52. Malam Bintang

17 3 0
                                    

"Cintailah orang lain tapi aku tahu kau tidak akan bertahan lama dengannya!"

🌞🌞🌞

"Ada apa, Bin?" Mentari datang membawa kue yang telah dia buat.

"Mama saya telepon, mama suruh saya pulang sekarang. Papa saya ke rumah."

Mentari melihat Bintang yang begitu panik. Papa Bintang datang ke rumah Bintang saat ini. Untuk apa? Bahkan mereka sudah memilih jalan masing-masing.

"Lo pulang sekarang aja, tapi gue bawain kue nya ya?"

"Besok, saya kesini lagi. Saya pamit, Tar."

"Hati-hati Bin!"

"Iya."

Bintang berlari ke motornya dan pergi begitu cepat. Mentari melihat kue yang dipegangnya. Kue brownies yang begitu menggoda untuk segera di makan. Tiba-tiba sebuah tangan mengambil satu kue Mentari. Mentari melihat Langit yang memakan kuenya tanpa meminta lebih dulu.

"Kue apa? Enak!" Langit memakannya dan mengambil lagi tanpa rasa malu.

"Langit?"

"Mama lo ada nggak? Gue mau antar pesanan, nih!"

Mentari melihat pickup yang sering Langit pakai. Ada banyak barang di sana yang menjadi pesanan mamanya untuk besok.

"Gue panggilin dulu, lo duduk aja disini, ini kalau mau habisin. Mau minum apa?" Tanya Mentari menyerahkan sepiring kue pada Langit.

"Jadi repotin ayang! Mau es jeruk, gulanya dikit aja soalnya manisnya ada di kamu. Rasa..."

"Gue buatin." Mentari menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Langit.

Laki-laki itu tidak akan pernah berhenti untuk menggodanya. Mentari memanggil mamanya di dalam kamar. Sinta menidurkan Raka dan membuka pintu cepat.

"Dimana Langit?"

"Di depan, Mentari mau buat es jeruk buat Langit dulu."

"Mama lupa! Mama belum pesen kue buat besok! Kamu beli kue sama Langit ya? Sekalian buahnya. Mama lupa!"

"Sekarang? Langit aja baru datang."

"Nanti aja, kamu bikinin dulu Langit. Mama mau bayar dulu barang-barang dari Langit."

"Oke!"

Mentari menatap mamanya yang sangat sibuk sejak pagi ini. Dari A sampai Z, semuanya mamanya yang mengurusnya. Mentari menghembuskan napasnya lelah. Beruntung dia berada disisi mamanya.

🌞🌞🌞

"Buah jeruk 2 kg, apel 2 kg, semangka 2, melon 2, terus... Anggurnya 2 ini aja! Jadi berapa mas?" Tanya Langit membeli buah untuk besok.

"Kebanyakan nggak, sih? Kan acaranya cuma besok?"

"Catatan mama lo kayak gini. Biarin aja, kalau kebanyakan kan bisa bagi-bagi sama gue."

Mentari tersenyum simpul, lagipula ini uang mamanya. Langit membawa semua buah ke dalam pickupnya. Ada banyak catatan yang diberikan mama Mentari padanya. Dari buah, kue, dan banyak hal lainnya. Mentari mengintip catatan di tangan Langit. Mereka harus segera membeli kue untuk besok.

"Ayo, Tar!"

"Kita mau beli dimana?" Tanya Mentari.

"Ada toko langganan, rasanya enak Tar."

"Lo nggak capek?"

"Nggak."

"Habis beli kue, kita istirahat dulu aja ya? Sekalian gue pengen rasain kuenya kayak gimana. Gimana?"

"Okey!" Langit segera menjalankan mobilnya pergi menuju toko kue langganannya.

Mentari melihat handphonenya yang berdering. Bintang mengirimkan pesan padanya.

Bintang
Maaf, Tar. Besok saya tidak bisa datang.

Mentari
Kenapa? Apa karena papa lo?"

