01. Rumpang

3K 588 705
                                    

"Sejak malam perpisahan itu, aku belum mampu menghapus kamu dari dalam kehidupanku."

Selamat Membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca...


"Bit, kapan ya lo punya pacar?"

Pertanyaan itu membuatku yang sedang minum jus alpukat tersendak. Siapa lagi tersangka yang mengatakan kalimat barusan kalau bukan Salma? Ia bisa bertanya kalimat yang sama setiap harinya.

"Gue udah berkali-kali bilang sama lo, kalau gue lagi nggak mau pacaran dulu."

"Nggak mau pacaran atau lo belum bisa move on?"

Aku menghela napas panjang sembari menyandarkan punggung ke kursi. Kami sedang berada di cafetaria kantor karena saat ini masih jam istirahat. Seharusnya aku sudah bisa memaklumi betapa menyebalkannya seorang Salma, karena ia merupakan sahabatku dari masa SMA. Ia pun tahu, seperti apa seluk beluk kisah percintaanku pada masa SMA dulu.

"Terakhir kali lo pacaran tuh sama si Rafi, itu juga pas masih SMA. Waktu kuliah dulu lo sama sekali nggak mau buka hati. Padahal banyaaaak bangeet cowok yang berusaha ngedeketin lo."

"Iya, gue tau."

"Kenapa sih, Bit? Lo mempertahankan orang yang udah jadi masa lalu lo? Orang yang bahkan nggak pernah sedikitpun peduli mau lo sakit, mau lo mati sekalipun dia nggak akan pernah peduli. Kenapa sih lo itu batu banget?" ucap Salma kesal sambil menatapku. "Dia itu sayangnya sama orang lain, bukan sama lo!"

"Jawabannya cuma satu..." jedaku. "Karena gue masih sayang dan belum ada orang baru yang bisa buka hati gue lagi sampai sekarang."

"Itu karena lo sendiri yang nggak mau buka hati, karena lo takut kalau mereka cuma sekedar singgah bukan menetap. Lo takut semua kejadian dulu bakal keulang sama orang baru. Iya kan?"

Aku mengunyah kentang gorengku. "Kalau lo tau ngapain nanya lagi?"

Salma terdiam, ia menatapku yang tengah sibuk mencocol kentang goreng ke dalam saus. Aku kira Salma akan terus mengoceh sebisa mungkin, tapi ternyata tidak. Setelah aku mengatakan itu, suasana hening langsung menyelimuti kami.

"Nggak semua orang baru itu luka, Bita."

Aku menghentikan gerakan tanganku yang sedang mengaduk jus alpukat menggunakan sedotan.

"Kalau lo nggak bisa lepasin orang di masa lalu, kapan lo bisa nemuin orang yang akan hidup sama lo dimasa depan nanti?" ucapnya pelan. "Kalau lo nggak merawat trauma itu dari awal, trauma itu udah sembuh dari dulu."

Aku masih diam mendengarkan kalimat demi kalimat yang akan disampaikan Salma sebagai tamparan untukku siang ini.

"Kenapa trauma lo nggak pernah hilang? Karena lo nggak pernah berusaha untuk sembuh, karena lo terus-terusan hidup di masa lalu."

Rumah Kedua [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang