42. Afika Mana

22 3 0
                                    

"Antara nyata dan tidak semuanya hanya sebuah dinding kaca yang begitu tipis!"

🌞🌞🌞

"Hiskk... Gue nggak tahu tadi dimana? Gue cari sinyal, eh, malah kejauhan! Untung ada nenek-nenek bantuin kesini. Hiskkk... Gue takut banget tadi! Gue kira gue ilang!" Afika memeluk Mentari.

"Nenek siapa? Bukannya tadi lo sendiri? Kita udah cariin lo tadi sampai minta bantuan orang-orang sini. Makanya kalau main hp mending di rumah bukannya keluyuran nggak jelas. Kita jadi panik karena lo!" Sadam menatap Afika yang menangis.

Mereka mencari keberadaan Afika di sungai sampai sore hari. Tapi Afika belum ditemukan juga sampai akhirnya Bintang meminta bantuan Omanya dan warga sekitar untuk mencari Afika. Pada akhirnya mereka belum menemukannya. Sampai waktu adzan Maghrib berkumandang, Afika muncul di depan rumah Oma Bintang dengan wajah menangis.

"Ada! Tar, lo tadi lihat kan ada nenek-nenek yang antarin gue?"

Afika secara jelas dibantu oleh nenek-nenek di hutan. Membawanya pulang kembali ke rumah Oma Bintang.

"Iya, gue lihat. Lo lihat juga kan, Bin?" Mentari meminta jawaban Bintang.

"Iya, saya juga lihat."

"Tuh! Hiskk... Gue nggak mau lagi keluar!" Afika terisak kembali.

"Ya udah, sekarang kita masuk terus lo mandi, bersih-bersih! Nanti kita sholat bareng. Dam, jadi imam ya?" Pinta Mentari.

"Iya deh!"

"Ayo, masuk. Lain kali nggak usah main hp lagi, kalau mau cari sinyal di rumah aja. Kita itu bingung cariin lo kemana-mana sampai minta bantuan warga sini juga. Kasian Omanya Bintang. Kita cuma jadi tamu aja. Besok-besok nggak usah main lagi!" Langit masuk ke dalam rumah lebih dulu.

"Gue salah, maaf!" Cicit Afika.

"Bin, minta tolong beritahu warga sini kalau Afika udah pulang selamat. Bilang makasih juga, sama kita minta maaf sama Oma. Nanti, tolong bantuin ya Bin?" Mentari menjadi tidak enak hati pada Oma Bintang.

"Nanti saya bantu, kalau soal warga sini biar Pak Anto yang bilang."

"Yuk, masuk!" Ajak Sadam.

Mentari menghembuskan napasnya lelah, belum apa-apa mereka sudah membuat repot semua orang. Sebenarnya dia juga tidak melihat seorang nenek-nenek yang mengantar Afika pulang. Dia hanya melihat Afika berjalan sendirian sembari berbicara dengan seseorang yang Mentari tidak melihatnya. Dimanapun berada pasti ada hal-hal yang tidak bisa diasumsikan dengan akal sehat. Tapi Mentari bersyukur temannya kembali dengan selamat. Dia hampir putus asa dan akan menangis jika tidak ditenangkan Langit.

🌞🌞🌞

Mentari menutup pintu kamar dan dihampiri tiga laki-laki yang sangat ingin bertanya pada Mentari.

"Tar, lo tadi lihat nenek-neneknya?" Tanya Sadam sangat penasaran.

"Nggak!"

"Jadi beneran dia ilang terus dibawa makhluk halus?" Sadam melihat sekeliling rumah.

"Mana gue tahu! Gue juga nggak lihat ada nenek-nenek yang antarin Afika. Cuma Alhamdulillah nya, nenek-neneknya baik. Entah dia manusia atau makhluk lain tetap aja nenek itu baik mau anterin Afika. Nggak usah diperpanjang atau tanya sama Afika macam-macam. Anaknya udah tidur! Nanti kalau dia tahu, dia malah takut disini."

"Gue kira lo bisa lihat hantu, Tar!" Langit menatap Mentari.

Dia kira Mentari memang bisa melihat hantu atau sosok yang tidak bisa dilihat manusia normal. Langit hampir percaya bahwa ada nenek-nenek yang mengantarkan Afika untuk pulang.

"Sebenarnya dulu ada juga kejadian seperti ini. Ada anak kecil yang hampir tenggelam di sungai, tapi beberapa jam dia ditemukan di hutan. Alhamdulillah nya selamat!" Ucap Bintang yang membuat ketiga temannya saling pandang.

"Aduh, Bintang! Kenapa lo nggak bilang? Harusnya kita nggak main di sungai aja!" Sadam hampir ketakutan jika Afika hilang dan ditemukan tidak bernyawa karena diambil makhluk halus.

"Kita nggak usah lagi main di sungai! Besok acaranya di Villa aja! Gue nggak mau lagi kejadian ini ke ulang lagi. Tar, lo awasi tuh anak! Afika anaknya susah kalau di ajak kayak gini. Hah..." Langit menghembuskan napasnya.

"Saya tidak tahu kalau kejadiannya akan jadi seperti ini. Maaf kalau buat kalian ketakutan di Villa Oma. Oma juga sempat takut kalau Afika tidak ditemukan. Maaf, Dam, Lang, Tar!" Bintang menunduk dalam.

Kejadian hari ini juga salahnya karena tidak memberitahu teman-temannya. Bintang juga tidak tahu akan jadi seperti sekarang ini. Jika tahu, dia pasti akan melarang teman-temannya bermain air.

"Pfttt... Tapi kejadian ini bakal gue ingat terus sampai kapanpun. Santai Bin, ini juga salah kita karena nggak awas sama tempat baru. Kita juga udah minta maaf sama Oma. Jadi, kita seneng-seneng aja besok. Gue pengen bakar-bakar. Boleh nggak?" Tanya Mentari.

"Nah, itu dia! Gimana kalau kita bakar jagung, ayam, sosis, terus apa lagi ya?" Sadam memikirkan banyak makanan di otaknya.

"Main gitar. Disini ada gitar nggak?" Tanya Langit pada Bintang.

"Hai, semua!" Sapa seseorang yang baru masuk.

"Arez?" Mentari membulatkan matanya setelah tahu Arez datang.

Dia lebih menakutkan daripada hantu. Mentari menutup matanya membayangkan apa yang terjadi jika Afika tahu bahwa Arez datang dan pastinya akan menginap dengan Arez yang membawa banyak barang ditangannya. Juga sebuah gitar besar dipunggungnya.

"Bukannya kamu ke Surabaya?" Tanya Bintang melihat kedatangan Arez.

"Nggak jadi! Gue nginep di rumah Oma dulu. Besok, gue bakalan kost di sekitaran SMA aja. Mana bisa gue jauh dari sepupu tercinta ini. Eh, Mentari, kalau lo disini pasti Afika ikut kan?" Tanya Arez menengok kesana-kemari.

"Rez, nggak usah cari Afika dulu! Dia lagi istirahat. Kalau lo mau bicara besok aja." Larang Mentari.

"Kenapa?"

"Nanti saya ceritakan. Kamu pergi ke Oma sekarang!" Perintah Bintang.

"Iya-iya! Hah..."

Mentari menatap punggung Arez menjauh. Bagi Mentari yang paling menakutkan untuk Afika adalah kehadiran Arez. Laki-laki itu menjadi hal patut ditakutkan. Dia tidak sebaik itu.

"Tahun ini dia sekolah di sekolah kita."

Ucap Bintang membuat Mentari semakin tidak menyukai kehadiran seorang Arez. Dia berharap bisa satu kelas dengan sahabatnya. Dia akan menjaga Afika dari akal bulus Arez.

🌞🌞🌞

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Toko Kaca ( END )Where stories live. Discover now