33. Sosok Yang Selalu Dinanti

424 198 56
                                    

(Bab ini akan ditulis dari sudut pandang Author.)




"Bersanding denganmu atau tidak, hadirmu akan tetap menjadi satu-satunya hal yang paling membahagiakan untukku."

Selamat Membaca

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Selamat Membaca...

"Lis, lo makan dulu, ya? Daritadi pagi lo belum makan nasi sama sekali," ujar lembut Yuka pada Lisa yang tengah berbaring.

"Gue nggak mau makan."

"Lo harus cepet sembuh, Lisa. Supaya kita bisa ikut cari Sabita."

"Yaudah kalau gitu, sekarang aja kita cari Sabita."

Baru saja Lisa ingin beranjak dari kasurnya, Niko segera menahan lengan Lisa agar perempuan itu tak memaksakan dirinya yang masih terlihat sangat lemah.

"Kepala lo sekeras batu, ya? Apa mau gue ganti?" sarkas Niko yang ditujukan untuk Lisa.

"Nik, gue mau ikut cari Sabita," ucap Lisa pelan. "Lo udah dapet kabar tentang keberadaan dia belum?"

"Belum," sahut Niko cepat. "Gue sama Ken belum tau di mana keberadaan dia."

"Kenapa? Bukannya kalian punya banyak koneksi yang bisa dipakai untuk nyari keberadaan Sabita? Kenapa lama banget? Kenapa nggak ketemu juga?"

Niko menghela napas kasar mendengar beberapa pertanyaan dari Lisa. Laki-laki itu terduduk di salah satu kursi yang ada di dalam kamar rawat Lisa.

Mereka sedang berada di salah satu rumah sakit di daerah Jakarta. Tepat setelah kejadian semalam, Niko langsung bergegas menuju rumah Sabita untuk membawa Lisa ke rumah sakit karena mengalami pendarahan hebat. Pendarahan itu disebabkan karena kandungan Lisa yang baru berusia 3 bulan mengalami keguguran. Beruntunglah Lisa cepat mendapatkan penanganan serius, dari dokter dan perawat di rumah sakit ini.

Lisa terpaksa harus kehilangan janinnya yang baru berusia seumur jagung itu. Hatinya merasa terpukul atas kejadian yang menimpanya dan kejadian penculikan Sabita tadi malam.

"Kak Yuka," panggil Artha yang membuka pintu. "Kak Lila mau ngobrol sebentar sama Kak Yuka."

"Oh iya, yaudah kalau gitu kamu temenin Kak Lisa, ya?" jawab Yuka.

Artha mengangguk seraya menghampiri Lisa yang masih terbaring lemah. Gadis cantik keturunan Tionghoa itu, memerhatikan wajah Niko yang terlihat sangat frustasi akibat kejadian penculikan Sabita. Artha tahu, kalau Niko belum tidur sama sekali dari semalam. Laki-laki itu sibuk menghubungi seseorang melalui telepon genggamnya.

"Kak Niko," panggil Artha.

Niko menoleh ke arah Artha. "Kenapa, Tha?"

"Dari semalam Kak Niko belum tidur sama sekali."

"Nggak apa-apa, Tha. Kak Niko nggak ngantuk."

"Kak, aku tau Kak Niko khawatir sama Kak Sabita. Tapi kalau Kak Niko kayak gini, sama aja nyiksa diri sendiri. Kalau nanti Kak Niko sakit, Kak Ken mau cari Sabita sama siapa kalau bukan sama Kak Niko?"

Rumah Kedua [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora