19. Rasa di Hati

32 7 0
                                    

"Hati orang itu gampang berubah, jadi jangan samakan yang dulu dan sekarang."

🌞🌞🌞

"Uhuyyy... Ada apa nih?"

Afika duduk di samping Mentari dan menunjukkan senyum jail. Dia sudah mendengar bahwa Bintang ke rumah temannya. Pasti ada sesuatu yang terjadi.

"Nggak ada."

"Cieee... PDKT nya mulus banget ya?"

"Siapa?"

"Ya lo sama Bintang lah. Masa lo sama Langit."

Mentari menggeleng cepat, dia tak merasa melakukan PDKT dengan Bintang. Lagipula dia hanya ingin berteman saja. Tapi setelah kejadian kemarin, mana bisa dianggap sebagai pertemanan. Semburat merah nampak diwajah Mentari. Dia tak bisa menyangkalnya. Ada sebuah rasa asing dihatinya. Menggelitik isi perutnya dan membuatnya terus memikirkan hal yang sama.

"Waduhh... Ciee, bau-bau mau jadian nih."

"Apaan sih!"

"Ya Allah akhirnya teman jomblo ku ini suka sama orang juga. Gue kira lo punya masalah sama asmara lo. Gue harus beritahu seluruh dunia."

"Gue juga nggak tahu, gue mau kenal aja sama Bintang aja."

"Halah, kenal udah. Jadian aja. Pasti Bintang nunggu saat yang tepat aja terus nembak lo."

"Siapa yang ditembak?" Langit muncul.

Dia menatap kedua temannya heran.

"Sana pergi ganggu aja, lo. Ini urusan cewek."

"Gue denger mau ada yang ditembak siapa? Film apa?"

"Ck, nggak peka lo Lang! Sini, kayaknya Bintang sebentar lagi mau nembak Mentari."

"Hah?"

Wajah Langit sangat terkejut mendengarnya. Dia tak tahu mau bahagia atau sedih. Hatinya kenapa ya?

"Kapan?"

"Nggak tahu lah."

"Cuma lagi PDKT kan? Bisa nggak jadi itu." Langit meremehkan.

"Doa lo. Kalau jadian beneran lo mau apa?"

"Mau jadi orang ketiga."

🌞🌞🌞

"Bin?"

"Sini, saya punya buku bagus buatmu."

Bintang memberi Mentari sebuah buku pembelajaran. Dilihat dari sampulnya ini sangat terjaga. Sebenarnya dia tak tahu kenapa Bintang tiba-tiba mengajaknya ke taman sekolah. Dia kira ada hal penting. Tapi ini cukup penting untuk dia belajar nantinya.

"Makasih, Bin. Gue repotin lagi."

"Nggak kok. Simpan ya Tar, ini buat kamu."

"Gue? Lo nggak minjemin?"

"No, ini buat kamu. Saya kira kamu butuh buku ini."

"Gue terima."

"Hmmm... Nanti saya ke rumah kamu lagi ya Tar. Saya mau ajak kamu nonton. Boleh?"

"Apa? Oh... Boleh."

Bintang menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia melirik Mentari yang memperhatikan buku yang diberikannya.

Toko Kaca ( END )Where stories live. Discover now