20

2.2K 411 21
                                    

Malam itu terasa sunyi, seperti biasanya. Sesekali terdengar suara lonceng kuil yang tertiup angin.

Tak seperti malam sebelumnya, kelambu ranjang kayu itu kembali ditutup rapat beberapa hari belakangan, sebab rajanya telah kembali.

Hinata menatap wajah Naruto yang tertidur di sisinya, menghadap ke arahnya. Wajah pria itu terlihat lelah, mungkin karena terlalu banyak berpergian.

Wanita itu menyentuh wajah suaminya. Garis wajahnya yang tegas, kelopak mata yang indah, dan bibirnya yang kecokelatan. Bayi dalam perutnya apa akan menurunkan sesuatu dari kesempurnaan pria itu? Hinata ingin tahu.

Meski nanti bayinya perempuan, apa dia akan nampak seperti ayahnya atau tidak sama sekali?

Hinata hanya termenung membayangkannya.

Andai saja bukan penolakan yang anak ini dapatkan, dia pasti sangat senang memiliki Ayah yang menunggu kehadirannya.

Naruto tersentak pelan dari tidurnya, setelah mendapati mimpi yang tak dia ingat begitu membuka mata.

"Mimpi buruk mengganggumu?" Hinata bertanya dengan suara pelan, saat tiba-tiba pria itu terjaga dan membuka kelopak matanya yang tadi terpejam.

Naruto menoleh dan mendapati wanita itu tak tertidur, berbaring menghadap ke arahnya dan bertanya. "Ya."

Hinata tak mengatakan apapun lagi, dia hanya mengamati mata biru pria itu sekilas sebelum memejamkan matanya.

"Sejak kapan kau terjaga?" Tanya Naruto, dia mendapati wanita itu terlelap lebih dulu malam ini, namun melihatnya termenung di tengah malam.

"Pukul satu, bayiku terus menendang." Ucap Hinata seraya menyentuh perutnya.

Sekarang Hinata menyebut anak itu dengan sebutan bayiku, menandakan wanita itu telah menerima penolakan yang diberikan.

Naruto menyentuh perut istrinya, ingin tahu tendangan apa yang wanita itu maksud hingga terjaga di dini hari.

Hinata agak terkejut mendapati pria itu menyentuh perutnya untuk pertama kali sejak kehamilannya.

Naruto benar merasakan sebuah pergerakan dari dalam perut wanita itu. Seolah bayinya mendorong perutnya sesekali, cukup keras untuk bisa dirasakan dari luar. "dia selalu begini saat malam?"

Hinata mengangguk "ya."

Entah apa rasanya saat ada mahkluk lain di dalam tubuhmu. Naruto tidak bisa bayangkan. "Tidurlah."

"Naruto." Hinata berucap pelan "kuharap bayi ini memiliki mata sepertimu, aku menyukainya."

"Mungkin dia akan mendapatkannya." Ucap Naruto secara singkat.

"Aku akan memberinya nama Himawari." Ucap Hinata, dia tak membutuhkan peesetujuan, tapi pria itu harus tahu nama putrinya sebelum dia pergi nanti.

"Kau teringat ladang tempat kita menepi sekembalinya dari kediaman Nyonya Ling?" Naruto ingat benar mereka terdampar di tepi jalan saat mobil Kakashi mogok, di sana ada hamparan ladang bunga matahari yang merunduk.

"Ya, bunga matahari sering mengingatkanku padamu." Ucap Hinata kepada suaminya. Di tepi jalan itu Hinata berdoa agar dirinya memiliki anak laki-laki sebab pria itu memintanya.

"Himawari." Naruto akan mengingatnya.

"Andai dia laki-laki aku berencana memberinya nama Boruto Uzumaki." Ucap Naruto seraya memejamkan mata kembali.

...

"Apa Konan sudah kembali?" Toneri bertanya kepada pelayannya. Dengan air muka yang menyimpan kemarahan.

As You RememberWhere stories live. Discover now