kaku dan kolotnya seperti Hiashi. Dia mungkin tidak akan merasa senang jika tahu seberapa dingin dia memperlakukan istrinya.

"Aku tak akan banyak bicara." Hinata berjanji kepada Naruto, tak akan melakukan hal ceroboh dan membuat pria itu malu di hadapan pria bernama Kakashi yang nanti akan mereka temui, pria itu adalah rekan bisnis suaminya namun begitu dekat seperti keluarga, katanya dia ingin bertemu untuk mengucapkan selamat atas pernikahan mereka.

Naruto memadamkan cerutunya saat melihat mata Hinata mulai memerah, mungkin karena terpapar asap di separuh perjalanan.

"Terima kasih sudah membawaku hari ini." Ucap Hinata dengan tulus. Andai pria itu tahu seberapa senang dirinya saat semalam diberitahu akan dibawa berpergian hari ini.

"Jangan salah mengartikan ini." Naruto meraih guillotine pemotong cerutu dan memangkas sedikit bagian cerutu yang tadi sudah dihisapnya. "Aku tidak merasa senang membawamu berpergian. Aku hanya memenuhi keinginan Kakashi untuk menemuimu sebab dulu dia juga mengenal ayahmu dengan baik."

Rasa senang yang tadi memenuhi hati Hinata seperti terhapus separuhnya saat mendengar ucapan pria itu. Dia kemudian memalingkan wajahnya dan menatap lurus ke depan. "Tak apa jika ini jadi kali pertama dan terakhirmu membawaku berpergian, aku juga sudah terbiasa berdiam di mansion."

Naruto menyentuh helaian indigo wanita itu yang tergerai indah di bahu. "Em, nikmatilah hari ini karena ini akan jadi kali terakhirmu kubawa ke kota." Dia tak akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan pria lain kepada wanita ini. "Jika kau ingin ke kota, mintalah mantan kekasihmu datang menjemput di Rabu pagi. Kelabui aku seperti kau mengelabui ayahmu bersamanya."

Hinata tidak mengerti darimana Naruto bisa mengetahui hal itu, mungkin dari pelayan. "Dia bukan mantan kekasihku."

Naruto menyentuh bahu istrinya yang dibalut pakaian berwarna hitam, kontras dengan kulit putihnya. "tak perlu menjelaskan seolah aku pernah peduli."

As You RememberWhere stories live. Discover now