Bintang
Bukan, Tar.
Tapi saya harus pergi ke rumah teman saya. Dia baru saja kecelakaan, jadi saya harus kesana.

Mentari
Ya udah nggak apa-apa.
Terus papa lo gimana? Tante Nisa sama lo baik-baik aja kan?

Bintang
Baik, Tar.
Papa cuma datang buat kasih surat sama dokumen saya.

Mentari
Syukur kalau nggak ada apa-apa!
Titip salam sama temen kamu, semoga nggak apa-apa terus cepat sembuh.

Bintang
Iya.
Lain kali saya ke rumah kamu lagi.

Mentari menutup handphonenya dan menatap keluar jalanan di luar. Dia sedikit kecewa saat Bintang tidak datang kerumahnya. Nyatanya Mentari juga tidak bisa marah atau mengatakan larangan pada Bintang. Dia bukan siapa-siapa!

"Kenapa, Tar? Ada masalah?"

"Nggak ada."

"Muka lo yang nggak apa-apa. Cerita sama gue aja, lagian gue temen lo."

"Emang lo mau denger kalau gue bahas Bintang?"

"Bintang di atas?"

"Bintang orang!"

"Kalian lagi berantem? Bagus dong! Lanjutin aja sampai putus."

"Putus apa? Kita aja nggak pacaran."

Langit mengehentikan mobilnya tiba-tiba. Dia menatap Mentari tidak percaya. Langit menyakini bahwa mereka telah menjalin hubungan seperti yang dikatakan anak-anak di kelasnya. Mereka sering membicarakan Mentari dan Bintang yang selalu bersama-sama. Tapi yang mereka tidak tahu, Mentari dan Bintang hanyalah teman semata. Langit menahan senyuman dibibirnya, dia tidak boleh merasa senang. Dia harus biasa saja agar Mentari tidak melarikan diri darinya lagi.

"Lang! Kalau pakai mobil yang bener dong! Kalau nabrak gimana?"

"Gue kira udah jadian. Kenapa belum jadian juga? Dia belum nembak lo? Apa gimana? Cerita aja, sebagai orang yang pernah nembak lo. Gue penasaran nih kelanjutannya!"

"Apaan sih! Udah cuma gue belum jawab."

"Kenapa? Bukannya lo suka Bintang?"

"Gue nggak tahu harus jawab apa."

"Kalau suka bilang aja, kalau nggak suka tolak aja. Emang lo mau dia suka sama orang lain? Gue nggak apa-apa, sebelum janur kuning melengkung gue masih bisa lah tikung. Kalau lo belum yakin, bilang aja ke Bintang jangan gantungin anak orang. Lo kan nggak bisa kan lepas Bintang? Kata gue terima aja mumpung Bintang belum ke lain hati."

"Lo dukung gue?" Tanya Mentari.

"Yah, mau gimana dong. Lo nya aja suka Bintang. Gue sekarang temen lo, Tar! Gue mau dukung lo kayak Afika."

Mentari menatap tidak percaya pada Langit. Ada hal aneh yang membuat Mentari curiga padanya. Langit tersenyum cerah, dia ingin menjadi teman yang baik untuk Mentari. Langit 100% yakin bahwa mereka berdua tidak akan pernah sampai ke jenjang lebih serius. Langit sudah memutuskan, jika Mentari belum bisa menerimanya sekarang. Dia masih memiliki banyak waktu lebih untuk membuktikan bahwa Langit adalah laki-laki terbaik untuk Mentari. Laki-laki yang akan mengucapkan akad pernikahan. Langit percaya, apapun yang dilakukan Mentari. Mentari tetap akan jadi miliknya. Sejak dulu memang Mentari adalah miliknya. Temannya yang begitu baik. Temannya yang sering bermain bersamanya. Teman yang menggenggamnya. Teman yang selalu bersamanya. Mentari adalah seseorang yang tidak bisa digantikan oleh siapapun.

🌞🌞🌞

Salam ThunderCalp!🤗

Beneran Lang?

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Toko Kaca ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang