12. Pengagum Rahasia

556 339 183
                                    

"Kau ibarat bayang di bawah semburat rembulan. Saat aku mendekat kau menjauh, saat berhasil kudekap nyatanya kau tak pernah bisa kusentuh."
—Nikolas Aliandra

"—Nikolas Aliandra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca...

Aku menikmati segarnya aroma tanah yang basah karena air hujan. Sembari menunggu Niko datang untuk menjemput, aku memilih untuk duduk di balkon sambil menyesap cokelat panas yang ada di depanku.

Mataku tak lepas memandangi selembar foto yang kutemukan di dalam mobil Hima tadi siang. Ingin rasanya aku meremat foto itu dan membuangnya ke tempat sampah. Namun, hatiku menolak keras untuk melakukan itu.

Kenyataannya aku masih menganggap Lisa sebagai orang baik yang pernah membuatku bahagia sekaligus luka di masa lalu. Mungkin kalau Salma dan Ken mengetahui tentang itu, mereka akan mengataiku bodoh.

Iya, aku bodoh.

Aku bodoh karena belum dapat berdamai dengan diriku sendiri dan masih menganggap gadis itu baik setelah apa yang ia lakukan padaku dulu.

"Beruntung banget lo Lis, bisa dicintai Hima sampai sekarang," gumamku sembari menatap kosong foto yang ada di tanganku.

Kamu beruntung Lisa, bisa di cintai seseorang yang aku cintai. Meskipun Hima tidak bilang seperti itu, tapi perasaanku tak dapat dibohongi. Laki-laki itu masih menyimpan nama Lisa jauh di dalam lubuk hatinya.

Kenyataan pahit yang harus aku terima, laki-laki yang kusukai masih mencintai seorang gadis yang ada di masa lalunya.

Lagi-lagi aku tersenyum pada takdir yang tak terduga. Mungkin dengan cara ini, Tuhan memberikan petunjuk agar aku tidak merasakan rasa sakit yang teramat dalam seperti waktu itu.

"Sabita."

Suara Niko membuatku tersadar, dengan langkah cepat aku segera menghampirinya yang sedang menunggu di depan pintu.

"Hai, hujannya udah berhenti?" sapaku saat membuka pintu.

Niko menatapku sejenak sebelum menjawab dengan cengiran lebar.

"Udah reda daritadi, udah siap kan lo?" tanyanya.

Aku mengangguk sembari mengunci pintu. "Udah dong, yuk jalan keburu hujan lagi."

"Lah, emang kenapa kalau hujan lagi? Gue kan naik mobil, emangnya gue ajak lo naik onta?"

Aku terkekeh mendengarnya. "Ya enggak, gue males aja kalau hujan lagi nanti dress gue jadi basah."

Niko menatapku dari kepala sampai kaki. "Lah iya lo pakai dress ya, gue kira pakai daster."

"Heh, songong banget lo!" Aku mencubit pelan lengannya. "Gue udah rapi begini dikira pakai daster!"

"Iya iya yang udah cakep mah beda," sahutnya sambil membuka pintu mobil. "Cepetan masuk, awas itu dress keinjek sepatu."

Aku mengangkat sedikit dress-ku sebelum memasuki mobil.

Rumah Kedua [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang