02. Kotak Musik

1.3K 535 483
                                    

"Kehilangan mengajarkan kita betapa berharganya sebuah kebersamaan dan mahalnya sebuah pertemuan."

Selamat Membaca

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Selamat Membaca...

Aku memasukkan suapan terakhir nasi goreng ke dalam mulutku sembari membaca group chat kantor yang telah ramai. Mereka sibuk saling membalas pesan tentang malam acara tahunan kantor yang akan diadakan pada malam Minggu.

Jangan tanyakan kenapa acaranya diadakan pada malam Minggu, karena itu semua adalah ulah Salma. Aku lelah mendengar rengekannya yang meminta acara diganti dari hari malam Jumat menjadi malam Minggu, dengan alasan malam itu lebih seru dibandingkan malam lainnya.

"Lagian lo ngapain sih ngadain acara malam Jumat? Lo kira mau ritual mistis? Serem banget segala malam Jumat. Mana gue liat di kalender hari Jumat besok itu Kliwon."

Kira-kira seperti itu protesnya padaku, saat mengetahui kalau acara tahunan kantor diadakan pada malam Jumat. Akhirnya aku mengalah demi kesehatan telingaku, karena suara Salma saat merengek itu lebih nyaring dibandingkan suaranya saat tertawa. Sesekali aku tertawa kecil melihat Salma yang terus-terusan meng-hastag namaku dan mengirimkan banyak stiker.

1 panggilan telepon masuk dari Salma membuatku langsung mengangkatnya.

"HEH KEMANA AJA LO KOK LAMA BANGET? GUE UDAH DULUAN SAMPAI KANTOR KENAPA LO BELUM DATENG JUGA?!"

Refleks aku langsung menjauhkan ponsel yang sedang kupegang dari telinga. Teriakannya membuat telingaku pengang.

"Mumpung lo udah di kantor duluan, mendingan bikinin gue teh panas ya? Jangan marah-marah terus nanti cepet tua. Bisa keriput semua muka lo," jawabku sembari mengambil tas dan beberapa map yang berisi berkas-berkas perusahaan. "Yaudah gue mau jalan dulu, ya!"

Tanpa menunggu jawaban dari Salma aku langsung memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Langsung bergegas berjalan menuju mobilku yang terparkir di halaman rumah.

"Sabita."

Aku yang baru saja membuka pintu mobil langsung menoleh ke arah sumber suara. Seorang pria yang masih gagah berumur 55 tahun sedang memperhatikanku di depan gerbang.

Senyumku langsung mengembang saat melihat kehadirannya yang tak terduga.

"Papa!" Aku berteriak dan langsung menghampirinya. Senyumku melebar saat ia memelukku dengan erat.

"Kamu apa kabar, Nak?" suara berat dan lembut miliknya, mampu membuat pelupuk mataku perlahan membasah.

"Aku baik, Pah. Papa sendiri gimana kabarnya? Aku kangen banget."

Ia mengusap pelan rambutku. "Kabar Papa juga baik. Bagaimana urusan kantor? Lancar?"

Aku mengangguk sembari menyeka air mataku yang mengalir di pipi. "Papa, baru pulang dari luar kota ya?"

Rumah Kedua [COMPLETED]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن