Bab 38

156 66 27
                                    

Vote dulu yuk, dan follow
terimakasih

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Malam prom night akhirnya tiba, Dewi dengan pakaian seragam Thailand berjalan melewati pintu mendekati teman-teman OSIS-nya. Rambut yang dikucir satu, dengan pita merah sangat membuatnya mirip tokoh yang dia perankan, Yuri, salah satu tokoh "Girl From Nowhere". Hentakan suara sepatu pantofelnya menggema dalam ruangan kumpul.

"Dewi, sini." Salah satu teman OSIS-nya dengan pakaian ala zombie melambaikan tangannya.

Dewi melangkah mendekatinya. "Wah, wah, keren juga kostummu, benar-benar mirip zombie."

"Ya, aku tahu, tapi sedikit risih. Lebih mirip pengemis gak sih?" Teman wanitanya itu merentangkan tangannya, memutarkan badan memperlihatkan seluruh pakaian seragam yang digunting, dirobek, dan diberi bercak darah dan noda kotor. Rambutnya juga sangat berantakan, mungkin sengaja tidak disisir.

Dewi tertawa. "Lima puluh, lima puluh."

Terlihat wajah kesal dari temannya. "Berarti beneran mirip pengemis?"

"Dewi." Dirga memanggil membuat pemilik nama langsung menoleh.

"Eh iya." Dewi menoleh kearah teman wanita dengan pakaian zombie. "Bentar ya, aku ke Dirga dulu." Setelah mendapat jawaban dari temannya, Dewi segera mendekati Dirga, ketua OSIS, sekaligus ketua acara malam ini.

"Iya, ada apa?" Dewi bertanya saat dirinya sudah didekat Dirga, lelaki dengan kostum tengkorak, lebih tepatnya pakaian hitam bermotif tengkorak dengan makeup tengkorak diwajahnya. Walau begitu, tetap semua orang mengetahui bahwa dia adalah Dirga, karena makeup-nya tidak terlalu seram hanya coretan hitam dan putih.

"Bagaimana, perlengkapan sudah semua?"

"Sudah, semua sudah tertata. Oh ya, tadi kamu kemana? Dari sore gak keliatan."

"Ada urusan, tapi sekarang udah selesai, tinggal menjalankan tugas sekolah. Konsumsi sudah ditata dalam ruangan?"

"Sudah Dirga, sudah semua. Tinggal menunggu teman-teman angkatan masuk. Sie kegiatan juga sudah siap di pintu masuk, menyambut yang datang. Kamu kenapa sih? Kaya cemas gitu? Padahal semuanya berjalan lancar. Tinggal nunggu teman-teman angkatan. Mungkin sudah ada beberapa yang masuk."

Dirga mengangguk. "Okelah, jalankan tugasmu." Dirga berniat pergi, namun wajahnya menoleh kearah Dewi sejenak. "Kostum apaan itu? Tidak seram sama sekali."

"Enak saja, lebih tidak seram milikmu."

"Terserahlah." Dirga meninggalkan Dewi dengan melambaikan tangannya.

Acara tertulis dimulai pada jam 8 malam, dan sekarang masih jam 7 lewat 10. Sebagai sekolah yang dikenal akan kedisiplinan dan kepintarannya, sudah pasti saat ini banyak siswa dan siswi yang menggantri masuk, kostum-kostum mereka begitu unik dan menyeramkan. Ditambah jalanan kolidor yang sengaja didesain creepy membuat kostum mereka makin masuk dalam tema, lampu-lampu neon juga terpasang di setiap jarak 1 meter memperlihatkan bayangan teman angkatannya yang terlihat horor.

Dewi, salah satu panitia acara malam itu, tentu saja dia menjadi sibuk mengurus teman-teman angkatannya yang akan memasuki ruangan. Terdapat tiga pintu masuk menuju ruangan, dan dia berjaga pada pintu nomor dua. Antrian panjang membuatnya terlihat sibuk. Namun melihat kostum teman-temannya yang unik lagi seram membuatnya selalu tersenyum. Apalagi saat dia melihat ada siswa yang begitu telaten dalam kostum malam ini, kostum lelaki itu bagaikan kepala dipenggal, dan kepalanya diletakkan pada tangan, tentu saja itu hanya ilusi mata. Namun kostum itu terlihat realistis, membuat banyak siswa ketakutan sekaligus kagum.

Dendam Tersirat✓Where stories live. Discover now