18. Bertemu Raka

31 6 1
                                    

"Ada rasa yang mulai tumbuh, apa itu?"

🌞🌞🌞

"Kak Bintang!!!!"

Raka berlari sangat cepat, dia memeluk Bintang erat. Sudah lama mereka tak bertemu.

"Hai, Raka. Kemarin kamu ulang tahun ya, selamat ulang tahun ya. Ini hadiah dari kakak untuk Raka."

Bintang mengeluarkan bingkisan yang tadi dibawanya, Raka menatap binar melihat hadiahnya.

"Bilang makasih!"

"Makasih kak Bintang."

Raka memeluk Bintang lebih erat lagi. Dia langsung membuka bungkusan secepat kilat. Sebuah box mobil mainan super besar.

"Wah, kak bukain."

"Oke, tapi kakak belinya buat Raka supaya semangat sekolahnya, ya. Besok kalau sudah SD, kakak beliin yang lebih bagus lagi."

"Benelan?"

"Hmm..."

"Yeee... Sayang kak Bintang."

Raka langsung memainkan mobil barunya.

"Aduh, Bin. Nggak usah gitu, repotin. Nanti Raka inget lho sampai besok SD."

"Santai, Tar. Saya cuma suka aja sama Raka, saya kan anak terakhir. Saya juga mau punya adik."

"Eh ada Bintang, Mentari mana minumnya?" Sinta datang membawa tas belanjaan.

"Lo mau minum apa, Bin?"

"Apa aja saya suka."

"Jus mau?"

"Boleh."

Mentari membuatkannya dengan cepat, dia jadi sangat sungkan pada Bintang yang sudah membelikan barang pada adiknya.

"Ini Bin, diminum dulu."

"Makasih, Tar."

"Iya."

Bintang tersenyum padanya, entah kenapa wajah Mentari memanas. Dia tak bisa tak tersenyum juga. Pipinya ikut terangkat dan tersenyum pada Bintang.

"Nanti mau jalan-jalan?"

"Kemana?"

"Daerah sini saja, sebelum saya pulang. Saya mau keliling sebentar sama Raka dan kamu. Boleh?"

"Oh... Ya, boleh sih."

"Yeeeee... Raka diajak jalan-jalan kak Bintang!"

Menari tertawa adiknya sangat menyukai Bintang. Memangnya siapa yang mau menolak. Ibunya saja malah akan mendukungnya jika itu Bintang yang meminta. Dari jauh Sinta memperhatikan anaknya yang malu-malu. Dia teringat masa mudanya dulu bersama suaminya.

"Masa muda."

🌞🌞🌞

"Ramai juga komplek sini." Bintang menatap sekeliling.

"Banyak anak kecil soalnya."

Mereka menuntut Raka yang berada di tengah mereka. Mentari sedikit kikuk apalagi setiap mereka lewat tetangga akan bertanya dia membawa siapa pacar atau teman? Saat itu Bintang malah tertawa mendengar guyonan ibu-ibu yang menggoda mereka.

"Komplek saya sepi. Kebanyakan anak kecil cuma di rumah."

"Pasti komplek perumahan lo mahal."

"Biasa aja, Tar. Cuma akhir-akhir ini banyak kasus penculikan."

"Iya, juga. Tapi disini aman kok. Di depan komplek ada penjaganya dan disini itu jalannya aneh. Banyak orang kesasar."

"Termasuk saya, waktu kemari sendirian saya kesasar. Beruntung ada bapak-bapak yang mau antar saya."

"Hahaha... Gue aja pernah kok."

Waktu kecil dulu.

"Hmm, kalau tiap hari saya main kemari boleh?"

"Ya, terserah kamu sih Bin. Kalau main aja boleh, gue juga nggak larang."

"Kalau ajak kamu keluar malam?"

"Hah? Ya kemana dulu. Kalau deket gue mau, gue malam juga nggak punya kerjaan."

Jujur saja, Mentari paham apa yang terjadi. Ini masih didalam benaknya, apakah mungkin seorang Bintang sedang melakukan pendekatan padanya. Mana bisa dia tolak. Dia juga banyak berutang pada Bintang banyak hal.

"Kak Bintang sama Kak Tali pacalan ya?"

Satu pertanyaan dilontarkan Raka membuat Mentari mematung seketika. Dia tak pernah memikirkannya. Apa mereka terlihat begitu? Anak kecil mana bisa berbohong?

"Raka, kalau kak Bintang jadi pacar kak Tari boleh?"

Pertanyaan macam apa itu? Mentari tak habis pikir bagaimana seorang Bintang bisa bertanya seperti itu pada anak kecil. Apa maksudnya juga?

"Ya boleh. Nanti dibeliin es klim telus."

Menari menepuk jidatnya, dia lupa akal pendek adiknya. Dia melirik Bintang yang menyamakan badannya dengan Rama. Bintang tersenyum dan mengelus rambut Rama.

"Doain, supaya kakak kamu suka sama kakak."

🌞🌞🌞

Malam ini malam paling panjang untuk Mentari tidak tidur. Dia memikirkan perkataan Bintang tadi sore. Harusnya dia senang mendengarnya tapi dia malah takut. Dia tak tahu dia suka pada Bintang atau tidak. Dia tak tahu harus merespon bagaimana. Sepanjang perjalanan pulang dia hanya diam sampai Bintang pamit untuk pulang. Seulas senyum Bintang berikan membuat Mentari berdebar.

Tringgg...

Satu pesan masuk dari Bintang.

Bintang
Selamat tidur, Mentari

Ucapan singkat yang jarang Mentari dapatkan. Dia tak pernah dikirim pesan oleh seorang pria jika tak menyangkut sebuah urusan. Tapi kali ini seorang laki-laki mengucapkan hal lain. Apa yang harus dibalas?

Mentari

Lo juga, selamat istirahat Bin

Makasih hari ini buat Raka bahagia

Biasanya dia akan biasa saja, dia tak akan menunggu balasan orang lain. Tapi dia ingin menunggu balasan dari Bintang. Ada yang aneh dari Mentari.

Bintang

Saya bahagia lihat Raka bahagia

🌞🌞🌞

Salam ThunderCalp!🤗

Pendek ya?

Semoga kalian suka bab ini, see you...

Toko Kaca ( END )Où les histoires vivent. Découvrez maintenant