43. Kok Disini?

20 4 0
                                    

"Ada kalanya bantuan orang lain justru membebani!"

🌞🌞🌞

"Arez!" Afika menunjuk Arez dan mengusap matanya beberapa kali sampai dia melihat dengan jelas Arez sedang berdiri didepannya.

"Hai, Fik!"

"Kok lo disini?"

"Ini rumah Oma gue!"

Afika membuka mulutnya lebar-lebar, dia sangat lupa fakta bahwa Arez adalah sepupu Bintang. Dia lupa juga Arez bisa saja datang kapan saja. Ini rumah Omanya juga. Mentari melirik temannya yang terdiam seperti sebuah patung hidup.

"Fik, bantuin gue potong sayuran."

"Hmm? I-iya!" Afika berlari menuju Mentari.

"Nggak usah dipikirin soal Arez. Lo potong kecil-kecil kayak gini." Mentari menunjukkan potongan sayuran kecil yang dia lakukan.

"Buat apa emangnya?"

"Kalau bakar-bakar aja perut bakalan nggak enak. Ini sayuran buat pendamping aja, gue mau buat salad."

"Bakar-bakar?"

"Nanti malam. Lo tidur seharian, seharian ini gue sama anak-anak tadi beli banyak bahan makanan buat nanti malam. Nanti juga bersihin ayam sama potong-potong. Soal bakar-bakar serahin sama yang cowok. Kita siapin aja semuanya biar nggak kemalaman."

"Oh, gue nggak tahu. Tiba-tiba aja udah jam segini."

"Lo pasti capek, nggak apa-apa. Ini terusin aja. Gue mau bersihin ayamnya."

"Okey!"

"Gue bantuin apa, nih?" Tanya Arez yang ikut bergabung dengan mereka.

"Nih, potong ayam!" Pinta Mentari.

"Lo aja! Gue bantuin Fik." Arez mengambil pisau Afika dan meneruskan pekerjaannya.

Mentari melihat mereka berdua dan melanjutkan pekerjaannya sana. Mereka sudah dewasa untuk mengurus apa yang mereka lakukan. Dia tidak ingin ikut campur dalam permasalahan mereka ini. Afika terdiam dan menatap Arez yang memotong sayuran dengan cepat. Dia merasa tidak bisa bekerja apapun. Dia juga tidak bisa memotong ayam.

"Rez, ini kerjaan gue! Lo bisa bantu yang lain."

"Fik, lo duduk aja biar gue yang urus sama tuh anak!" Tunjuk Arez pada Mentari dengan pisau yang dipegangnya.

"Tapi..."

"Semuanya bakal gue beresin buat lo!"

Afika menunduk dalam dan mencoba untuk tersenyum. Dia berjalan ke arah Mentari dan melihat apa yang temannya kerjakan. Memotong ayam dan menjadikan potong-potong lebih kecil.

"Tar, gue bisa bantu apa?"

"Potongin jagungnya bisa? Tadi gue cuma beli sedikit sama anak-anak. Mungkin bakalan kurang, kalau nggak dipotongin jadi dua atau tiga."

"Bisa!"

"Ya udah ambil aja terus potong jadi tiga."

"Iya, gue bawa kesini ya? Nanti lihatin ya! Oke?"

"Iya!" Mentari tersenyum pada Afika yang sangat bersemangat.

Afika berlari dan mengambil beberapa jagung muda. Dia sangat bersemangat untuk membantu mereka. Dia ingin berguna di tempat ini, dia sudah menyusahkan orang-orang akan kelakuannya. Dia tidak ingin lagi dianggap sebagai seorang yang tidak memiliki hal berguna. Selama ini dia hanya membuat khawatir semua orang yang dia kenal. Tapi, dia tidak lagi seperti itu! Afika ingin dianggap sebagai teman yang bisa juga diandalkan dalam banyak hal!

Toko Kaca ( END )Where stories live. Discover now