13. Janji Sang Bentala

520 323 116
                                    

"Harapku semakin utuh, saat rasa percayaku semakin penuh."

Selamat Membaca

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Selamat Membaca...

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Di akhir pekan kali ini, aku memilih untuk berdiam diri di rumah dan menikmati waktu luang untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang belum terselesaikan.

Urusan di luar rumah membuatku sangat sibuk dan tak memerhatikan kondisi beberapa tanaman bunga yang layu. Aku mulai membersihkan halaman rumah, menggunting ranting atau daun yang telah layu, dan menyiram semua tanaman yang berjejer rapi di depan mataku.

Aku mengarahkan air dari selang ke tanaman bunga yang mulai mekar sembari bersenandung pelan.

"Lagi nyiram tanaman, Neng?" sapa salah satu ibu-ibu komplek yang lewat di depan rumahku.

Aku tersenyum lebar. "Iya Bu, udah lama nggak disiram jadi layu gini."

"Ohh, iya atuh kalau nggak disiram mah jadi layu sama aja kayak hati," canda si Ibu.

Aku terkekeh mendengarnya. "Ibu bisa aja."

"Neng Sabita, sibuk banget, ya?"

"Iyaa Bu, saya jarang di rumah. Jadwal padat banget soalnya hehehe."

"Pantesan baru kelihatan lagi, yaudah mari saya duluan ya," pamitnya sambil berlalu dari hadapanku.

Aku kembali meneruskan kegiatan menyiram tanaman, sembari sesekali menyesap teh hangat yang ada di atas meja.

DOR!!

Refleks aku mengarahkan selang air itu ke arah orang yang mengagetkanku.

"E–EEH SABITA INI AKU!!"

Aku melotot melihat kedatangan Hima yang bajunya sedikit basah karena terkena air.

"Lo ngapain ngagetin gue?!" omelku sambil menjewer telinganya.

Ia meringis. "Aduh ampun! Aku kira tadi kamu nggak bakalan kaget!"

"Maaf ya, gue tadi refleks siram lo," Aku menatap bajunya yang basah. "Jadi basah gitu bajunya."

Hima tertawa sembari mengusak rambutku. "Nggak apa-apa, ini juga salah aku kan?"

"Hmm."

"Kamu udah mandi?"

"Belum hehehe."

"Ih, jorok!" ujarnya sambil mencubit hidungku. "Yaudah mandi gih, aku mau ajak kamu masak bareng."

"Masak bareng di mana?"

"Di rumah aku, hari ini Bunda ulang tahun. Jadi, aku mau kasih dia kejutan kecil-kecilan."

"Kalau masaknya di rumah lo, nanti ketauan Bunda dong?"

"Nggak, aman kok. Bunda lagi pergi belanja, dia pulangnya nanti siang. Kita masih punya banyak waktu buat siapin kejutannya."

Rumah Kedua [COMPLETED]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant