41. Hari Kepulangan

415 178 75
                                    

(Sambil dengerin lagu kamu dan kenangan versi Shanna Shannon okay biar lebih kerasa feel-nya.)





"Terkadang manusia harus merasakan seperti apa bentuk kehilangan setelah kematian seseorang. Agar mereka paham, betapa berharganya makna sebuah kehadiran disaat nyawa masih berada didalam raga."

Selamat Membaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat Membaca...

Aku tahu, dunia hanya sebagai tempat singgah sementara. Tidak akan ada kehidupan yang benar-benar kekal atau abadi didalamnya. Semua makhluk hidup di bumi hanya menunggu waktu itu tiba, waktu untuk meninggalkan semua kefanaan yang ada pada dunia beserta isinya. Tetapi, tidak akan ada satupun manusia yang siap untuk menghadapi berbagai macam kehilangan. Bahkan tak akan ada yang pernah siap untuk menghadapi kehilangan setelah kematian seseorang.

Kematian merupakan sebuah fase dimana manusia harus meninggalkan dunia dan segala macam harta benda yang mereka miliki. Termasuk meninggalkan orang-orang disekitarnya tanpa persiapan terlebih dahulu.

Malam ini, aku harus merasakan kehilangan itu untuk kedua kalinya. Kehilangan tanpa aba-aba, kehilangan tanpa pamit, dan kehilangan yang meninggalkan rasa sakit terbesar didalam hidupku. Aku kira, perceraian kedua orang tuaku menjadi rasa sakit terbesar yang pernah kurasakan sebelumnya. Tapi ternyata aku salah, melihat sahabatku meregang nyawa hanya untuk menyelamatkan nyawaku, menjadi rasa sakit terbesar yang menorehkan luka terdalam.

Untuk hidupku dan juga untuk keluarganya.

Aku melihat sendiri saat pisau itu tertancap dan membuat sekujur tubuhnya bersimbah darah. Aku menyaksikan sendiri, bagaimana tatapan mata sayu penuh kesedihan dan kepasrahan itu menatapku dengan segaris senyum tipis yang menghiasi wajahnya.
Aku menyaksikan langsung, bagaimana hembusan napas terakhirnya menjadi bagian paling menyakitkan untuk kulihat kala itu.

Apa aku harus menerima semua kejadian menyakitkan ini? Kenapa harus aku lagi, lagi dan lagi? Mengapa harus aku yang engkau uji dengan berbagai macam ujian dan cobaan didalam hidupku, Tuhan. Kalau kau mengira aku sekuat itu untuk menerima semuanya, kau salah. Bahkan kini, aku hampir mati kehilangan harapan demi harapan yang selalu aku ciptakan untuk mengukir kebahagiaan baru dengan sahabatku. Sahabat yang kini jaraknya menjadi sangat jauh denganku.

Jarak antara kematian dan kehidupan.

Satu-persatu bulir air mata itu terus mengalir menuruni pipiku dan jatuh tepat dipermukaan wajah Salma. Wajah yang memiliki paras secantik bunga peony, wajah ceria yang selalu berhasil menghiburku, dan wajah yang akan kurindukan nantinya kini telah memucat.

Jariku perlahan bergerak mengusap lembut bibir mungilnya yang terkatup rapat. Bibir yang biasanya berwarna merah merona tanpa olesan lipstik, kini berubah warna menjadi pucat pasi dan sedikit membiru. Sekujur tubuhnya terasa dingin dan kaku.

Rumah Kedua [COMPLETED]Where stories live. Discover now