33. Nonton Bertiga

20 4 0
                                    

"Kalau sudah cinta apapun pasti dilakukan!"

🌞🌞🌞

"Kok baju kita samaan!" Tunjuk Langit pada baju yang dipakai Mentari dan dirinya. Mereka memakai baju hitam dan putih senada dengan baju Raka.

"Kok bisa?"

"Nggak tahu, padahal kita nggak janjian." Walau sebenarnya Langit mengganti pakaiannya setelah tahu pakaian Mentari kenakan.

Dia berusaha mencari baju yang mirip dan memiliki warna yang sama. Mentari menghembuskan napasnya, dia tidak menyangka akan jadi tiga orang yang akan pergi mengenakan pakaian hitam putih. Mereka mungkin akan dikira berasal dari rumah yang sama.

"Tar, lo malu nggak nggak pakai mobil Pickup? Gue nggak mau lo sama Raka kehujanan. Jadi gue pinjem mobil Abah."

"Ngapain malu? Yang penting sampai tujuan. Berangkat sekarang aja, Raka ayo!"

"Wajah... Naik mobil! Raka punya mobil kayak gini." Raka masuk dibantu Mentari.

"Ma, pergi dulu!" Teriak Mentari dari luar.

"Iya! Langit, bawain martabak manis sama asin. Kalau nggak sate! Tante ganti nanti!" Teriak Sinta dari depan pintu.

"Siap!" Langit mengacungkan jempolnya ke atas.

"Ayo, maju!" Teriak Raka yang tidak sabar untuk segera berangkat.

"Raka duduk!" Mentari menarik adiknya yang terus berdiri.

"Aku mau lihat jalannya!" Teriak Raka.

"Biarin aja, Tar! Aman!"

"Hah... Ajak Raka cuma ribet!" Keluh Mentari.

Membawa Raka hanya akan menambahkan stress pada dirinya. Belum lagi jika Raka meminta barang-barang yang tidak masuk akal nantinya. Mentari lelah lebih dulu sebelum pergi. Terutama Raka yang tidak bisa diam di dalam mobil.

"Nggak apa-apa, itung-itung belajar buat jagain anak." Langit mengemudikan mobilnya.

"Lo pikirannya nikah terus!"

"Harus! Mulai sejak dini harus dipikirkan! Buat menata masa depan harus selalu dipikirin."

"Gue nggak!"

"Soalnya lo belum nemuin aja calonnya."

"Emang lo udah?"

"Udah!"

"Siapa?"

"Lo!"

Mentari terpaku melihat jalanan yang keluar dari perumahan. Dia tidak bisa berpikir lagi atas apa yang Langit katakan padanya.

"Kak, telepon papa dong!" Teriak Raka memecahkan keheningan yang ada.

"Buat apa?"

"Beli mobil kayak gini! Raka mau! Raka mau!"

Benar bukan belum apa-apa Raka telah membuat kakaknya stress tujuh turunan.

🌞🌞🌞

"Apa yang bagus?" Tanya Langit melihat film yang akan diputar.

"Ini!" Tunjuk Mentari pada film kartun yang sedang trend beberapa hari ini.

"Oh, iya. Mbak, pesen tiga kursi buat film apa ini? The Bloom!"

Mentari menggenggam erat tangan Raka, dia tidak ingin adiknya kabur untuk melihat-lihat tempat ini. Raka melihat kesana-kemari dan berputar-putar ingin melepaskan dirinya dari tangan kakaknya. Tapi Mentari tahu apa yang akan dilakukan anak kecil ini.

"Lang, gue beli makanan dulu kesana. Raka pengen banget pergi!"

"Kak Tari, mau itu!" Tunjuk Raka pada makanan yang dipegang orang yang lewat di depannya. Raka mendongak dan ingin memakannya juga.

"Iya-iya, tunggu dulu! Lo mau makan apa?"

"Gue aja, lo tunggu aja disana." Tunjuk Langit pada kursi panjang.

"Gue mau beli juga, lo udah beli tiketnya gue beli makanannya."

"Nggak usah, gua yang ajak lo! Gue yang akan beli! Ayo, Abang Langit yang kaya raya ini aja!" Langit menggendong tubuh Raka menuju tempat makanan berada.

"Hah..." Mentari melihat mereka yang pergi. Sesekali Raka akan menunjuk banyak makanan dan mengangguk pada Langit yang mengatakan sesuatu. Mentari memilih duduk menunggu mereka. Lain kali dia tidak akan membawa Raka lagi! Cukup hari ini saja dia membuat orang lain kerepotan akan adiknya.

Tapi, kenapa dirinya memikirkan lain kali bersama Langit untuk pergi ke tempat ini? Dia tidak mengharapkan dirinya akan pergi lagi dengan Langit.

"Kak Tari, Kak Tari! Raka punya banyak makanan! Kak Langit beliin semua! Enak lho!" Raka mengambil popcorn dan memakannya.

"Kok banyak banget? Siapa yang mau makan?" Tanya Mentari pada Langit dan Raka.

"Kita!" Jawab Raka dan Langit serempak.

"Hmm... Ya udah, Lang lain kali jangan beliin banyak-banyak. Raka itu nggak udah dituruti semua. Dia anaknya maruk tapi nggak habis kalau makan."

"Lain kali gue beliin lebih sedikit deh, sekarang biarin aja. Raka juga kesini pertama kali. Dia pasti seneng banget. Ayo, masuk. Kita telat 5 menitan."

"Raka, masuk yuk!" Mentari mengandeng tangan Raka dan membawakan makanan adiknya.

"Nonton ada mobil-mobilannya kan? Yang wusshhh wusshhh... Terus ada superhero sama tembak-tembakan dorrr...dorrr... Raka nggak mau nonton film anak kecil. Nggak seru!"

Langit dan Mentari saling pandang, lebih baik untuk tidak mengajak Raka lagi pergi.

🌞🌞🌞

"Aku akan mengalahkanmu, penjahat!"

Cyatt... Cyatt...

Langit melirik Mentari yang sibuk memakan popcorn dan melihat film. Begitu juga dengan Raka yang melakukan hal yang sama. Mereka semua tidak ada yang berbicara sibuk untuk melihat film anak-anak diputar. Walaupun awalnya Raka menolak, tapi Raka justru menikmati filmnya dalam diam. Kini mata Langit tertuju pada Mentari yang tidak terganggu sama sekali. Gadis itu asik sendiri. Mentari menoleh dan menatap Langit yang tengah melihatnya.

"Apa?" Bisik Mentari lirih.

"Nggak!"

"Oh... Seru! Gue suka filmnya!"

"Raka kayaknya juga suka. Diam aja!" Tunjuk Langit pada Raka.

"Biarin biar nggak berisik!"

Mentari kembali menonton film, dia sangat menyukai film kartun seperti ini. Efek visual, sound, suara, Mentari menyukai semuanya. Terutama saat lagu diputar yang membuat suasana ruangan gelap ini menjadi mistis dan penuh dengan fantasi. Sejujurnya dia yang sangat ingin menonton film ini. Banyak orang-orang yang merekomendasikannya dan dia begitu tertarik dengan trailer film.

"Tar!" Panggil Langit lirih.

"Hmm?"

"Besok, kalau gue ajak lo lagi. Lo mau nggak?"

"Mau!"

"Kapan-kapan lagi ya!"

"Hmm, iya!"

🌞🌞🌞

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Toko Kaca ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang